NovelToon NovelToon
Something About You

Something About You

Status: sedang berlangsung
Genre:Sci-Fi / Time Travel / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:203
Nilai: 5
Nama Author: Wahyu Ela Safitri

Setelah kematian ayahnya, Renjana Seana terombang-ambing dalam kehidupan tak terarah, gadis yang baru menginjak umur 20 an tahun dihadapkan dengan kehidupan dunia yang sesungguhnya disaat ayahnya tidak meninggalkan pesan apapun. Dalam keputusasaan, Renjana memutuskan mengakhiri hidupnya dengan terjun ke derasnya air sungai. Namun takdir berkata lain saat Arjuna Mahatma menyelamatkannya dan berakhir di daratan tahun 1981. Petualangan panjang membawa Renjana dan Arjuna menemukan semua rahasia yang tersimpan di masa lalu, rahasia yang membuat mereka menyadari banyak hal mengenai kehidupan dan bagaimana menghargai setiap nyawa yang diijinkan menghirup udara.
by winter4ngel

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Ela Safitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sendirian

Kebaya berwarna coklat cerah melekat indah di tubuh Renjana, gadis itu berdiri didepan cermin, memperhatikan penampilannya yang sama seperti mahasiswa lain yang akan melakukan wisuda minggu ini. Renjana datang sendirian, niatnya berada di kampus hari ini adalah mengambil ijazahnya yang sudah selesai cetak. Tapi salah satu kegiatan mahasiswa setelah lulus kuliah adalah wisuda, dia juga melakukan wisuda seperti yang lain, namun perasaan Renjana sangat hambar.

Disaat orang lain bersama dengan keluarganya, kedua orang tuanya, kakak adik, bahkan saudaranya yang lain. Renjana sendirian, dia hanya bersama dirinya sendiri. “Tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja.” Pikir Renjana dalam hati sambil menguatkan diri.

Renjana masih punya Sendu, ibunya. Tapi sejak Renjana kecil, Sendu sudah sakit-sakitan. Renjana tidak cukup memiliki keberanian untuk mengajaknya pergi ke luar kota hanya menghadiri wisudanya yang formalitas. Renjana mempertimbangkan banyak hal hingga memutuskan untuk Sendu tidak perlu ikut dengannya keluar kota, dia bisa mengatasi sendiri.

Wisuda dilaksanakan di salah satu gedung kampus, berjalan cukup cepat, dari jam 7 pagi hingga jam 12 siang, dengan banyak rangkaian penting di dalamnya. Renjana keluar dari gedung tersebut sambil membawa buku ijazahnya dan tas selempang yang digunakan untuk meletakkan ponsel serta peralatan pribadi lainnya.

Brukk!

“Sorry...” seseorang langsung menunduk dan mengambilkan ijazah milik Renjana yang jatuh di rumput.

“Thanks.” Ucap Renjana sambil menerima ijazahnya kembali, tanpa berlama-lama Renjana melanjutkan langkahnya karena dia harus segera masuk kedalam mobil grab yang sudah dipesan.

“Tung-.”

Mobil itu membawa Renjana kembali ke hotel tempatnya menginap, selama dalam perjalanan yang super macet karena bukan hanya kampusnya yang melaksanakan wisuda hari ini, Renjana hanya memperhatikan jalanan di luar, pandangannya kosong, dia kesepian. Teman, dia tidak berpikir punya teman. Renjana tidak yakin bisa membalas budi pada teman-temannya saat mereka datang ke acara wisudanya, sehingga Renjana tidak mengatakan kepada siapapun kalau dia wisuda hari ini.

Enam bulan setelah kematian ayahnya, Renjana seperti mayat hidup, dia hanya mengerjakan apa yang dia kerjakan, tanpa perasaan bahagia yang mendampingi. Awalnya Renjana sangat ekstrovert tapi setelah kejadian naas itu, entah kenapa Renjana takut berinteraksi dengan orang lain. Keberanian itu seperti hilang darinya, Renjana takut dengan apapun, Renjana tidak bisa hidup dengan baik.

Kamar dengan satu ranjang queen size, koper kecil di sudut sebelah nakas dan pakaian yang cukup berantakan di atas kursi. Renjana menjatuhkan tubuhnya di ranjang empuk tersebut sambil melihat langit-langit kamarnya. Rasanya sepi, Renjana memeluk tubuhnya sendiri, hingga mulai tertidur cukup lama.

“Ayah.” Renjana berdiri di dalam ruang tamu yang ada di rumahnya, di pintu ada pria paruh baya yang tersenyum padanya. “Ayah pulang?.”

Tidak ada jawaban apapun, Sadewa hanya tersenyum pada putri bungsunya.

“Bertahanlah dengan baik walaupun dunia sedang menyakitimu.” Kalimat pertama yang diucapkan oleh Sadewa, bukan hanya kalimat pertama tapi juga kalimat terakhirnya sebelum Renjana benar-benar terbangun dengan keringat yang membasahi sekujur tubuh.

AC di kamar itu sudah sangat dingin namun Renjana masih basah dengan keringat, tangisnya pecah, saat dia mengingat sosok yang dia sayangi tanpa kata-kata itu, Renjana hanya bisa menangis. Jika Renjana punya kesempatan lagi bertemu dengan Sadewa, dia akan mengungkapkan perasaannya dengan nyata, mengatakan dengan gamblang bahwa Renjana sangat mencintainya lebih dari apapun. Sadewa adalah cinta pertamanya, sakit hati pertamanya, dan Ayah yang sangat sempurna untuknya.

Setelah setengah jam terlarut dalam dirinya sendiri, Renjana mengusap air matanya sambil menghapus make up nya di depan cermin. Pandangan kosong, Renjana terus membersihkan wajahnya hingga bersih. Mengganti pakaiannya setelah mandi, pakaian simpel yang membawanya keluar dari kamar hotel.

Hotel itu ada 3 lantai dua bangunan berhadapan, setiap lantai ada sekitar 4 kamar, semua kamarnya bagus. Tapi paling bagus berada di lantai satu, semakin tinggi lantai semakin murah harganya. Kebetulan Renjana berada di kamar yang standar, tidak mahal juga tidak murah, cukup dengan budget yang dia punya.

Renjana menuruni tangga menuju ke lantai satu, mengabaikan semua orang yang berpapasan dengannya. Tujuannya hanya keluar menuju ke lobby untuk membeli minum dan makanan ringan, kemudian keluar untuk membeli makanan berat. Besok pagi Renjana harus segera check out untuk kembali pulang, pesawatnya berangkat jam 8 pagi, kebetulan dia mendapatkan jadwal pagi.

Gerobak nasi goreng berada di seberang hotel tempat Renjana menginap, setelah hujan mengguyur jalanan, sekitar lumayan sepi, banyak orang enggan keluar dari rumah dan lebih suka bermalas-malasan di atas tempat tidur. Renjana satu-satunya orang yang menghampiri gerobak nasi goreng dengan penjual yang seumuran dengan mendiang ayahnya.

Renjana tersenyum memasan satu bungkus nasi goreng lalu menunggunya sampai selesai dibungkus.

“Terimakasih banyak sudah membeli dagangan saya nak.” Ucap penjualnya nampak sangat bersyukur membuat hati Renjana teriris, perasaan sedih itu menghampirinya, rasa rindu dan kasihan saat melihatnya seperti melihat Sadewa. Kulit wajah yang kusut, mata yang hangat, dan juga ketulusan.

“Sama-sama pak.” Renjana tersenyum tipis kemudian kembali menyeberangi jalan menuju ke hotel, semakin lama di sana, air mata Renjana bisa jatuh tanpa permisi.

Renjana menghentikan kakinya di ujung tangga lantai dua saat melihat di lorong kamarnya ada keributan, kamar paling ujung. Keributan yang tidak besar, beberapa pria yang entahlah sedang ribut tentang apa. Renjana kembali melangkahkan kakinya menuju ke kamar yang berjarak satu pintu dari tangga.

“Hei.” Panggilan itu membuat Renjana yang akan membuka pintu kamarnya menggunakan kartu yang dia bawa, dihentikan.

Renjana melihat ke samping dengan tatapan dingin dan malas.

“Ada yang bisa saya bantu?.” Suara Renjana yang sangat tidak bersahabat dan dingin.

“Temanku ada yang ingin berkenalan.”

“Maaf, saya tidak ada waktu.” Renjana tersenyum tipis dan kembali menempelkan kartunya di gagang pintu dan langsung masuk kedalam tanpa mengatakan apapun lagi.

Bukan karena jual mahal, Renjana memang tidak ada waktu untuk berkenalan apalagi interaksi dengan orang lain. Ada banyak hal yang Renjana pikirkan dikepala, bagaimana dia hidup di masa depan, bagaimana menjalani kehidupannya lagi dengan baik.

Saat sedang makan, suara ketukan di pintu kembali mengganggunya, bahkan bukan hanya ketukan pintu tapi juga ketukan di jendela kamarnya yang tepat berada di sebelah pintu. Renjana menghentikan kegiatannya dengan wajah kesal, gadis itu mengambil ponselnya yang ada di meja dan menghubungi resepsionis, dia benci diganggu sehingga memanggil resepsionis agar mengusir mereka yang ada di depan pintunya.

Selang beberapa menit, suara mulai sunyi. Renjana bisa melanjutkan kegiatan makannya dengan tenang.

Pagi ini Renjana keluar dari kamar dengan koper yang dia tarik, keadaan masih sangat sepi. Di bantu pelayan hotel, dia menuruni tangga menuju ke lobby hotel. Sebelum pergi, resepsionis memberikan sebuah kertas kecil pada Renjana.

“Apa ini?.”

“Kamar 2.4 memberikan ini pada anda.”

Renjana melihat isi kertas tersebut, sebuah nomor ponsel dan juga pesan singkat. “Terimakasih.” Setelah menerimanya, Renjana membuang kertas tersebut ke tong sampah yang ada di luar, kemudian masuk kedalam mobil menuju ke bandara.

Renjana berusaha membatasi kehidupan dengan dunia luar, dia berubah 180 derajat dari Renjana yang sebelumnya. Perkenalan dengan orang baru, dia tidak berniat melakukannya, pada akhirnya semua orang yang datang padanya akan pergi. Sama seperti ayahnya yang pergi tanpa pamit, semua orang yang dia sayang pada akhirnya akan meninggalkannya. Sehingga Renjana tidak berniat membuka hati untuk siapapun saat ini, hanya dirinya dan kehidupannya sendiri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!