NovelToon NovelToon
Jodoh Lima Langkah Dari Rumah

Jodoh Lima Langkah Dari Rumah

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Office Romance / Romansa
Popularitas:32.7k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Bagi Nadin, bekerja di perusahaan besar itu impian. Sampai dia sadar, bosnya ternyata anak tetangga sendiri! Marvin Alexander, dingin, perfeksionis, dan dulu sering jadi korban keisengannya.

Suatu hari tumpahan kopi bikin seluruh kantor geger, dan sejak itu hubungan mereka beku. Eh, belum selesai drama kantor, orang tua malah menjodohkan mereka berdua!
Nadin mau nolak, tapi gimana kalau ternyata bos jutek itu diam-diam suka sama dia?

Pernikahan rahasia, cemburu di tempat kerja, dan tetangga yang hobi ikut campur,
siapa sangka cinta bisa sechaotic ini.

Yuk, simak kisah mereka di sini!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

02. Bos Galak anak tetangga

“Kenapa aku merasa hidupku kayak drama romantis yang rating-nya rendah banget?” gumam Nadin sambil memandangi layar komputer yang belum disentuh sejak satu jam lalu. Hari pertama di Alexander Group benar-benar menguras tenaga. Bukan karena kerjaannya, tapi karena bosnya.

Ini semua karena Marvin, pria yang baru melihat wajahnya saja sudah membuat Nadin ingin menggali lubang di lantai dan menanam diri sendiri di situ.

Setelah insiden “eksperimen sosial gagal” pagi tadi, Nadin berusaha keras menghindari segala hal berbau Marvin termasuk bayangannya yang sering lewat di otaknya, sayangnya, itu mustahil.

“Miss Nadin, Pak Marvin minta kamu bawakan laporan marketing bulan ini ke ruangannya,” ujar Aulia, sekretaris Marvin yang rambutnya selalu terikat rapi seperti iklan sampo mahal, suaranya lembut tapi sinis.

“Oh, tentu, Mbak Lia,” jawab Nadin dengan senyum dipaksakan. “Sekalian mau saya buatin kopi juga? Biar makin manis kayak ... eh, salah, kayak profesional maksudnya.”

Aulia hanya mengangkat alis tipisnya. “Tak usah, Bos saya tidak suka kopi buatan sembarangan orang.”

‘Bos saya,’ katanya dengus Nadin kesal. Nada Aulia seperti ingin menekankan bahwa ia satu-satunya yang boleh menyentuh sendok di cangkir Marvin.

Nadin pura-pura tak peduli. “Tenang aja, Mbak. Saya bukan fans klubnya Pak Marvin. Saya cuma pekerja keras yang cinta gaji.”

Begitu Aulia pergi, Nadin menghela napas panjang, lalu mengambil map laporan dan satu cangkir kopi yang baru diseduh oleh rekan sekantor.

“Lumayan, sekalian kasih bonus aroma harum ke ruangan es kutub itu,” gumamnya.

Ruangan Marvin berada di ujung koridor. Pintu kayu berwarna hitam elegan, dengan nama “Marvin Alexander, CEO” tertulis di plat logam. Nadin mengetuk tiga kali, mencoba menenangkan jantung yang seolah menabuh drum di dada.

“Masuk,” suara berat itu terdengar dari dalam.

Nadin melangkah pelan, tapi baru dua langkah masuk tragedi pun dimulai. Seseorang tiba-tiba muncul dari sisi ruangan, menabrak lengannya.

'Cesshhh!' kedua mata Nadin melotot sempurna. Kopi panas tumpah tepat ke kemeja putih milik Marvin Alexander. Seluruh ruangan seketika sunyi.

“Astaga!” jerit Nadin spontan, panik. “Pak Marvin! Aduh, maaf banget ... saya nggak sengaja! Itu, tadi Mbak Aulia...”

“Miss Nadin.” Suara Marvin pelan, tapi cukup untuk membuat Nadin ingin pensiun dini. Dia menatap noda kopi di kemejanya, lalu menatap wajah Nadin dengan ekspresi datar penuh tekanan.

“Apakah setiap kali kita bertemu, Anda harus membuat kekacauan?”

“Aku … eh, saya ... tidak selalu, cuma … sering,” jawab Nadin gugup. Beberapa staf yang kebetulan lewat di koridor mulai mengintip dari pintu kaca.

Aulia berdiri di dekat meja, menatap sinis. “Tadi saya sudah bilang, jangan macam-macam di ruang Pak Marvin.”

“Lia,” potong Marvin dengan nada tegas. “Kau boleh keluar dulu.”

Wajah Aulia menegang. “Tapi...”

“Sekarang.”

Aulia akhirnya keluar, tapi sebelum pergi sempat melempar tatapan penuh racun ke arah Nadin. Begitu pintu tertutup, Marvin menghela napas panjang dan mulai membuka tiga kancing di atas kemejanya.

“Pa ... Pak Marvin!” Nadin langsung memalingkan wajah, “Bapak mau ngapain?! Ini kantor, bukan gym!”

“Tenang, saya tidak berniat pamer dada. Saya hanya mau ganti baju.”

Nada suaranya dingin, tapi di mata Nadin, setiap gerakan itu terasa seperti adegan slow motion yang tidak perlu. Kemeja putih yang kini menempel separuh di tubuhnya membuat Nadin ingin mengutuk dirinya karena menatap terlalu lama.

“Kalau kamu terus berdiri di situ, Miss Nadin, saya anggap kamu sengaja menonton,” ujarnya tanpa menoleh.

“Enggak!” seru Nadin buru-buru, lalu berbalik dan menatap meja, “Saya cuma ... melindungi integritas visual saya.”

Marvin tidak menanggapi, dia berjalan ke arah lemari pakaian kecil di sudut ruangan, mengganti kemejanya dengan satu yang baru. Suasana hening beberapa detik, lalu suara lembut tapi tegas itu kembali terdengar.

“Nadin, lain kali berhati-hatilah. Di perusahaan ini, semua mata memperhatikan.”

Nada itu membuat Nadin menunduk.

“Iya, Pak. Saya sungguh nggak bermaksud...”

“Saya tahu,” potong Marvin cepat.

“Saya cuma tidak ingin orang lain salah paham. Mereka bisa berpikir kamu dapat perlakuan khusus karena ... kita bertetangga.”

Nadin tertegun. “Oh ... jadi Bapak khawatir reputasi saya?”

Marvin menatapnya sesaat. “Reputasi perusahaan.”

“Wah, keren banget prioritasnya,” gumam Nadin lirih, tapi cukup keras untuk didengar. Marvin hampir tersenyum, tapi menahan diri.

“Pergilah, sebelum kau menumpahkan sesuatu lagi.”

“Siap, Tuan CEO Dingin.”

Nadin keluar dengan muka ditekuk, tak sadar bahwa di belakangnya, Marvin justru menatap punggung gadis itu dengan ekspresi yang jauh lebih lembut daripada kata-katanya.

Sore harinya, kabar soal “insiden kopi” sudah menyebar ke seluruh kantor. Beberapa karyawan bergosip di pantry, sebagian mengaitkannya dengan rumor lama, bos mereka punya hubungan spesial dengan karyawan baru dari rumah sebelah.

“Eh, katanya Nadin tetangga Pak Marvin, ya?” bisik salah satu staf.

“Iya, katanya mereka dekat banget waktu kecil. Siapa tahu tuh ... cinta lama bersemi di kantor,” timpal yang lain.

Nadin menatap mereka dengan ekspresi antara malu dan kesal. “Boleh nggak sih, hidup saya bebas dari gosip minimal sehari aja?”

“Sulit,” jawab rekan sekantornya sambil tertawa. “Kamu lucu, dan bos kita terlalu ganteng buat nggak digosipin.”

Nadin mengangkat bahu. “Kalau ganteng bikin susah, aku mending pindah divisi kebun aja.”

Belum sempat tawa mereka reda, suara berat familiar terdengar di belakangnya.

“Kebun? Kami tidak memiliki divisi itu, Miss Nadin.”

Semua karyawan sontak diam. Marvin berdiri di ambang pintu pantry, tangan di saku, ekspresinya datar tapi mata tajamnya menatap lurus ke arah Nadin.

“Pulang bersama saya. Mama saya menitipkan sesuatu untuk keluarga kamu.”

“Pa ... Pak Marvin?”

“Sekarang.”

Seluruh ruangan hening, tapi Nadin tahu satu hal, kalau selama ini orang-orang di kantor belum punya alasan untuk bergosip, maka mulai hari ini mereka pasti punya.

Sore itu, mobil hitam Marvin berhenti di depan rumah Nadin. Dari luar pagar, suara ibu-ibu terdengar, entah kenapa semua menatap ke arah mereka.

“Bu Rani!” salah satu dari mereka berteriak. “Itu, itu anakmu pulang diantar bos tampan, ya ampun!”

Rani keluar dengan tangan masih memegang selang air. Begitu melihat Marvin, senyumnya langsung melebar.

“Marvin, nak! Wah, makin gagah aja kamu! Nih, bawa sayur dulu buat mamamu!”

“Iya, Tante. Terima kasih,” jawab Marvin sopan.

Sementara itu Nadin berdiri di sisi mobil, ingin lenyap ditelan bumi. Begitu Marvin pergi, Rani langsung memelototinya.

“Nadin! Kamu ngapain bisa satu mobil sama dia?!”

“Bu, ini cuma nebeng!” seru Nadin. “Lagipula, Bu Araya nitipin sesuatu buat Bapak!”

“Tuh kan, keluarga Alexander emang baik banget...” Rani tersenyum hangat, tapi lirih menambahkan, “Tapi jangan sampai kamu kebanyakan senyum sama Marvin, ya. Nanti Bu Araya salah paham.”

Nadin mengerjap. “Salah paham gimana?”

Bu Rani mendesah pelan. “Ayahmu dulu pernah suka Bu Araya waktu SMA.”

Nadin membeku. “Apa?!”

“Udah, masuk sana. Bantu Ayahmu. Jangan sampai Bu Araya keburu nostalgia,” jawab Bu Rani ringan sambil berjalan pergi.

Nadin hanya bisa berdiri di halaman, memandangi rumah tetangga di sebelah, rumah keluarga Alexander dan tanpa sadar bergumam,

“Dunia ini kecil banget … dan penuh jebakan cinta yang aneh.”

1
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
stress
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
emaknya malah ngajarin yg ge waras
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
setinggi apa itu
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
damar ato dimas?
Esther Lestari
Marvin kenapa kamu dengan mudahnya menerima minuman...kan bisa kamu menolak dengan tegas.
sum mia
aku bacanya geregetan banget , bego banget Marvin mau aja di kasih minum wine , jelas-jelas minuman memabukkan yang pasti akan buat dia oleng . semoga saja Nadin bisa mengatasi foto Marvin dan Anita yang mungkin akan tersebar di media .
rasanya pengen tak getok aja tuh kepalanya Anita biar gegar otak sekalian . jadi orang kok murahan banget mau merebut suami orang .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia: ikut geregetan kan....
total 4 replies
Rokhyati Mamih
kok aku jadi jengkel ke anita murahan pisan ngga punya urat malu deh 🤭🤭
Lusi Hariyani
marvin km jg ceroboh bngt untung nadin wanita kuat
Teh Euis Tea
anita gagal lg ya mau ngerjain marvin, emang enak, udahlah anita jgn kejar trs marvin
Wulan Sari
lha sebel dmn2 cerita ada pelakor.....
sampai bacanya gemes tolong pelakor di hempaskan biyar kapok dan kena karmanya....
heeee lanjut Thor semangat 💪
Hary Nengsih
lanjut
Ucio
Anita stress Masih monitor,,capkede🤭🤭
sum mia
lampir satu ini kok masih ngotot aja , masih gak sadar juga . Anita.... Anita.... laki-laki didunia bukan hanya Marvin , kenapa kamu harus merendahkan diri sendiri hanya karena seorang laki-laki .
tapi ingat aja Anita.... kamu gak akan menang melawan wanita bar-bar seperti Nadin Alexander .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia: orang sirik kayak gitu mana bisa mikir positif , yang ada hanya ingin merebutnya saja .
total 2 replies
sum mia
betul kata Marvin....kamu gak perlu seperti mereka , cukup jadi diri kamu sendiri itu sudah sangat membanggakan .
dan ternyata drama ibu hamil masih berlanjut terus . bukan Nadin yang hamil yang bikin heboh , tapi Marvin suaminya malah sekarang ditambah mertuanya .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia
eh .... masih ngeyel juga .... masih belum menyerah . kapan kamu sadar Anita.... lagi-lagi kamu gak akan bisa melawan Nadin Alexander . wanita yang kau anggap dari golongan rendah tapi nyatanya dia yang tampil tenang , elegan dan berkelas .
tapi pantes aja sih kelakuan Anita kayak gitu , orang ajaran dan didikan ibunya juga gak bener .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia
dan akhirnya....si Anita wanita yang sok berkelas dan elegan mundur walaupun mungkin masih menyisakan rasa iri dengki dihatinya . iri karena tidak bisa menggeser Nadin disisi Marvin .
apalagi sekarang Nadin lagi hamil makin sayang dan cinta mereka makin tumbuh lebih besar .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Ddek Aish
nggak nyerah juga si calon pelakor malah didukung maknya
Teh Euis Tea
ky lomba aj km anita blm menang, emang mau ngapain km jgn bikin hara2 deh km anita
Arin
Memang kalau dirimu menang, dapat apa Anita? Marvin?
sum mia
weleh...weleh.... Nadin yang hamil tapi keluarga yang heboh . bak ketiban durian runtuh... mereka amat sangat bahagia .
selamat ya Nadin dan Marvin , semoga kehamilannya berjalan lancar hingga lahiran nanti .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!