NovelToon NovelToon
CINTA DI BALIK DENDAM SANG BODYGUARD

CINTA DI BALIK DENDAM SANG BODYGUARD

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia
Popularitas:690
Nilai: 5
Nama Author: Rii Rya

dendam adalah hidupnya. Melindungi adalah tugasnya. Tapi saat hati mulai jatuh pada wanita yang seharusnya hanya ia jaga, Alejandro terjebak antara cinta... dan balas dendam yang belum usai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rii Rya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

eps 2

"Ketika kau merasa se menderita itu dan sangat ingin menyerah, itu bukan karena kau lemah dan depresi, melainkan karena harapan dan ekspektasi mu terhadap dunia sangatlah banyak."

Di sudut ruangan yang dipenuhi dengan rak-rak buku bacaan yang tersusun rapi, dan sebagian besar sudah tamat dibaca oleh pemiliknya.

Seorang gadis cantik berambut panjang duduk memeluk kedua lututnya, membelakangi perapian yang menyala demi menghangatkan tubuhnya dari dinginnya udara malam yang masuk karena gadis itu membiarkan jendelanya terbuka.

Gadis itu memejamkan matanya yang terasa lelah karena terus menghabiskan waktunya bersama buku-buku di sana demi menepis rasa kesepian. Tidak ada siapa pun yang bisa dia ajak bicara, dan dia juga tidak ingin mengatakan apa pun selain terus pada pendiriannya mencurahkan isi hati dan seluruh harapannya di dalam lembaran-lembaran kertas.

Tapi itu semua hanya alasan. Elena tidak benar-benar merasakan ketenangan tanpa siapa pun yang menemaninya di sana. Gadis itu selalu menunggu kedatangan ayahnya, yang telah memberikan jejak kasih sayang yang luar biasa sejak dia kecil.

Sepeninggal ibunya, Elena hanya memiliki satu-satunya harapan, yaitu sang ayah, Adalrich Wigantara. Setiap kali gadis itu menghidupkan televisi dan melihat ayahnya tersenyum di dalam sana, Elena meremas kertas-kertas di tangannya demi menepis semua harapannya untuk diakui. Elena hanya ingin diakui sebagai seorang putri oleh sang ayah, yang terus mengurungnya di tempat itu.

Gadis itu tidak diperbolehkan pergi ke mana pun, ruang geraknya terbatas dan hanya sebatas berada di sekitar rumah mewah yang dikelilingi banyak bunga-bunga yang bermekaran.

Elena terpaksa harus membuka matanya saat mendengar suara pintu terbuka. Awalnya, dia mengira bahwa itu adalah ayahnya. Namun detik itu juga, senyuman indah di wajahnya langsung padam saat Arthur berdiri di pintu, menatapnya dengan tatapan seringai.

"Hello, Elena. What are you doing?" Arthur berjalan mendekati Elena yang mulai bergetar menahan rasa takut.

"JANGAN MENDEKAT!" pekik gadis itu dan mundur ke belakang.

"Hey, what's wrong with you, baby?" Arthur selalu senang melihat bagaimana wajah ketakutan gadis cantik itu setiap kali dia datang untuk mengganggunya.

"KU BILANG JANGAN MENDEKAT!" Sialnya, Elena sudah tersudut dan tidak bisa bergerak ke mana pun.

Arthur mempercepat langkahnya dan berhenti tepat di depan gadis itu, mencengkeram kedua pipi mulus itu dan menatapnya dengan penuh kebencian.

"Jangan salahkan aku jika aku terus mengganggumu. Salahkan saja pria tua bangka itu yang terus ikut campur urusanku!" bentak Arthur dengan suaranya yang naik empat oktaf, membuat Elena tersentak seketika dan langsung menutup kedua telinganya. Matanya sudah mengembun menahan tangisnya.

"Kapan kau akan mengakhiri hidupmu, Elena?" Pertanyaan menohok itu berulang kali diucapkan oleh pria bernama lengkap Arthur Adhitama itu setiap kali singgah hanya untuk sekadar bermain-main sesuka hatinya.

"KAPAN KAU MATI, ELENA!" Arthur beralih mencekik leher gadis itu. Arthur bisa melihat bagaimana wajah cantik itu jadi begitu mirip dengan Adalrich Wigantara saat gadis itu ketakutan, dan pria itu membabi buta ingin melenyapkannya.

Tiba-tiba, Elena menendang aset milik pria itu dengan kuat sehingga membuatnya langsung mengaduh kesakitan dan memegangi asetnya yang terasa nyeri.

"Gadis sialan!"

Elena mengambil buku-buku di rak dan melempar semuanya ke arah Arthur. Gadis itu melihat sebuah benda tajam dan langsung mengambilnya, mengarahkan benda itu pada Arthur yang ingin mendekatinya lagi.

Arthur berdecih, lalu tertawa singkat. "Jangan main-main dengan benda tajam, Elena. Apa kau ingin menyusul ibumu, atau kau ingin aku yang bantu menunjukkan caranya menggunakan benda itu? Sebagaimana aku mengajari ibumu... wanita jalang itu pergi ke neraka, hah!"

Elena tak gentar! Gadis itu memegang erat benda runcing itu, tetap di depannya.

Arthur menghentikan langkahnya dan menatap Elena dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tiba-tiba, pikiran kotor melintas di otaknya.

"Aku baru sadar, ternyata kau cantik juga dan tubuhmu sangat indah, Elena. Kemarilah, aku tidak akan menyakitimu lagi," ucap Arthur. Senyum seringai di wajahnya telah menjelaskan hal apa yang ingin dilakukan olehnya kepada gadis polos itu.

"Kau tidak bisa kabur dariku, Elena! Tidak akan ada yang menolong mu di tempat ini, bahkan pria tua bangka yang selalu kau harapkan kedatangannya itu."

"Seharusnya kau tahu bahwa kau tidak berharga sama sekali, Elena. Bahkan pria yang kau sebut sebagai ayahmu itu hanya peduli dengan jabatannya!" hardik Arthur, yang membuat hati Elena teriris dengan kenyataan tersebut.

Elena melihat ada peluang untuknya melarikan diri dari pria itu. Gadis itu meraih sebuah vas bunga dan melemparkannya tepat sasaran mengenai kepala Arthur.

Pria itu memekik kesakitan karena kepalanya berdarah dan mencoba mengejar Elena yang lebih dulu pergi.

Arthur menggeram saat Elena berhasil kabur membawa mobil miliknya. Seketika, Arthur menyesal karena telah membuat semua penjaga di rumah itu tertidur setelah memberikan minuman yang sengaja dia bubuhi obat tidur dosis tinggi.

"Argh! Gadis sialan!" makinya saat melihat noda darah di tangannya.

Elena gegabah dan panik, sehingga membuatnya tidak fokus menyetir mobil berwarna merah itu. Elena membanting setirnya hingga menabrak pohon saat terkejut melihat seorang pengendara motor yang tiba-tiba muncul dan tergelincir karena juga berusaha menghindar.

Alejandro bangkit dan memegangi lengannya yang terasa nyeri, lalu membuka helm full face-nya, melihat mobil berwarna merah itu sudah berasap karena menabrak pohon.

Alejandro memeriksa keadaan pengemudi mobil itu dan menemukan seorang gadis yang sudah pingsan, dengan kening yang terluka akibat benturan.

"Dia tidak apa-apa, hanya sedikit syok dan sebentar lagi dia akan sadar," ucap dokter tersebut setelah memeriksa Elena.

Dua orang perawat mulai berbisik ketika melihat sosok Elena. Mereka sangat kagum dengan wajah cantik alami itu, kulitnya putih bersih seputih susu. Semua yang terpahat di wajah gadis itu tampak sempurna, membuat mereka berdua sangat iri.

Mereka melihat ke arah Alejandro. Mereka mengira pria tampan itu pasti kekasihnya. Kedua perawat tersebut langsung menghentikan bisik-bisik mereka setelah Alejandro memberikan tatapan dinginnya.

Setelah kedua perawat tersebut pergi, Alejandro duduk di kursi sebelah bangkar putih itu dan menatap Elena yang masih belum sadarkan diri.

"Cantik apanya? Dia bahkan seperti mayat hidup, kurus sekali," cibirnya pelan.

1
Mamimi Samejima
Terinspirasi
Rock
Gak nyangka bisa sebagus ini.
Rya_rii: terima kasih 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!