Rachel sering mendapatkan siksaan dan fitnah keji dari keluarga Salvador. Aiden yang merupakan suami Rachel turut ambil dalam kesengsaraan yang menimpanya.
Suatu hari ketika keduanya bertengkar hebat di bawah guyuran hujan badai, sebuah papan reklame tumbang menimpa mobil mereka. Begitu keduanya tersadar, jiwa mereka tertukar.
Jiwa Aiden yang terperangkap dalam tubuh Rachel membuatnya tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada sang istri selama tiga tahun ini. Begitu juga dengan Rachel, jadi mengetahui rahasia yang selama ini disembunyikan oleh suaminya.
Ikuti keseruan kisah mereka yang bikin kalian kesal, tertawa, tegang, dan penuh misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Rachel baru menyadari kain hitam berbentuk kupu-kupu dengan bantalan halus di tengah itu bukanlah pita, bukan pula bando elegan. Itu adalah bra! Lebih tepatnya, strapless adhesive bra, yang memang dirancang untuk gaun backless.
Rachel menatap benda itu seakan sedang menatap alien. Matanya melebar, bibirnya terbuka, lalu dia menatap Aiden yang kini nyaris jatuh terguling karena tertawa terlalu keras.
“Kenapa kamu nggak bilang dari tadi?!” semprotnya kesal.
Aiden masih tertawa, bahkan sampai terbatuk. “Aku kira kamu bercanda. Siapa juga yang dengan percaya diri naruh bra di atas kepala kayak mahkota ratu?”
Rachel memelototinya tajam. Tapi wajahnya masih merah karena malu.
“Ini ... bra?” tanyanya lagi, suaranya bergetar antara tidak percaya dan ingin tertawa pada dirinya sendiri. “Kenapa nggak ada talinya?”
Aiden menepuk bahunya sambil menahan geli. “Karena memang didesain nggak pakai tali. Itu namanya bra tempel. Supaya kalau kamu pakai gaun kayak yang kamu pakai sekarang—yang terbuka di bagian punggung—nggak kelihatan tali bra-nya. Stylish tapi tetap... fungsional.”
Rachel menatap gaunnya sendiri, lalu kembali memandangi bra itu. Kali ini ia merasa seperti wanita dari zaman batu yang baru saja menemukan teknologi pakaian modern.
“Gimana cara makainya?” tanyanya pelan. Nada suaranya berubah pasrah, seperti sudah tak sanggup lagi mempertahankan gengsi.
“Sini, aku pakaikan,” ucap Aiden sambil menariknya dengan santai.
Dalam waktu singkat, dengan gerakan cekatan dan hati-hati, Aiden memasangkan bra itu di dada Rachel—membuat benda itu menempel sempurna, mengikuti lekuk tubuhnya, tanpa mengganggu penampilan elegan gaun silver yang ia kenakan. Bra itu membuat siluet tubuh Rachel jadi makin proporsional, dan dalam sekejap, ia tampak lebih percaya diri.
Rachel memandang dirinya sendiri di cermin. Ia takjub. Gaun yang tadinya terasa “kurang pas” kini terlihat jauh lebih sempurna. Ia mengangkat dagu dan menoleh ke kiri-kanan, memastikan tampilannya dari segala sudut.
“Aku ... nggak percaya ini,” gumamnya lirih. Ada kekaguman yang mengendap di suara itu. Bukan hanya karena bra, tapi karena untuk pertama kalinya, ia merasa menjadi seorang wanita yang benar-benar diperhatikan oleh Aiden—meskipun jiwa pria itu sekarang menghuni tubuhnya.
Aiden hanya tersenyum kecil dari belakang, memperhatikan perubahan ekspresi itu. Ada kilasan lembut di matanya. Mungkin ini pertama kalinya ia melihat Rachel dari kacamata yang lebih manusiawi, bukan hanya sebagai istri atau musuh rumah tangga, tapi seseorang yang selama ini juga berjuang, dengan cara dan luka yang tak pernah benar-benar ia pahami.
Mereka pun menuruni tangga menuju lantai bawah. Derap langkah keduanya menggema lembut di sepanjang anak tangga marmer putih, menandai awal dari sebuah malam yang akan mengubah segalanya.
Begitu tiba di ruang depan, mata Aiden langsung tertumbuk pada sosok glamor yang sedang berdiri anggun di dekat cermin besar. Hillary. Gaun malam berwarna ruby red membalut tubuh semampainya dengan sempurna. Rambut pirangnya ditata bergelombang dengan aksesori permata kecil di sisi kanan kepala, memberi kesan elegan dan mencolok dalam satu waktu.
"Kamu juga mendapat undangan dari keluarga Bone?" tanya Aiden dengan nada datar, tapi sorot matanya tajam mengamati wanita itu dari atas sampai bawah.
Hillary tersenyum manis—senyum yang terlihat seperti lapisan gula di atas kue beracun. “Sandra memberikan partner undangan untuk aku,” jawabnya ringan, seolah kehadirannya ke pesta bukan masalah besar, padahal dia sudah menyiapkannya dengan sangat serius sejak kemarin.
"Oh," balas Aiden dengan singkat. Dia tidak ingin berlama-lama berhadapan dengan sepupunya itu. Tangan Rachel digenggamnya erat, lalu ditarik lembut, mengisyaratkan untuk segera pergi.
Rachel merasakan getaran halus dalam genggaman tangan Aiden—sebuah sinyal bahwa suaminya juga menyadari hawa tidak enak yang datang dari arah Hillary.
Saat langkah mereka melewati Hillary, wanita itu menyapu pandangan ke arah Rachel dari ujung kepala hingga kaki. Tatapan matanya seperti pisau tajam yang siap menguliti harga diri siapa saja yang tak cukup tampil sempurna di hadapannya. Apalagi saat ia melihat wajah Rachel yang nyaris tanpa polesan make up—hanya bedak tipis dan lipstik natural yang bahkan tak mampu menyamarkan pucat sisa luka dan kelelahan.
Senyum sinis menyembul di ujung bibir Hillary. Hatinya menghangat oleh rasa puas. "Bagus," batinnya. "Kau sudah kalah bahkan sebelum sampai ke pesta."
Dia melangkah anggun ke luar rumah, aroma parfum mahal yang dikenakannya semerbak menusuk hidung. Pandangannya melirik ke arah mobil mewah berwarna hitam legam yang terparkir sempurna di pelataran rumah. Seorang sopir membukakan pintu belakang dengan sigap.
"Antarkan aku ke kediaman keluarga Brown," titah Hillary dengan suara yang dibuat semanis mungkin. Tapi dalam nada itu tersembunyi racun kecil bernama rencana.
Dia duduk dengan sikap penuh percaya diri, menyejajarkan kakinya dengan anggun sambil membuka ponsel. Jemarinya lincah mengetik pesan kepada Sandra:
[Target sudah jalan. Kita bertemu di venue. Semuanya berjalan sesuai rencana.]
pelajari tuuuu muka-muka penjilat.
mendengar srmua doa dan kesakitan Rachrl..
supaya mata Aiden tervelek pada pendeeitaan Rachrk selama ini..
😀😀😀❤❤❤❤
Karena selama ini Aiden ga pernah percaya dg Rachel,,tp mudah diperdaya org" disekelilingnya
Dan bisa ngerasain di cambuk nenekmu