NovelToon NovelToon
SISTEM MEMINDAH JIWAKU KE TUBUH GADIS BODOH

SISTEM MEMINDAH JIWAKU KE TUBUH GADIS BODOH

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Transmigrasi / Permainan Kematian / Sistem
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: chiisan kasih

Kinara, seorang pejuang akademis yang jiwanya direnggut oleh ambisi, mendapati kematiannya bukanlah akhir, melainkan awal dari sebuah misi mustahil. Terjebak dalam "Sistem Koreksi Generasi: Jalur Fana", ia ditransmigrasikan ke dalam raga Aira Nadine, seorang mahasiswi primadona Universitas Cendekia Nusantara (UCN) yang karier akademis dan reputasinya hancur lebur akibat skandal digital. Dengan ancaman penghapusan jiwa secara permanen, Kinara—kini Aira—dipaksa memainkan peran antagonis yang harus ia tebus. Misinya: meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna dan "menaklukkan" lima pria yang menjadi pilar kekuasaan di UCN.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chiisan kasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

STATUS ANTAGONIS TERBUANG

Angin malam Jakarta terasa dingin, tetapi tidak sedingin realisasi yang baru saja menghantamku. Efek dari Fokus Absolut mulai memudar. Suara klakson mobil kembali menusuk, dan rasa mual yang tertahan selama tiga puluh menit kembali menguasai perut Amara yang telah dirusak alkohol.

Aku berhasil mendapatkan taksi online yang entah bagaimana berhasil kupesan. Di kursi belakang yang remang-remang, aku memejamkan mata, membiarkan tubuh Host yang rapuh ini bersandar. Aku, Kinara, jiwa yang gagal dan kelelahan, kini harus memikul kegagalan yang jauh lebih spektakuler.

“Sistem, jelaskan mekanisme pelunasan ini sekali lagi,” pintaku, suaraku nyaris berbisik.

“Pelunasan adalah proses simbiotik. Kinara gagal karena menuntut kesempurnaan diri di bawah sistem yang tidak adil. Amara gagal karena memberontak secara destruktif terhadap sistem tersebut. Anda harus menaklukkan sistem itu dari dalam tubuh Amara. Setiap keberhasilan Amara akan mengurangi defisit karma Kinara,” jawab Sistem dengan nada datar yang selalu menjengkelkan.

“Jadi, aku mati karena terlalu patuh, dan kini aku harus menyelamatkan yang mati karena terlalu memberontak?” Aku tertawa kering. “Ironis sekali. Apakah jiwa Amara masih ada di sini?”

“Jiwa Host Amara Nasywa telah berada dalam status inersia total, mendekati nol. Dia menyerah. Anda adalah pengganti yang berfungsi untuk membersihkan utangnya kepada narasi. Begitu utang lunas, Anda akan dilepaskan, dan Amara Nasywa akan diserap kembali oleh siklus eksistensi.”

Pelepasan. Kata itu terdengar manis. Sebuah istirahat sejati. Aku harus fokus pada itu.

Taksi berhenti di depan sebuah kompleks apartemen mewah di jantung kota. Bangunan itu menjulang tinggi, menjanjikan privilese. Amara jelas tidak kekurangan uang orang tua, hanya kekurangan tanggung jawab.

Apartemen Amara di lantai atas terasa sepi, dipenuhi furnitur minimalis mahal yang tertutup debu tipis. Ada botol-botol minuman keras premium yang berserakan, tumpukan pakaian desainer yang tidak dilipat, dan aura kekacauan yang terorganisir.

Aku langsung menuju kamar mandi, menatap pantulan diriku. Wajah Amara di cermin adalah wajah yang asing: cantik, tetapi dengan lingkaran hitam samar di bawah mata dan ekspresi keras kepala yang membekas. Tubuh ini terlihat lelah, tetapi jelas memiliki potensi yang jauh lebih besar daripada tubuh Kinara yang lama.

Setelah membersihkan diri, aku duduk di meja belajar yang ironisnya dipenuhi dengan tagihan yang belum dibayar, bukan buku kuliah. Aku mengaktifkan panel Sistem sekali lagi.

“Aku perlu data yang lebih spesifik mengenai reputasi -98 itu. Apa saja skandal media sosialnya?”

Layar antarmuka Kinara beralih ke format berita digital.

[ANALISIS REPUTASI SOSIAL HOST AMARA NASYWA]

Peringkat Reputasi: -98 (Antagonis Terbuang)

Penyebab Utama Penurunan Citra:

Skandal “The Yacht Party”: Amara terekam menghina pelayan kapal saat pesta mewah, viral dengan hashtag #AmaraSiSombong. (2 Tahun Lalu)

Kasus Plagiarisme Kecil: Terlibat dalam insiden plagiarisme tugas di tahun pertama yang berhasil diredam dengan uang, namun meninggalkan jejak digital.

Utang Judi Online (Paling Baru): Perilaku yang merusak citra secara finansial.

Konfrontasi Publik: Serangkaian unggahan Twitter yang merundung mahasiswa beasiswa (Target 2, Rendra, adalah salah satu target perundungan tidak langsungnya).

Kesimpulan: Amara Nasywa dianggap sebagai perwujudan kegagalan moral dan produk dari sistem privilese yang rusak. Target 1 (Dosen Arka) akan sangat termotivasi untuk menggagalkan Anda.

Aku menarik napas tajam. Kinara yang lama sangat membenci orang-orang seperti Amara. Orang yang mendapatkan segalanya tetapi membuangnya begitu saja, bahkan menggunakan privilesenya untuk merendahkan orang lain. Dan sekarang, aku harus menjadi dia.

“Skandal The Yacht Party dan perundungan. Itu lebih buruk dari IPK 0.9,” ujarku, menggigit bibir. “Orang-orang tidak membenci Amara karena dia bodoh, mereka membencinya karena dia jahat.”

“Tepat. Tugas Anda adalah membersihkan status ‘Jahat’ dan menggantinya dengan status ‘Reformator.’ Utang akademis dan finansial hanyalah manifestasi dari kerusakan moral ini.”

“Aku butuh detail utang itu,” alihku, mencoba menghindari fakta bahwa aku harus merehabilitasi seorang perundung. “Tujuh puluh delapan juta. Bagaimana Amara bisa jatuh ke judi online?”

“Data menunjukkan Amara mengalami kekosongan emosional yang akut, mencari validasi instan melalui risiko tinggi. Utang ini terbagi menjadi lima kredit pinjaman online ilegal dan satu pinjaman dari sindikat perjudian yang melacak Anda.”

Aku memijat pelipisku. “Sindikat perjudian. Itu sebabnya penagih utang ada di klub. Mereka bukan sekadar bank. Mereka adalah ancaman.”

“Ya. Misi harian mendesak: Cari sumber pendapatan yang sah. Penghasilan harus cukup untuk mencicil minimal Rp 5.000.000,- per bulan untuk meredakan ancaman.”

“Lima juta sebulan? Aku tidak bisa bekerja sebagai model Instagram Amara lagi. Itu hanya akan memperburuk citra Antagonis Terbuang,” kataku frustrasi. “Dan aku belum mulai kuliah!”

Sistem hening sejenak, seolah sedang menghitung probabilitas. “Analisis: Citra akademis Amara adalah yang terburuk. Citra sosial Amara adalah yang paling tercemar. Untuk menghasilkan uang, Anda harus menggunakan salah satu aset Host yang tidak merusak citra. Aset Host saat ini: Kemampuan Berbahasa Asing (Mandarin, Level 3).”

Aku mengerutkan kening. “Mandarin? Amara bisa berbahasa Mandarin?”

“Ya. Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang dia ambil dan lupakan. Sistem menyarankan pekerjaan paruh waktu sebagai penerjemah/guru privat daring. Ini memberikan citra akademis yang netral dan penghasilan yang cepat.”

Ide itu cukup cerdik. Setidaknya itu menunjukkan usaha. Kinara yang lama adalah pekerja keras. Setidaknya etos kerjaku bisa disalurkan ke tubuh Amara.

Tiba-tiba, ponsel Amara yang mahal di sampingku berdering nyaring. Bukan nada dering biasa, melainkan dering peringatan yang menusuk. Layar menunjukkan nomor tak dikenal.

Aku ragu-ragu, tetapi Sistem mendorong. “Angkat. Ini mungkin penagih utang yang ingin menegaskan kembali keberadaan mereka.”

Aku menggeser tombol jawab, menekan ponsel ke telingaku. Aku mencoba menirukan nada acuh tak acuh yang mungkin biasa Amara gunakan.

“Halo?”

“Amara Nasywa.” Suara itu berat, serak, dan tanpa basa-basi. “Tuan Besar kami tahu kau ada di klub malam tadi. Kami tidak suka dikejar-kejar. Uang kami harus kembali. Besok, jam 12 siang, transfer minimal tiga juta. Atau kami yang akan menjemputmu di kampus.”

Jantungku mencelos. Mereka tahu aku di kampus. Ancaman itu nyata dan terdekat. Mereka tidak hanya mengejar Amara, mereka akan mengaitkan Amara dengan kebangkrutan moral di lingkungan akademisnya.

“Aku akan… aku akan mengaturnya. Beri aku waktu,” kataku, mencoba terdengar tegas namun gemetar.

“Kau punya waktu sampai besok siang. Setelah itu, kami akan memposting semua bukti utangmu di dinding kampus. Itu akan menjadi berita yang menarik, Nona IPK 0.9.” Pria itu menutup telepon tanpa menunggu jawaban.

Aku menjatuhkan ponsel ke kasur, merasakan darahku berdesir dingin. Tiga juta rupiah dalam waktu kurang dari 24 jam. Ini bukan lagi tentang nilai A, ini tentang kelangsungan hidup fisik dan citra Amara.

“Sistem! Tiga juta dalam 24 jam! Aku tidak punya uang tunai Amara,” panikku.

“Tenang. Kinara, ingatlah, kegagalan finansial Amara berasal dari utang, bukan kurangnya aset. Anda harus mencari sesuatu yang bisa dijual, yang tidak melanggar Misi Pembersihan Citra. Barang berharga yang tidak terdaftar sebagai barang pribadi di media sosial.”

Aku bangkit, mataku menjelajahi ruangan mewah namun berantakan itu. Cincin berlian? Terlalu mencolok. Tas bermerek? Terlalu mudah dilacak.

Aku mendekati lemari pakaian Amara, berharap menemukan perhiasan yang tersembunyi. Tanganku menyentuh sesuatu yang keras dan dingin di balik tumpukan syal sutra. Itu adalah sebuah kotak kayu kecil, terlihat kuno, sangat kontras dengan kemewahan modern Amara.

Kubuka kotak itu. Di dalamnya, terbungkus beludru hitam, ada sebuah jam tangan saku kuno dengan ukiran yang rumit. Itu terlihat sangat tua dan berharga.

“Sistem, apa ini?”

“Jam tangan saku emas. Warisan keluarga. Nilai estimasi di pasar gelap: Rp 10.000.000,-. Belum pernah dipublikasikan di media sosial Host. Ini adalah aset aman,” Sistem mengonfirmasi.

Sepuluh juta. Lebih dari cukup untuk membayar tuntutan awal penagih utang dan memberikan waktu bernapas. Tetapi menjual warisan keluarga Amara terasa seperti penghinaan terhadap sisa-sisa martabatnya.

“Aku harus menjual ini hanya untuk bertahan hidup sehari? Amara, apa yang sudah kau lakukan pada hidupmu?” Aku berbisik pada tubuh itu.

Sistem memunculkan peringatan baru.

[PEMBERITAHUAN MENDESAK]

MISI BARU: JUAL ASET AMAN (JAM SAKU) SEBELUM PUKUL 10:00 BESOK PAGI.

RISIKO: Penjualan ini akan memicu reaksi dari Target 4 (Konglomerat Surya), karena item ini memiliki koneksi ke bisnis ayahnya. Bersiaplah untuk tatap muka tidak terduga.

Kinara/Amara menggenggam jam tangan saku itu erat-erat. Aku kini adalah penipu yang menjual warisan untuk membayar utang judi, semua demi melunasi utang kegagalanku sendiri. Jiwa yang kelelahan ini baru saja memasuki arena gladiator.

“Baiklah. Besok pagi, aku akan menjadi pedagang gelap,” putusku. “Dan setelah itu, aku akan membersihkan IPK 0.9 ini. Aku harus bertemu Dosen Arka.”

Sistem merespons, nada datarnya kini terasa seperti ancaman yang tak terhindarkan. “Dosen Arka. Pertemuan pertama. Ingat, kegagalan Amara bersifat struktural. Untuk menaklukkannya, Anda harus menjadi mahasiswi yang paling tidak ingin ia lihat, namun dengan argumen yang paling tidak bisa ia bantah.”

Aku meletakkan jam saku di laci. Tiga juta harus disiapkan. Besok akan menjadi hari pertamaku di kampus sebagai Amara Nasywa, si Antagonis Terbuang. Dan di sana, aku akan menghadapi bukan hanya Dosen Sosiologi yang kritis, tetapi juga reputasi buruk yang telah dipupuk Amara selama dua tahun terakhir.

Saat aku mencoba tidur, sebuah notifikasi terakhir muncul di layar ponsel Amara—bukan dari penagih utang, tetapi dari grup obrolan mahasiswa kelas Sosiologi Kritis. Itu adalah sebuah tangkapan layar, memperlihatkan pesan dari seorang mahasiswa yang paling berprestasi di kelas tersebut.

[TANGKAPAN LAYAR]

@ElitMahasiswa: Saya dengar si Amara Nasywa, si sampah IPK 0.9, akan masuk kelas Pak Arka minggu depan. Saya harap Pak Arka segera mengeluarkannya. Mahasiswa seperti dia hanya merusak citra fakultas kita. #DOAmara

Kemarahan dingin memenuhi dadaku. Ini bukan hanya pertarungan melawan utang atau IPK. Ini adalah pertarungan melawan kebencian kolektif yang mengakar kuat. Mereka ingin aku gagal. Dan aku harus menggunakan seluruh kegagalanku yang lama untuk memastikan Amara yang baru ini berhasil.

1
Tara
ini system kok kaga bantuin. kasih solusi kek bukan cuman ngancam aja🤭😱🫣
Tara: betul betul betul...baru kali ini ada system absurd😱😅🤔🫣
total 2 replies
Deto Opya
keren sekali
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!