Athaya, seorang gadis mungil yang tinggal di pelosok desa. Berlari tunggang langgang kala ketahuan mencuri mangga tetangganya.
"Huuu dasar tua bangka pelit! Minta dikit aja gaboleh!" sungutnya sambil menatap jalanan yang ia tapaki tadi—menjauhi massa penduduk yang mengejarnya.
Athaya adalah gadis desa yang hidup sebatang kara di tengah masyarakat yang menganut budaya nepotisme.
Dimana, mereka lebih memikirkan kerabatnya, daripada orang susah yang ada di sekitarnya. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat Athaya untuk bertahan hidup.
Sampai akhirnya, ia mengalami hal di luar nalar saat masuk ke hutan. Ia masuk ke dalam portal misterius dan berakhir masuk ke dalam tubuh seorang selir yang sedang di siksa di tengah aula paviliun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mur Diyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Selir berubah dingin, putra mahkota menjadi kesal.
...KEKAISARAN LONGXIA...
...----------------...
Di istana timur, tempat sang putra mahkota dan putri mahkota tinggal bersama. Serta tak lupa dengan selirnya yang bernama Selir Elise Yunyi.
Sang Putra Mahkota Elios Feng, adalah putra sulung dari sang Kaisar.
Awal kisah pertemuan Elios dan juga Elise adalah ketidak sengajaan. Dimana saat itu Elios yang sedang menyusuri jalan setapak dengan sang putri mahkota, tak sengaja melihat Elise yang hampir di serang serigala.
Dengan ketangkasannya, ia dapat membunuh serigala itu dengan mudah. Namun ternyata, Elise justru mencintainya pada pandangan pertama.
Gadis itu tak perduli jika Elios sudah memiliki sang istri. Dengan bodohnya, ia terus mengejar Elios. Namun Elios sama sekali tak menoleh ke arahnya. Namun Elise tidak pernah menyerah sedikit pun.
Saking terobsesinya ia kepada putra mahkota, ia sampai meminta dijadikan selir untuk putra mahkota kepada sang kaisar.
Pernikahan terpaksa itu pun berlangsung. Putra mahkota yang tidak bisa melawan sang kaisar karena Elise adalah anak sahabat kaisar. Mau tak mau, menerima pernikahan tak sehati itu.
Namun Elise yang bodoh tidak puas dengan itu. Ia ingin menggeser posisi putri mahkota agar menjadi miliknya. Segala hal bodoh dan licik ia kerahkan demi mendapatkan perhatian dari sang putra mahkota. Namun yang ia dapatkan hanyalah hinaan, cacian, dan juga sikap dingin Elios.
Sampai puncaknya adalah hari ini. Elise, di tampar di istana timur oleh Elios akibat ingin meracuni minuman putri mahkota.
"Dasar menjijikan! Apa kamu sadar dengan posisimu itu, Selir Elise?!" teriak Elios menggelegar. tangannya gemetar setelah menampar pipi Elise.
"Pu, putra mahkota. Jangan bersikap kasar seperti itu pada Selir Elise. Aku udah gapapa kok." cegah Putri Mahkota, Elana Mingzu.
Elios menatap Elana nanar. Lalu kembali berjalan untuk duduk di tahtanya. Sementara Elise meringkuk di atas karpet merah, memegangi pipinya yang terasa perih.
Air matanya menggenang di pelupuk—siap untuk meluncur jatuh kapan saja.
Ia mendongak, menatap nanar Elios. "Kenapa Elios?! Kenapa?! kenapa kau tak percaya padaku!! Jelas-jelas aku dari tadi di paviliun ku!" serunya terus mengelak.
Elios memalingkan wajahnya acuh. Membuat Elise hanya bisa tersenyum getir dan merunduk.
Ekor matanya melirik ke arah pisau buah yang ada di meja sisi kanannya. Sekelebat niat buruk kembali merasuki fikirannya.
Dengan cekatan, ia langsung berlari dan meraih pisau itu, hendak melakukan bunuh diri.
Seluruh orang disana kaget, bahkan dayang-dayang sampai berteriak syok kala melihat sang selir hendak menggorok lehernya sendiri. Berbeda dengan Elana yang justru tersenyum tipis.
Namun disaat itulah, peran Athaya masuk ke dalam tubuhnya.
DEGGG!!
Tubuh Elise seolah di dorong dari belakang. Athaya yang kini tersadar sedang di tubuh orang asing seketika kelabakan, mengecek tubuhnya sendiri.
"Aku masih hidup?!" ucapnya tercekat.
Alisnya terangkat kala melihat tangannya sendiri, hendak mengarahkan pisau ke lehernya.
"Apa coba! Aku tadi mau jatuh dari tebing, masa sekarang malah megang pisau?" ucapnya yang masih belum sadar dengan tempatnya.
Ia membuang pisau itu serampangan. Hampir mengenai para dayang. Para dayang langsung menjerit dan menghindar. Membuat Elise menoleh ke arah mereka.
"Setelah kau hampir membunuh putri mahkota, sekarang kau ingin membunuh para dayang, Selir Elise Yunyi?!"
Athaya, yang kini berada di tubuh selir langsung menoleh. Alisnya menukik tipis. Menatap Elios dari atas sampai bawah.
Elios yang di tatap seperti itu tentu merasa aneh. "ada apa dengan sikapnya tiba-tiba?" batinnya bingung.
Elise menghela nafas panjang. Seluruh memori sang pemilik tubuh asli kini mulai merasuk satu demi satu ke dalam fikirannya.
"hmmm, transmigrasi yah? Pantas saja tadi rasanya aneh. Keknya aku bukan jatuh dari tebing, tapi jatuh masuk ke dalam portal dunia lain." ucapnya dalam hati.
Ia melirik tubuhnya sendiri dari kaca cermin yang mengelilingi aula istana timur.
Matanya membelalak tak karuan kala melihat baju miliknya dan riasan di wajahnya yang—lebih mirip ondel-ondel kekaisaran saja. Bahkan para gundik di rumah bordil saja dandanannya tidak se-menor ini.
"Huhhh, selera pemilik tubuh asli benar-benar aneh." batinnya lagi sambil menggeleng.
Elios, yang merasa dikacangin sedari tadi pun semakin naik pitam. "Sepertinya tamparan tadi tidak cukup membuatmu sadar yah, Elise?" desisnya sinis.
Elise menatap putra mahkota jengah. "tampan sih, tapi hatinya busuk!" desisnya—masih bisa di dengar oleh Elios.
Lelaki itu seketika membulatkan matanya. Memalingkan wajah karena ucapan Elise cukup menohok di hatinya.
Elana, yang melihat perubahan sikap Elise tentu tanda tanya. Padahal ia ingin sekali Elise membunuh dirinya sendiri. Dengan itu, ia tak perlu memiliki saingan untuk naik tahta menjadi permaisuri suatu saat nanti.
"Kenapa gundik itu berubah?" ucapnya dalam hati. Tangannya meremat dress miliknya kesal.
Elios juga sama bingungnya dengan sikap Elise yang tiba-tiba santai itu. Ia berjalan turun perlahan dari tahta miliknya.
Berjalan melewati tangga menuju Elise yang sibuk menatap dirinya yang cantik di depan dinding cermin.
"Elise." Ucap Elios yang tiba-tiba sudah berada di belakang Elise.
Elise tak berbalik. Ia hanya melirik Elios dengan ekor matanya. Tangannya justru sibuk mengelus banyaknya perhiasan yang melingkar di lengannya.
"Emas sebanyak ini, yakali aku ngga senang?!" pekiknya dalam hati.
Jiwa matrenya mulai menguar. Athaya yang dulunya sangatlah miskin. Boro-boro memegang perhiasan, untuk makan sehari-hari saja ia tak mampu, bahkan sampai mencuri demi bertahan hidup.
"JAWAB AKU, ELISE!!" Teriak Elios Feng menggebu.
Elise meringis kala telinganya berdenging. Suara Elios saat sedang marah seperti menendang gendang telinganya.
"Bisa ngga sih gausah teriak?! Aku denger ngga budek!" sungut Elise Yunyi—sukses membuat muka Elios memucat.
"Ka-kamu."
"Apa? Aku kenapa? Udahlah, yang dulu biarlah berlalu, sekarang aku bukan Elise yang kamu kenal lagi, Putra Mahkota Elios Feng." ucap Elise menatap Elios dingin.
Gadis itu langsung berbalik untuk keluar dari paviliun istana timur—diikuti oleh dayang pribadinya. Tak perduli dengan Elios yang berdiri membatu di tempatnya.
Tangannya meremat kuat, matanya memerah menatap kepergian Elise yang tiba-tiba acuh kepadanya.
Ia mengibaskan jubahnya kesal, berbalik kembali ke tahta miliknya. "Ada apa dengan wanita itu. Tiba-tiba dia berubah. Apa jangan-jangan karena keinginannya tadi malam untuk tidur bersama tidak aku turuti?" batinnya bingung.
Elana Mingzu, melihat dengan jelas wajah suaminya yang menahan kesal itu. Hatinya tercubit melihat Elios yang tiba-tiba memperhatikan selir itu.
"Elios, berubah." batinnya menciut.
Elios duduk di tahtanya. Tepat di samping tahta putri mahkota.
Ia melamun menatap ke lantai. Fikirannya terus berkecamuk dengan segala tingkah Elise yang selalu datang ke paviliun miliknya setiap malam, mengenakan baju seksi yang pernah sekali membuatnya hampir tak sadar.
"Apa lagi tipu daya yang akan wanita itu buat!" geramnya—memukul sandaran tangan miliknya.
"Sepertinya, aku harus mendatanginya malam ini." ucapnya dalam hati.