Kenneth memutuskan untuk mengasuh Keyra ketika gadis kecil itu ditinggal wafat ayahnya.
Seiring waktu, Keyra pun tumbuh dewasa, kebersamaannya dengan Kenneth ternyata memiliki arti yang special bagi Keyra dewasa.
Kenneth sang duda mapan itupun menyayangi Keyra dengan sepenuh hatinya.
Yuk simak perjalanan romantis mereka🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YuKa Fortuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2. Guru Cantik
Dua bulan sudah Kenneth tinggal di Jagakarta.
Kini, ia sudah tahu jam terbaik membeli sayur tanpa rebutan, tahu kapan jalanan macet tanpa perlu buka peta, bahkan mulai terbiasa tidur di tengah suara hingar bingar dan jangkrik yang bersahutan.
Semuanya mulai terasa… hidup.
Meski begitu, satu hal tak berubah, hatinya masih dingin.
Bagi Kenneth, perempuan hanyalah bagian dari masa lalu yang sudah ia kubur bersama rasa kehilangan.
Ia masih sopan, masih ramah, tapi tidak lebih dari itu.
Mungkin itulah sebabnya ia tetap tenang, bahkan ketika seluruh sekolah Keyra membicarakan guru baru yang membuat para ayah siswa tiba-tiba rajin mengantar anak.
.
Pagi itu, langit Jagakarta sedikit mendung. Kenneth mengantar Keyra seperti biasa, kemeja putih, celana panjang kasual, kacamata hitam, dan jam tangan perak di pergelangan tangan.
Sementara Keyra di jok belakang sibuk menyisir rambutnya sendiri.
“Om, hari ini ada guru baru lho. Namanya Miss Aruna.”
“Hmm.”
“Cantik banget, katanya. Semua ibu-ibu di grup sekolah pada ngomongin. Takut suaminya kepincut.”
“Good for them.” sahut Ken cuek, tanpa menoleh.
Keyra menatap heran, “Om, kok nggak penasaran?”
“I stopped being curious about ‘beautiful women’ years ago, sweetheart.”
Keyra hanya mendengus kecil. Ia belum paham maksud Om-nya yang selalu menutup diri dengan kalimat pendek seperti itu.
.
Di sekolah, suasana ramai. Para murid berlarian menuju kelas, dan para ibu sibuk berbisik di sisi pagar.
Kenneth berdiri di dekat mobil, menunggu Keyra masuk, ketika suara lembut terdengar di sampingnya.
“Selamat pagi. Anda Om-nya Keyra, ya?” sebuah sapaan lembut menyentuh telinga Ken.
Kenneth menoleh.
Dan benar, perempuan itu memang cantik. Miss Aruna. Tapi bukan cantik yang berlebihan,
kulitnya bersih, rambut hitamnya diikat rapi, dan matanya memancarkan kecerdasan yang hangat.
Ia mengenakan blouse putih dan rok panjang warna krem, sederhana tapi berkelas.
Namun Kenneth hanya menatap sebentar, lalu tersenyum sopan.
“Yes. Kenneth Miles.”
“Saya Aruna. Guru kelas Keyra mulai minggu ini. Senang akhirnya bisa bertemu.”
“Likewise.”
“Saya dengar Anda dari Inggris?” tanya Aruna.
“That’s right.” Ken menjawab singkat.
“Wah, pasti kaget ya hidup di Jagakarta?”
Ken menyeruput kopinya. “A bit noisy, a bit chaotic, but… manageable.”
Ia berbicara dengan nada datar namun sopan, membuat Aruna sedikit bingung, karena biasanya, laki-laki yang baru bertemu dengannya akan tampak kikuk atau mencari alasan untuk memperpanjang percakapan.
Kenneth? Hanya mengangguk, lalu menunduk mengecek jam tangannya.
“Keyra anaknya manis sekali. Ceria, cepat tanggap. Saya suka anak seperti itu.” Aruna kembali memecah kesunyian.
Ken menjawab singkat, “She’s a good kid.”
Aruna tersenyum kecil, “Dan Om-nya juga kelihatannya sabar.” ia beranikan memuji.
Ken mengangkat alis, “Not really.” bantahnya.
Mereka sama-sama tertawa kecil, tapi Kenneth segera berpamitan.
“Well, I have to go. Nice to meet you, Miss Aruna.”
“Sama-sama, Om Ken.”
Aruna memandang punggung pria itu yang berjalan menjauh, langkahnya tegap, sikapnya tenang, tanpa usaha sedikit pun untuk meninggalkan kesan.
Dan justru karena itu… ia tampak berbeda.
.
Siang harinya, di ruang guru, nama “Om Ken” mulai jadi topik hangat.
Guru 1, “Yang bule itu ya? Ganteng banget, sumpah. Tapi kok dingin, ya?”
Guru 2, “Kayak nggak peduli sama sekitar. Tapi auranya tuh… tenang banget.”
Aruna tersenyum sambil menulis laporan, “Mungkin dia memang bukan tipe yang gampang terbuka sama orang yang baru dia kenal.”
Guru 1, “Lho, kok belain dia, Miss?”
“Saya cuma bilang mungkin.” elak Aruna.
Ia menatap jendela sebentar, memikirkan tatapan mata Kenneth yang tajam tapi tidak menilai.
Ada sesuatu di sana, bukan ketertarikan, tapi seperti… luka lama yang belum sembuh.
**
Sore harinya, Kenneth datang menjemput. Hujan baru saja reda.
Ia menunggu di bawah pohon, dan Aruna lewat sambil membawa payung.
“Om Ken belum pulang?” tanya Aruna.
“Just waiting for Keyra.”
“Tadi dia bantu saya bersihin ruang musik. Anak yang rajin sekali.”
“She gets that from her father. Not me.”
Aruna tersenyum.
“Om Ken suka musik?”
“I used to.”
“Kenapa berhenti?”
“Because silence became easier.”
Jawaban itu membuat Aruna diam.
Ia hanya mengangguk pelan, lalu membuka payungnya.
“Kalau gitu, saya duluan, Om Ken. Hati-hati, jalanan masih licin.” pamitnya.
“Sure. Have a good afternoon.”
Aruna melangkah pergi, meninggalkan aroma lembut dari parfum bunganya yang samar.
Kenneth menatap bayangan perempuan itu menjauh, lalu kembali menatap langit kelabu.
Ken bermonolog pelan.
“They always smell like spring… and leave like rain.”
Ia menghela napas, lalu menatap Keyra yang berlari menghampiri sambil membawa tas.
“Om! Miss Aruna kasih nilai bagus hari ini!”
Ken tersenyum samar, “Good. She seems… kind.”
“Om nggak suka ya sama Miss Aruna?”
“It’s not about like or dislike. I just… don’t look that way anymore.”
Keyra memiringkan kepala, tak paham maksudnya.
Kenneth mengacak rambutnya lembut, lalu membuka pintu mobil.
“Come on, little one. Let’s go home.”
Mobil itu melaju pelan, meninggalkan halaman sekolah yang mulai sepi.
Sementara di teras ruang guru, Aruna berdiri menatap punggung mobil hitam itu dengan perasaan aneh, entah kagum, penasaran, atau hanya ingin tahu apa yang membuat pria itu terlihat seolah menyimpan seluruh duka dunia di balik tatapannya.
Hari itu, hujan turun lagi.
Dan entah mengapa, di tengah rinainya, Aruna memikirkan satu hal, kenapa seseorang yang tak berusaha menarik perhatian… justru paling sulit dilupakan.
**
Pagi itu, suasana rumah terasa tenang.
Burung-burung bercicit di pohon mangga depan rumah, aroma roti panggang memenuhi udara. Kenneth sibuk di dapur dengan apron yang miring, sementara Keyra duduk di meja makan, menatapnya dengan pandangan penuh rencana.
“Om, Miss Aruna tadi pagi bilang suka kopi hitam.”
Ken menjawab tanpa menoleh, membalik roti, “Oh ya?”
“Sama kayak Om. Mungkin kalian cocok.”
“Cocok buat apa?”
Keyra sok polos, “Ya… buat ngobrol, jalan bareng, gitu.”
Kenneth menoleh sebentar, bibirnya membentuk senyum samar.
“Kau ini kenapa tiba-tiba jadi mak comblang?”
“Nggak apa-apa, Om. Aku cuma pengen Om senang.”
“Aku senang kok. Ada kamu di sini.”
Keyra menggembungkan pipinya, tidak puas dengan jawaban itu.
“Tapi Om selalu sendirian kalau malam. Cuma baca buku atau mengecek kerjaan anak buah om dari jauh. Aku pikir… kalau Om punya teman, Om nggak kesepian.”
Kenneth berhenti sejenak, menatap gadis kecil itu.
Lalu ia berjalan mendekat, berlutut agar sejajar dengan Keyra.
Nada suaranya lembut, tapi dalam.
“Sweetheart, kamu tahu kan betapa Om sayang sama kamu?”
Keyra mengangguk pelan, “Tahu.”
“Kalau aku berpacaran dengan Miss Aruna… aku tidak akan punya waktu lagi untukmu. Apakah itu yang kamu mau?”
Keyra terdiam.
Matanya perlahan berkaca-kaca, napasnya tertahan.
Ia menatap wajah Kenneth yang serius tapi lembut, pria yang selalu menjemputnya setiap hari, menemaninya belajar, bahkan menidurkannya saat mimpi buruk datang.
Tanpa berpikir, Keyra langsung berdiri dan memeluknya erat.
“Nggak, Om. Aku nggak mau. Aku cuma mau Om sama aku.”
Kenneth tersenyum tipis, membalas pelukannya.
Tangannya mengusap rambut Keyra pelan, seperti menenangkan anak yang baru kehilangan sesuatu.
“Shh… it’s okay. Aku nggak akan ke mana-mana, sweetheart.”
“Janji?”
“Janji.”
Hening beberapa saat.
Hanya terdengar bunyi detak jam dinding dan burung yang bertengger di jendela.
Kenneth menatap ke arah luar, lalu menghela napas dalam.
Ken bermonolog pelan,
“Anak kecil ini… bahkan tanpa sadar sudah jadi seluruh hidupku.”
**
Sore harinya, saat menjemput Keyra di sekolah, Miss Aruna menghampiri dengan senyum ramah seperti biasa.
Ia mengenakan dress biru lembut, rambutnya diikat setengah.
Beberapa guru lain menoleh kagum, tapi Kenneth tetap tenang seperti biasa, tak ada reaksi berlebihan, hanya anggukan sopan.
“Om Ken, Keyra hari ini bantu saya di perpustakaan. Anak ini luar biasa telaten.”
“That’s good. Thank you for guiding her.”
“Saya yang berterima kasih. Jarang anak seumur dia sepenyayang itu sama orang lain.”
Kenneth menatap Aruna sejenak, kali ini sedikit lebih lama dari biasanya.
Ada sesuatu di nada suaranya yang tulus, seperti mengerti dunia kecil antara dirinya dan Keyra.
“Dia belajar dari kehilangan. Tapi dia juga mengajarkan saya bagaimana caranya hidup lagi.”
Aruna terdiam sejenak, “Itu kalimat yang… indah sekali.”
“Mungkin karena dia satu-satunya alasan saya masih di sini.”
Aruna tersenyum lembut, tapi di matanya ada rasa kagum bercampur haru.
Dan entah mengapa, untuk pertama kalinya, Kenneth tidak buru-buru mengalihkan pandangan.
**
Malamnya, setelah Keyra tidur, Kenneth duduk di beranda.
Lampu-lampu jalan berpendar lembut, suara jangkrik mengisi kesunyian.
Ia menatap langit malam, memikirkan percakapan pagi tadi.
Ia tahu Keyra sangat terikat padanya, mungkin terlalu kuat.
Tapi ia juga tahu, cepat atau lambat, hidup akan menuntutnya untuk membiarkan anak itu tumbuh… dan ia sendiri belajar membuka hati lagi.
Ken berkata pelan, sambil menatap foto Keyra kecil.
“Kau takut kehilanganku, tapi… aku justru takut kehilangan dirimu lebih dulu, sweetheart.”
Ia tersenyum kecil.
Lalu meneguk kopi yang mulai dingin.
Dari balik jendela kamar, Keyra mengintip dalam diam.
Ia mendekap boneka kelincinya erat-erat, seakan takut dunia luar akan merebut satu-satunya orang yang tersisa dalam hidupnya.
Dan di luar sana, di apartemennya yang tak jauh dari sekolah, Aruna menatap ponselnya, membuka pesan yang belum ia kirimkan,
“Om Ken, terima kasih sudah menjemput Keyra hari ini. Saya senang melihat kalian berdua.”
Namun Aruna hanya menatap pesan itu sebentar, lalu menghapusnya.
Ia tahu…
beberapa hati terlalu rapuh untuk disentuh terlalu cepat.
To be continued...
keburu Keyra digondol Rafael😏
gitu aja terus Ken. sampe Keyra berhenti mengharapkanmu, baru tau rasa kamu. klo suka bilang aja suka gitu loh Ken. sat set jadi cowok. hati udah merasakan cemburu, masih aja nyangkal dengan alasan, kamu tanggung jawabku😭😭😭