Seorang pemuda berasal dari golongan menengah berharap mendapakan jodoh anak orang kaya. Dengan perjuangan yang keras akhirnya menikah juga. Menjadi menantu orang kaya, dia begitu hidup dalam kesusahan. Setelah memiliki anak, dia diusir dan akhirnya merantau. Jadilah seorang pengusaha sukses.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artisapic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB II CINTA ITU NYATA
Setelah mengenal gadis walau belum mengetahui namanya, tapi Bakrun merasa dirinya paling hebat di antara teman-temannya. Siang itu Bakrun mengayuh sepeda bututnya untuk menjemput Ibunya berjualan keliling. Seperti biasa , ia menunggu di sebuah pos ronda. Selang beberapa lama, dari jalan sebelah kiri, terlihat seorang bapak-bapak membonceng seorang perempuan, rupanya suami istri.
Bapak itu berpakaian necis lagaknya seorang bos, pakai topi mewah kaya koboy, bersepatu, juga memakai arloji di tangannya. Sementara si perempuan yang dibonceng itu memakai kebaya, rambut disanggul ibarat seorang sinden di pentas wayang. Sepeda bapak itu melaju dengan kecepatan sedang, tapi tidak disangka di depannya itu ada Polisi tidur. Otomatis kagok juga, mau ngerem sudah tidak mungkin, kalau tidak di rem bisa terbang itu sepeda.
Karena kagok maka bapak itu terpaksa ngerem sepeda, nggak tahunya, sepeda itu lompat tak terkendali. Perempuan yang dibonceng sudah pasti jatuh, nah...begitu kejadian itu Bakrun juga nggak nyangka akan ada musibah justru malah diam. Ia menyaksikan kejadian naas itu. Perempuan tadi terjatuh dengan posisi duduk, rasa sakit sudah pasti, yang jadi masalah justru sanggul perempuan itu lepas dan menggelinding seperti roda mobil, perempuan itu berteriak....
" Sanggulku....sanggulku.....itu tolong sanggulku....ambilkan.....hey....ambilkan sanggulku.....", teriaknya sambil merengek.
Sementara si bapak tadi , tak terkendali dengan sepedanya, justru sepeda itu melompat dan melenting menuju kebun pisang. Di situ sepeda tadi terhenti di antara dua pisang, dan si bapak tadi bergelantungan di tandan pisang sambil kakinya mencari pijakan.
" Tolong.....tolong....tolong....ambilkan tangga atau kursi....tolong...," pintanya.
Bakrun melihat hal itu malah ketawa sampai hampir menangis, yang lebih herannya justru sanggul yang menggelinding tadi menabrak tali karet yang lagi dibentangkan anak-anak main lompatan. Sanggul tadi justru terpental lagi dan menggelinding lagi menuju jalan perempatan, di situ ada beberapa anak main bola, melihat ada yang menggelinding ke arah seorang anak, maka ditendanglah sanggul itu dan menuju ke arah lain.
" Waduuuuuuuuh....sanggulku malah ditendang, dasar kurang asem tuh anak-anak," kata perempuan tadi.
Bakrun yang melihat kejadian itu malah semakin terpingkal-pingkal, sampai ia mau tersungkur. Melihat Bakrun mau jatuh, perempuan itu berkata ;
" Hey....dongo....rasain ya mau jatuh, itu sanggulku.....tolong ambilkan sanggulku....." rengek perempuan itu.
Setelah sanggul tadi ditendang, sanggul itu menuju ke arah ibu-ibu yang sedang ngerumpi, begitu ada sanggul menuju ke arahnya, ibu-ibu tadi malah bubar, semua lari terbirit-birit, dikira ada tikus atau apalah. Sementara sanggul tadi terus menggelinding dan dari arah depan ada sepeda melaju kencang, orang-orang menjerit dikira akan menabrak sanggul tadi.
Ternyata kaki si pengendara sepeda itu justru menendang sanggul tadi, membuat arah sanggul menuju ke gerobak bakso. Yang melihat sanggul itu malah lari sambil berkata ;
" Ada babi hitam.....tolong...tolong.....itu ke sini," katanya sambil lari masuk ke gang kecil.
Sementara sanggul itu terus menggelinding ke arah tadi, karena takut banyak orang lari, si pedagang bakso tadi menendang sanggul itu dan justru tidak kena, malah si pedagang bakso jatuh terpeleset. Mangkok yang siap diberikan kepada pembeli yang sudah terisi bakso malah menimpah tubuh si pedagang tadi. Merasa panas akhirnya ia menjerit kepanasan.
" Aduuuuuh panas.....aduuuuh...panas ini...gara-gara sanggul....panas", teriaknya.
Orang-orang yang menyaksikan kejadian itu merasa terhibur, sampai anaknya ada yang menangis juga tidak sadar, saking lucunya kejadian itu.
Sementara sanggul tadi terus menggelinding, sampai akhirnya terhenti di selokan berisi lumpur. Melihat sanggul tadi jatuh ke selokan, ada temannya Bakrun, si Lukman , di ambillah sanggul itu ke udara, dan begitu jatuh menuju ke pemiliknya. Karena masih teriak-teriak terus, tidak tahu sanggul itu ke arahnya. Dan...di depan perempuan tadi ada Polisi tidur, sanggul itu menabrak Polisi tidur, otomatis meloncat dan begitu terloncat justru pas di wajah perempuan itu.
Saking kagetnya, dikira bukan sanggul, malah si perempuan itu membuangnya dan sanggul itu jatuh pas di atas bapak tadi yang membonceng perempuan itu. Karena kaget, si bapak tadi mengambilnya dan ditendanglah sanggul itu hingga tersangkut di atas pohon.
" Kurang asem semua...dasar....kurang asem....," kata perempuan itu.
Selanjutnya perempuan itu menyuruh beberapa orang untuk mengambilnya. Sementara itu sepeda yang tersangkut di pohon pisang juga sudah diambil juga oleh warga di situ. Kejadian itu membuat lelucon baru, aneh dan aneh.
Sementara itu Bakrun dan Lukman tertawa di pos ronda, keduanya mau menangis, saking lucunya. Tiba-tiba dari arah jalan sana ada seseorang memanggil Bakrun, ternyata orang itu disuruh Ibunya untuk menjemput.
Setelah mengayuh sepeda kurang dari sepuluh menit, sampailah ia di depan Ibunya.
" Kanapa kamu Nak, cengengesan sendiri saja," kata Ibunya kepada Bakrun.
Sementara Bakrun tidak bisa berkata apa-apa kecuali dia makin keras ketawanya. Melihat hal itu , Ibunya sepontan mengambil air putih, lalu dikumur-kumur sambil berdoa dan .....
" Bruuuuuuush ,"
Bakrun disembur oleh Ibunya dan membuat Bakrun kaget setengah mati.
" Ibu ini bagaimana sih, anak sendiri disembur, seperti saya kesurupan saja Bu," kata Bakrun.
" Bukan kesurupan lagi, kamu itu kenapa Nak ?" katanya sambil merasa kawatir atas Bakrun.
Dengan kesal akhirnya Bakrun menaikan barang bawaan Ibunya ke atas sepeda. Ibu dan anak itu berjalan menuju rumah.
Di jalan sambil menuntun sepeda, Bakrun bercerita kejadian tadi soal sanggul. Mendengar cerita itu, Ibunya terpingkal-pingkal sampai kentut keluar saja tidak terasa. Bahkan Ibunya hampir jatuh, untungnya beliau bersandar ke tembok rumah orang.
Setelah sampai rumah, Bakrun menurunkan barang bawaan tadi, dan tanpa disengaja, dirinya melihat gadis kemarin lewat di depan rumahnya.
" Hey....baru pulang nih," sapa Bakrun.
" Iya kang,....rupanya akang di sini ya rumahnya ?" tanya gadis itu seraya mengajak kenalan sama Bakrun.
" Boleh kenalan nggak," kata gadis itu.
Sambil menyodorkan tangannya , gadis itu menyebut nama dirinya, " Neli...." .
Sementara Bakrun menyebut namanya juga , " Bakrun ".
Hari itu terasa bagi Bakrun sebuah harapan indah ibarat pelangi yang warna warni menghiasi langit tatkala musim hujan, indahnya setiap lapisan pelangi itu, menandakan sebuah tingkatan cinta yang berakhir dengan kebahagiaan, dan berujung dari kenalan tanpa di sengaja, itu benar-benar nyata. Cinta memang buta tapi bagi Bakrun cinta itu nyata. Semangat hidupnya membara dan dalam hatinya begitu menggebu untuk sebuah asa dan cita dari hati yang bernuansa cinta dibaluti oleh pandangan dengan tatapan dalam, hingga benih-benih keinginan hati terwujud dalam sebuah cita-cita demi asmara yang membara, serta menanti dalam setiap kerinduan.