Seorang gadis bernama Anantari yang bercita-cita dirinya menjadi seorang ratu istana kerajaan. Perjuangan menjadi ratu kerajaan tidaklah mudah. Ketika ia ingin mewujudkan mimpi sebagai seorang ratu—terlalu banyak sekali hal yang harus ia hadapi, halangan-demi halangan terus menghampiri.
Namun ia adalah seorang gadis yang hebat. Dan tidak pernah menyerah akan mimpinya. Itu semua ia jadikan petualangan, sebuah petulangan yang panjang yang penuh lika-liku, dan Anantari selalu menjalani petualangannya menjadi seorang ratu dengan sangat riang gembira. Walaupun tidak mudah Anantari mencoba tidak menyerah, sampai mimpi menjadi seorang ratu terwujud.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikhlas M, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Anantari, Laksmi dan ibunda nya, sedang bermakan malam bersama.
Di keheningan malam di bawah sinar rembulan, ibunya bertanya kepada Anantari.
“Nak apakah kamu betul ingin menjadi seorang prajurit istana? Apakah kamu tidak pernah takut akan hal itu? Apa sudah di pertimbangkan dengan baik?” Tanya Ibunya Anantari.
Anantari mengangguk. Dia akan mengejar mimpinya menjadi seorang ratu istana kerajaan.
“Aku harap Ibu dan kak Laksmi hendak memberiku dukungan. Agar aku bisa menjadi prajurit yang hebat suatu saat nanti.” Harapnya pada Ibunda dan kakaknya.
“Nak, jangan bilang begitu. Ibu hanya takut kamu tidak cukup kuat untuk itu. Ibu pikir tak ada anak yang sebaya denganmu seorang wanita yang ingin menjadi prajurit istana.” Ibunya meminta agar Anantari memikirkan lebih matang ketika ingin memutuskan suatu hal.
Lalu Anantari mencoba meyakinkan ibunya. Dan meminta agar tidak khawatir dengannya. Karena Anantari percaya dengan kemampuan nya, dia pikir dia sudah layak menjadi prajurit di istana kerajaan.
Dan mengabdi pada tanah kerjaan adalah sumpahnya kepada tanah kerajaan.
Ibunya mengizinkan Anantari. Dan ibunya berpesan jika Anantari nanti menjadi seorang prajurit di istana, ia harus selalu saling membantu, menolong satu-sama lain ketika peperangan.
...----------------...
30 Kartikamasa, 1836 Saka. Di pagi hari tepatnya di istana kerajaan. Para calon prajurit-prajurit tanah kerajaan mulai berkumpul untuk menggelar acara.
Anantari mulai takjub dengan mereka. Karena merasa lawan-lawannya seperti sangatlah kuat.
Ada yang berbadan besar hanya menggunakan celana pendek dan memakai kaos tanpa lengan. Namun ada juga yang menggunakan bushana gagampang (adalah sebuah pakaian sehari-sehari orang-orang pada zaman dahulu).
“Esa. Aku mulai merinding melihat mereka. Sepertinya mereka bukan orang-orang biasa. Lihat saja orang yang berbadan besar itu, dia membawa sesuatu di tangannya. Besar sekali.
Itu adalah Haltere (sebuah batu besar yang di gunakan untuk latihan angkat beban di zaman dahulu).
"Sepertinya mereka semua tangguh. Tapi aku tidak khawatir, lihat saja nanti, aku akan menjadi prajurit tanah kerajaan, dan semoga aku bisa bertarung dengan maksimal.”
“Baik. Kamu cukup percaya diri Anantari. Dan aku juga berharap begitu. Aku ingin menjadi prajurit istana, dan ingin selalu membantu teman-temanku ketika peperangan. Aku harap aku bisa menjadi prajurit hebat suatu saat nanti.” Gumam Esa kepada Anantari.
Ketika mereka hendak berkumpul, sang raja memberitahukan mereka. Bahwa sayembara menjadi calon prajurit di istana akan segera di mulai. Para calon prajurit mulai berbaris, mempersiapkan diri.
Pertandingan akan di gelar di arena khusus adu kekuatan di istana. Mereka yang akan menjadi calon prajurit istana, hendak mulai mempersiapkan diri di sebuah tempat di ruangan bawah, tempat duduk para penonton melihat pertandingan.
Banyak orang-orang dari desa-desa lain melihat pertunjukan sayembara tersebut.
“Tenggg!” Sebuah lonceng emas besar di pukul. Itu adalah sebuah Gong. Menandakan acara sayembara para calon prajurit istana di mulai.
Peserta pertama, berambut keriting. Tubuhnya tinggi kurus. Dia melawan salah seorang yang berbadan besar.
“Sepertinya tidak seimbang, itu orang yang kurus sepertinya akan kalah telak. Lihat saja orang berbadan besar itu, tubuhnya sangat kekar dia kelihatan sangat berwibawa di banding si badan kurus berambut keriting itu.” Sahut salah satu penonton yang sedang melihat pertunjukan. Dia mulai meremehkan pria berambut keriting.
“Teng!” Lonceng kembali di pukul, pertandingan di mulai.
“Hei rambut keriting. Apakah kamu yakin bisa mengalahkan ku? Apa kamu cukup percaya diri dengan badan kurus mu itu?” Pria berbadan besar mulai meremehkan pria berambut keriting. Dia hendak ingin menjatuhkan mental lawannya terlebih dahulu sebelum bertanding.
“Pria yang cerdik. Aku tidak akan terpengaruh dengan ucapanmu. Coba saja jika kamu dapat memenangkan pertandingan, kalahkan aku.” Jawab pria berambut keriting dengan tenang.
Lalu pria berbadan besar tersebut mulai geram kepadanya. Dan dia hendak melancarkan serang pertamanya.
Meskipun berbadan besar dia sangat lincah di area pertandingan. Gerakannya sangat gesit juga tinjunya begitu kuat. Para penonton mulai terheran dengan jalannya pertandingan.
Dia mencoba memukul pria berambut keriting. Pukulannya sangat kuat, namun berkali-kali meleset.
Lalu pria berambut keriting hendak membalas serangan pria berbadan besar dengan melancarkan serangan. Dengan cepat ia datang ke arah pria berbadan besar, lalu memukulnya sangat kuat.
“Boom!” Pria berbadan besar terlempar jauh oleh pukulan yang dahsyat yang di lontaran pria berambut keriting.
Para penonton tidak menduga bahwa pria berambut keriting sangatlah kuat. Kekuatannya tidak bisa di remehkan.
“Ohok, ohok!” Si pria berbadan besar berbaring di arena pertempuran. Seharusnya aku tidak meremehkannya. Dia begitu sangat kuat!” Seru pria tersebut.
Dia mendesis kesakitan. Namun dia mulai mencoba bangkit kembali.
Ketika hendak ingin bangkit dari pukulan berambut keriting. Dia mulai melancarkan serangan kali keduanya. Ketika hendak ingin berdiri, pria berambut keriting cepat berteleportasi.
Dalam hitungan detik saja ia bisa berada di hadapan orang berbadan besar. Lalu ia menendangnya sangat kuat, hingga pria tersebut terpental, tubuhnya terlempar jauh, karena pria berambut keriting menendangnya begitu kuat.
"Boom!" Pria berbadan besar terlempar jauh. Dan dia menyatakan menyerah.
“Teng!” Lonceng berbunyi, menandakan pertandingan telah usai. Pria berambut keriting memenangkan pertandingan.
“Siapakah dia sebenernya? Dia begitu sangat kuat!” Seru Anantari dalam hatinya.
Lalu pertandingan kedua di mulai. Sekarang giliran Esa bertanding, melawan seseorang. Sepertinya usia lawannya tidak jauh berbeda dengannya.
“Teng!” Lonceng di pukul, menandakan pertandingan kedua di mulai. Lawannya Esa mencoba memulai pertandingan dengan serangan pertamanya. Lawannya sangat cepat, mereka berdua seimbang.
Namun seperti biasa, sebelum melancarkan serangan Esa terlebih dahulu memperhatikan gerakan musuh.
Dia mulai mencari celah, titik lemah lawannya. Dia menggunakan strategi bertahannya.
Ketika lawannya sudah kehabisan cukup tenaga, Esa mulai mencoba melancarkan serangan.
“Ting!” Jurus teleport Esa membuat dirinya seketika berada di hadapan musuh.
Lalu ia mulai melancarkan serangan, dengan menyerang titik lemah musuhnya. Dia memukul bagian perut musuhnya.
“Boom!” Seketika musuhnya terhempas jauh terbanting beberapa meter.
“Sial aku hampir saja kehabisan tenagaku. Ya sudah kalo begitu, akan aku keluarkan jurus pamungkas yang aku punya.” Batin sang musuh.
Lalu musuhnya Esa hendak mengeluarkan jurus terakhirnya. Itu adalah jurus yang menggunakan angin sebagai elemen utamanya.
“Pejamkan matamu, tarik nafas dalam-dalam keluarkan.”
Musuhnya ternyata mempunyai kekuatan sihir. Dia bisa mengendalikan angin hanya dengan menggerakkan tangannya. Lalu mulai melancarkan serangan kedua kepada Esa.
Kali ini berbeda. Esa tak kuasa menahan serangan musuh. Serangannya hampir 3 kali lipat jauh berbeda dengan serangan sebelumnya. Kini Esa tidak bisa menahan kekuatan musuhnya.
Musuhnya bisa menjelma menjadi sepuluh orang. Membuat Esa bingung tak karuan. Dan musuhnya memberikan pukulan bertubi tubi lebih cepat dari sebelumnya.
Lalu musuhnya mengucapkan sebuah mantra untuk memanggil kekuatannya.
“Angin lalu, angin puyuh, aku berseru padamu! Dari timur kau datang, dari barat kau berhembus. Berikan ku sedikit kuasamu, untuk (tujuan). Datanglah kini, pergilah nanti”
Seketika debu-debu berterbangan, langit mulai gelap. Musuhnya sangat kuat.
Esa sedikitpun tak berkutik di hadapannya.
“Wuuuuush!” Seketika angin berhembus kencang namun hanya mengarah kepada Esa saja. Dia terpental jauh. Hampir saja dia kalah di pertandingan itu.
“Esaaaa!” Seru Anantari yang mulai cemas dengan Esa.
Seketika ketika terhempas, Esa mendengar seruan dari Anantari. Dan dia mengingat kalimat kakaknya.
“Aku harap kamu bisa menjadi prajurit hebat di masa depan nanti. Aku harap kamu bisa menjaga teman-temanmu, dan menolong mereka ketika mereka membutuhkan pertolongan. Dan menjadi kuat untuk membantu yang lemah.”
Seketika semangat Esa kembali membara. Jiwa nya untuk bertarung mulai berapi-api.
“Aku tidak boleh menyerah sekarang! Aku tidak boleh menyerah! Aku tidak boleh menyerah!” Batinnya.