Apa yang akan kalian lakukan jika tiba-tiba kalian terbagun di tubuh orang lain. Apa lagi tubuh seorang idola terkenal dan kaya raya.
Itulah yang sedang di rasakan Anya. Namun, ia bangun di tubuh Arka, seorang Leader boyband Rhapsody. Ia mendadak harus bersikap seperti seorang idola, tuntutan kerja yang berbeda.
Ia harus berjuang menghadapi sorotan media, penggemar yang fanatik, dan jadwal yang padat, sembari mencari cara untuk kembali ke tubuhnya sendiri sebelum rahasia ini terbongkar dan hidupnya hancur.
Mampukah Anya bertahan dalam peran yang tak pernah ia impikan, dan akankah ia menemukan jalan pulang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUJIYAKAR 02
Mereka saling pandang. Keterkejutan tergambar jelas di wajah Anya dan Arka.
Mata Anya terpaku pada sosok di depannya, tangannya meraba dadanya sendiri.
Arka pun demikian, hendak menyentuh dadanya, tetapi Anya segera menghentikannya.
"Jangan!" teriak Anya histeris.
Arka menarik tangannya. "Gila! Kok bisa gini sih? Kenapa aku jadi ada di badanmu?"
Arka melotot. Anya, yang duduk di ranjang, sama terkejutnya. Sosok di hadapannya adalah dirinya sendiri, tetapi dengan jiwa Arka di dalamnya.
Sebaliknya, jiwanya kini berada di tubuh Arka. Mustahil. Jiwa mereka bertukar.
Arka, dalam tubuh Anya, duduk di samping ranjang, frustasi. Ia beberapa kali memperhatikan tubuh mungil itu, bahkan mengintip dari balik bajunya.
Anya berteriak lagi. "Jangan! Jangan macem-macem ya! Awas saja kau berani ngapa-ngapain badanku!"
"Idih … Apaan sih? Emang aku mau ngapain? Badan tepos gitu, bukan seleraku!" sentak Arka.
"Awas saja, kau!" ancam Anya. "Terus sekarang gimana dong? Kenapa ini bisa kejadian sama kita, sih?"
Frustasi mereka semakin memuncak. Belum selesai satu masalah, kini masalah yang lebih besar muncul.
Tubuh yang selama ini Arka puja dan jaga kini berada di tangan wanita yang ceroboh dan kurang merawat diri.
Arka memperhatikan penampilan tubuh Anya, wajah kusam, tubuh pendek dan berisi, serta penampilan yang berantakan membuat Arka menggeleng kepala.
"Seneng kan kau sekarang?! Bisa ngeliatin badanku sepuasnya! Badan idola semua orang tau! Pasti kau juga seneng, kan? Sekarang aku nggak mungkin bisa memecatmu!" kata Arka.
'Bener juga, ya! Gini kan dia nggak bisa pecat aku. Dia pasti khawatir banget sama badannya, hahaha,' batin Anya seneng sendiri.
Anya menyilangkan tangan di dada. "Siapa bilang? Kita lagi terjebak gini, masa aku mikir gituan!"
"Siapa tau, karena sudah begini, kau harus menjaga tubuh berhargaku itu, ngerti gak? Dan buat alasan supaya kau tidak memecatku," ujar Arka.
Arka melangkah mendekat dengan ekspresi sombong. " Karna aku gak mau jauh dari tubuhku itu. Awas aja mulai sekarang, aku akan terus mengawasimu!"
Anya menelan ludah dan mengangguk. Tak lama kemudian, pintu ruangan terbuka.
Seorang dokter dan beberapa suster masuk, diikuti oleh para anggota Rhapsody.
Ketiganya tampak cemas dan langsung mengerubungi Anya yang berada di tubuh Arka. Arka tersingkir dan berdiri di pojok.
Tangannya mengepal kuat sambil melotot ke arah Anya, yang hanya bisa tersenyum kecut.
"Syukurlah kau sudah bangun," ucap Jasper, anggota yang penuh perhatian.
Ia memeluk Anya, tetapi Anya menempatkan kedua tangannya di dada Jasper untuk menjaga jarak.
Jasper mundur dengan heran. "Ada apa? Kau menolak pelukanku?"
Jasper cemberut.
Jakson, yang berdiri di sampingnya, menghibur. "Mungkin Arka masih kurang sehat, jadi jangan terlalu mengganggunya dulu."
Anya mengangguk pelan.
"Benar. Tuan Arka memang masih membutuhkan istirahat untuk memulihkan lukanya. Kepalanya terbentur cukup keras, jadi mungkin masih merasa pusing," jelas sang dokter.
Setelah selesai memeriksa, dokter dan para suster meninggalkan ruangan.
Tiba-tiba, Lex, Jasper, dan Jakson menatap Arka dengan tajam. Arka, yang duduk dengan tenang di sofa, menatap mereka dengan bingung.
"Apa?" kata Arka, penuh heran.
Seketika, mereka bertiga membelalak. Anya, yang biasanya penurut dan lemah lembut, kini berani mengeluarkan nada tinggi.
Mereka bertiga saling pandang.
"Apa! katamu? Kau sudah mencelakai leader kita, sekarang kau bersikap seolah tidak bersalah sedikit pun," kata Lex.
Jasper mendekat, suaranya lirih. "Bukankah Anya aneh? Tatapan matanya tidak seperti biasanya. Dan Arka juga … kenapa dia terlihat lebih kalem?"
Mereka memandang Arka dan Anya bergantian. Jakson menepuk pundak mereka berdua.
"Sudah, jangan berpikir yang aneh-aneh. Mungkin mereka sedang terluka, makanya bersikap begitu," kata Jakson bijaksana.
Jakson adalah anggota yang paling bijaksana dan pengertian di antara mereka. Lex dan Jasper pun mengangguk mengerti.
"Sudah-sudah, jangan hiraukan dia. Biarkan saja dia di situ," kata Anya, sedikit gugup.
Mereka hanya mengerutkan dahi, tak mau berdebat dengan Anya.
Tak lama kemudian, pintu terbuka lebar, mengejutkan mereka semua.
"Mana? Mana Arka?" tanya Shofia, yang baru saja tiba.
Setelah mendengar kabar kecelakaan Arka, ia bergegas ke rumah sakit. Arka adalah aset berharga bagi Starlight Agency. Jika terjadi sesuatu pada Arka, tentu akan berpengaruh besar pada perusahaannya.
Wanita berumur 30 tahun itu berjalan tergesa-gesa menghampiri Arka yang terbaring lemah.
Ia memeluk Arka erat. "Syukur deh kamu gak papa. Apa ada yang sakit? Cepat bilang! Nanti aku pindahkan kamu ke rumah sakit yang lebih besar dan canggih."
Shofia menangkup kedua pipi Anya dan menatapnya dengan teliti.
"Ti ... tidak, Buk. Saya sudah baik-baik saja," sahut Anya lirih, dengan senyum tipis.
Seketika, mata Shofia dan ketiga anggota Rhapsody membulat sempurna.
"Apa? Buk?!" jawab mereka bersamaan.
Arka, yang duduk di sofa, menepuk jidatnya keras-keras.