NovelToon NovelToon
JATUH KEPELUKAN SANG PANGERAN

JATUH KEPELUKAN SANG PANGERAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berbaikan / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:270
Nilai: 5
Nama Author: Sarah Siti

JATUH KEPELUKAN SANG PANGERAN

Zhao, putri bangsawan yang terkenal cantik dan keras kepala, kembali membuat kehebohan di kediaman keluarganya. Kali ini, bukan karena pesta atau keributan istana… tapi karena satu hal yang paling ia hindari seumur hidup: perjodohan!

Dirinya dijodohkan dengan Pangeran Wang pangeran kerajaan yang dikenal dingin, tegas, dan katanya... kejam?! Zhao langsung mencari cara kabur, apalagi hatinya telah tertambat pada sosok pria misterius (pangeran yu) yang ia temui di pasar. Tapi semua rencana kacau saat ia malah jatuh secara harfia ke pelukan sang pangeran yang tak pernah ia pilih.

Ketegangan, kekonyolan, dan adu mulut menjadi awal dari kisah mereka. Tapi akankah hubungan cinta-benci ini berubah jadi sesuatu yang lebih hangat dari sekadar perjodohan paksa?

Kisah cinta kerajaan dibalut drama komedi yang manis, dramatis lucu, tegang dan bikin gemas!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarah Siti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ANTARA DUA PANGERAN

Pertemuan itu… tidak bisa dihindari.

Zhao menghela napas panjang setelah insiden "jatuh dan debat mulut" dengan Pangeran Wang. Dadanya masih berdegup kesal—dan sedikit geli, walau ia mati-matian menyangkalnya.

“Kenapa bukan Pangeran Yu saja yang menangkapku...” gumamnya, sambil memelototi bunga-bunga di taman seperti sedang cari kambing hitam.

Langkahnya cepat. Tatapannya tajam. Ia kembali menyisir taman—tempat pertama melihat sosok pujaan hatinya berdiri tadi.

Namun...

“Dia udah nggak di sini!” bisiknya kesal. “Ugh, si batu es itu benar-benar penyebab segalanya!”

---

Di taman utama istana, Kaisar dan Ayah Zhao sudah menunggu di bawah paviliun. Keduanya duduk santai menikmati teh, wajah tenang, gaya khas pria-pria tua yang merasa berhak menjodohkan siapa saja tanpa merasa bersalah.

Zhao muncul dengan langkah lemas. Ekspresinya seperti habis kehilangan sepatu kesayangan.

“Zhao!” tegur Ayahnya tajam. “Berhenti membuat wajah seperti habis digigit kuda! Kita sedang di depan Yang Mulia!”

Seketika, senyum manis terbit di wajah Zhao.

“Hamba memberi hormat, Yang Mulia,” ucapnya lembut, lalu menunduk sopan seperti gadis ideal yang baru turun dari surga.

Kaisar tertawa senang. “Putri Zhao sungguh cantik dan anggun. Aku harap kali ini tidak ada penolakan.”

Zhao tersenyum palsu. Dalam hatinya menjerit:

> Ha. Ha. Ha. Tolong, ada yang bisa teleportasikan aku ke bulan sekarang juga?

Kaisar mengangkat tangannya memberi aba-aba. “Panggil Pangeran Wang ke mari.”

---

Di sisi lain, Pangeran Wang duduk santai di balik jendela. Tatapannya kosong menatap taman.

“Gadis keras kepala itu masih mencoba menggagalkan semuanya…” gumamnya pelan.

Lalu ia berdiri, melirik pelayannya. “Bawakan jubahku. Mari kita lanjutkan permainannya.”

---

Langkah kaki mendekat. Zhao langsung menoleh… dan menghela napas sepanjang sungai Nil.

“Dan datanglah si pangeran beku…”

Pangeran Wang berjalan anggun, penuh aura dingin dan aura ‘aku-tak-perduli-padamu’. Tatapannya tajam, dan… senyumnya? Sinis. Seperti menertawakan nasib.

“Ah, akhirnya anak keras kepala ini mau datang,” sambut Kaisar, tertawa kecil.

Pangeran Wang membungkuk. “Hamba tidak ingin melawan titah, Ayahanda.”

Zhao hanya bisa duduk manis dengan ekspresi ‘aku-benci-hidupku’. Pandangannya tajam menatap cangkir teh.

> Kalau aku lempar cangkir ini ke kepalanya, hukumannya mati nggak ya...

Mereka duduk melingkar di bawah pohon. Kaisar tampak bersemangat, Ayah Zhao antusias, Wang diam menikmati tehnya, dan Zhao sibuk menahan emosi.

“Aku tidak tahu mana yang lebih dingin... tehnya atau orang yang minum teh itu,” bisiknya pelan.

Pangeran Wang melirik. Sudut bibirnya terangkat tipis.

“Tehnya,” katanya tenang. “Aku masih hangat… kalau dipeluk.”

Zhao memalingkan wajah. “Geli banget sumpah…”

---

Setelah pertemuan itu selesai, Zhao langsung kabur seperti kucing liar yang melihat ember air. Target selanjutnya: Pangeran Yu.

Ia menyusuri jalan samping taman, dan—akhirnya, menemukan sosok itu. Duduk di bawah pohon aprikot. Membaca kitab. Angin meniup lembut jubahnya. Cahaya matahari membentuk aura samar di sekeliling tubuhnya.

> Indah banget... seperti dalam mimpi.

“Pangeran Yu!” panggil Zhao, seperti anak kecil menemukan es krim rasa cinta pertama.

Pangeran Yu menoleh. “Ah… selamat siang. Nona…?”

Zhao tercengang. “Tidak ingat?! Aku gadis dari pasar! Yang hampir jatuh dan Anda tolong… lalu senyuman Anda bikin jantungku berhenti dua detik!”

Pangeran Yu tampak mengingat. “Pasar itu… oh, maaf, agak kabur. Itu sudah lama.”

“Aku pakai jepit bunga. Hampir nggak bayar barangku. Kau tolong aku.”

Akhirnya Pangeran Yu tersenyum. “Ah! Ya, ya… sekarang aku ingat. Maaf, saat itu ramai sekali.”

Zhao tersipu. “Tidak apa. Yang penting… sekarang aku akan pastikan kau tidak melupakanku lagi.”

Pangeran Yu tersenyum. Tapi tak seantusias yang Zhao harapkan.

> Tapi tidak apa... ini langkah pertama!

> Aku akan buat dia jatuh cinta padaku, membatalkan perjodohan, lalu menikahiku. Dan si Pangeran Batu Es? Silakan main salju sendirian.

---

Lamunan Zhao hancur… saat si pengganggu datang—lagi.

“ASTAGA. Kenapa setiap kali aku bahagia, dia muncul?!” desisnya.

Pangeran Yu berdiri, menyapa dengan sopan, “Kakak Wang.”

“Yu,” sahut Pangeran Wang datar.

Zhao melipat tangan. “Kau gangguan banget…”

Pangeran Wang melirik, lalu tersenyum miring. “Aku butuh bantuanmu, Yu. Ada dokumen pejabat lama yang perlu dikaji ulang.”

Pangeran Yu mengangguk. “Baik. Aku akan bantu.”

Zhao menahan napas. Kenapa sekarang? Kenapaaaa?!

Pangeran Wang menoleh ke arah Zhao dan berbisik, “Berani sekali seorang wanita yang dijodohkan, menggoda pangeran lain dengan tatapan seperti itu.”

Zhao mendelik. “Itu bagian dari rencana. Aku akan buat Pangeran Yu jatuh cinta, lalu membebaskan kita berdua dari pernikahan ini.”

“Kenapa kau pikir aku ingin dibebaskan?” tanya Wang dingin.

Zhao terpaku. “Lho… bukankah kau juga tidak mau menikahiku?”

“Aku tidak bilang begitu,” jawab Wang tenang. “Tapi aku juga tak perlu usaha keras. Karena kau sendiri yang menghancurkan perjodohan ini kelinci licik.”

Zhao menyipitkan mata. “Apa kau baru saja... memanggilku kelinci licik?”

“Lucu. Ceroboh. Tapi suka memberontak dan lari cepat.”

Zhao menyeringai. “Kalau begitu, semoga kau tersesat di hutan penuh wortel busuk.”

Pangeran Wang tertawa pelan, lalu pergi bersama Yu. Zhao hanya bisa mengacak rambut sendiri dengan frustrasi.

---

“Nona Zhao!” suara Meilan datang dari belakang. Nafasnya ngos-ngosan. “Akhirnya saya menemukan Anda!”

Zhao mendengus. “Kenapa kau selalu muncul setiap aku lagi dekat dengan pangeran pujaan hatiku?!”

Meilan menjawab lemas. “Karena setiap kali Nona bersama pangeran… hasilnya selalu buruk.”

“Bukan salahku! Itu semua gara-gara si... si es batu berjalan itu!”

Meilan mendekat, lalu menatap wajah majikannya yang merah padam.

“Kalau begitu... kenapa wajah Nona memerah sekarang?”

Zhao buru-buru menutup pipinya. “Aku... kepanasan! Salah matahari!”

Meilan tersenyum kecil. “Saya tak tahu apakah Pangeran Wang membuat Anda marah… atau malu.”

“MARAH!” bentak Zhao sambil menginjak rumput. “Aku benci dia! Titik!”

“Baik, saya percaya…” sahut Meilan polos. “Tapi… ekspresi Pangeran Wang tadi… seperti sedang melihat kucing liar.”

Zhao melotot. “KAU… menyamakanku dengan KUCING?!”

“Errrrrr… kucing liar yang menyebalkan, tapi lucu…”

Zhao mengubur wajahnya di tangan. “Hari ini… hari terburuk sepanjang sejarah hidupku.”

Meilan menepuk bahunya pelan. “Tapi… Pangeran Yu tadi terlihat senang melihat Nona, bukan?”

Zhao pelan-pelan tersenyum cerah. “Iya ya… dia akhirnya ingat aku! Ini langkah pertama menuju kemenangan!”

Meilan tersenyum. “Kalau begitu… langkah berikutnya apa?”

Zhao mengangkat satu jari, penuh semangat. “Mendekat. Mengikat. Menangkap. Menikah.”

“Semoga Kaisar tidak membaca pikiran Nona…”

Zhao menarik tangan Meilan. “Cepat, kita cari tahu soal Pangeran Yu! Apa makanan favoritnya? Tempat favoritnya? Dan… apakah dia suka perempuan keras kepala?!”

Meilan terkekeh. “Sebaiknya kita mulai dari dapur istana. Saya yakin Anda juga lapar.”

Zhao mengangguk. “Strategi cinta tak akan berhasil dengan perut kosong.”

Meilan mengangguk bijak. “Perut kenyang, hati tenang, cinta datang.”

---

Keduanya pun berjalan menuju dapur istana. Tapi di balik pohon, seseorang memantau dengan mata tajam...

Pangeran Wang.

Ia menarik napas dan tersenyum samar. “Kelinci licik yang cerewet… tapi entah kenapa… menarik juga untuk ditonton.”

 

(Bersambung ke Bab 3...)

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!