seandainya...
waktu bisa ku ulang mungkin aku tidak akan mengajakmu pergi hari itu...
seandainya...
waktu itu kita tetap di kamar masing-masing hanya menelfon mungkin smua itu tidak akan terjadi ..
kini hanya penyesalan yg menggerogoti ku ..
hidupku terasa sunyi tanpa mu...
arga.... aku merindukan mu...
hanya air mata dan doa yg selalu menjadi temanku untuk mengenang mu ...
***********
"Aku tidak mau Regan..!!!" jawab ku dengan lantang dan berurai airmata, aku menatap Regan nanar, bagaimana bisa hal gila itu terlintas di benaknya. aku adalah mantan calon kakak ipar nya walau pada akhirnya Arga ku meninggal. tetapi cinta ku seutuhnya hanya untuk dia.. mungkin seumur hidup aku akan tetap sendiri.
Regan menatap ku dalam seraya berkata rendah dan tampa mau di bantah.
"Gue tidak perlu persetujuan lho ..tidak ada pilihan lain, selain kita menikah Nirina!!"
Akankah pernikahan itu langgeng sementara cinta Nirina hanya untuk Arga seorang..???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rofie Fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Awal bertemu...
Tidak ada yg istimewa dalam hari-hariku semuanya berjalan seperti biasanya, sebelum berangkat sekolah pergi mengaji setelah itu jam 6.40 sampai rumah langsung mandi dan jangan lupa sholat Dhuha baru berangkat sekolah dengan jalan kaki bersama teman-teman dan saudara..
Hari ini di sekolah agak berbeda, ada anak-anak memakai jas di salah satu universitas di kota sebelah berseliweran di sekitar sekolah sehingga menjadi trending topik di sekolah ku .
Aku tidak begitu perduli dengan semua itu karena bagiku semua ya sama saja.
seperti biasa kita ber 4 sudah nongkrong di kang cilok dan Dewi paling antusias memesan dengan suara cempreng nya.
"Bang cilok empat ya... Komplit"
"Siap neng." seru kang cilok sambil memberi tanda jempol
" Ehh.. katanya sih itu yang pakai jas anak-anak KKN ada sekitar 10 orang dan yg ada di sekolah kita 5 orang dan sisanya di SMP " kata Tifa antusias
"Terus Kenapa ??" tanya ku malas
"Ada yg cakep Rin .Pakek banget malah."
jawab Tifa. Aku memutar bola mata malas, seperti tidak pernah liat cowok cakep aja itu yang ada di benakku
"Wong di sini banyak juga yg cakep tuh ketua OSIS atau murid pindahan dari Jakarta itu." timpal Ifa aku membetulkan ucapan Ifa dalam hati
"Ish ini beda cuy kayak Rain full house "
Jawab Tifa lagi.
Aku mencibir dalam hati, kalau benar cowok itu seperti Rain, udah kejang-kejang perempuan di sekolah ini.
"Tumben muji orang biasanya paling cuek kamu soal cowok? " tanya ku
"Kan sudah ku bilang ini beda " jawab Tifa lagi.
"Sudah cowok terus yang di bahas ini cilok nya udah jadi" kata Dewi
Reflek aku merogoh saku seragamku, tapi uang saku ku tidak ada aku rogoh lagi saku rok panjang ku tidak ada juga. Aku mulai bingung mencari uangku, aku masih ingat ibuk memberikan uang Lima ribu dan aku menaruh nya di saku kemeja ku. Tapi kemana??
"Eh... Uangku mana??"
"Ya gak tau " jawab mereka kompak, aku tertawa mendengar kekompakan mereka menjawab.
"Kompak amat, trus aku bayar nya pakek apa??, mana itu uang satu-satunya uang saku sehari.."
"Ya.. Udah pakai punya ku aja mungkin ketinggalan di tas "kata Dewi, aku tertawa bahagia, memang Dewi yang terbaik. Aku berlari ke arah Dewi dan memeluk dia setelah itu memainkan pipi gembul nya
"Dewi terbaik.." seru ku,Dewi menepis tanganku di pipinya "Sakit tau, lebay deh" katanya sambil cemberut
Tetapi tiba-tiba ada seseorang menyodorkan uang ke depan ku, dia juga tertawa kecil melihat tingkah kami
"Ini" katanya. "Hah" kataku bingung,aku kaget dong ada orang tidak aku kenal tiba-tiba memberikan ku uang.
Cowok didepan ku ini sosok yang sempurna menurut ku,rambut hitam legam,kulit putih,bibir merah alami dan jangan lupakan dia sedang tersenyum dengan mata menyipit. Wow cakep banget, apakah ini yang namanya malaikat turun dari langit.
"Hay.. Kenapa bengong" katanya sambil tangan kanannya melambai di depan wajahku
"Ahh maaf ada apa?" tanya ku, agak linglung soalnya tadi sempat ngelamun
"Ini uang kamu tadi jatuh." katanya
"Ohhh Terima kasih." jawabku seraya mengambil uang di tangannya. Dan tangan kami sempat tersentuh rasanya seperti ada sengatan listrik sekala kecil mengenai tangan ku. Reflek aku menarik tangan ku.
" Tidak masalah, senang bisa membantu perempuan secantik kamu"jawabannya sambil tertawa kecil, aku memalingkan wajah, ternyata dia tipe cowok playboy. Tidak jadi terpesona aku yang ada ilfil sekarang
Teman-temanku di belakang ku sudah heboh semua dengan kejadian itu.
"Ayo sebentar lagi bell" kata ku kepada mereka.
Di saat kita sama-sama mau melangkah dia memanggilku lagi.
" tunggu.!!" serunya. Reflek kita semua menoleh
"Nama kamu siapa?" tanyanya."Aku??" tunjuk ku tunjuk ku kepada diri sendiri
"Ya" jawabnya sambil mengangguk
"Rina, dan ini Dewi,ini Tifa dan yang di belakang Ifa. " jawabku.
"Oke sampai jumpa nanti rina semoga masih banyak lagi kebetulan-kebetulan yg lainnya sehingga kita bisa selalu bertemu " katanya seraya mengerling kan mata
"Huhuhu..." sorak ketiga temanku. Aku hanya tersenyum dan mengangguk ternyata dia perayu ulung dan aku harus hati-hati. Setelah itu aku langsung berlari pergi karena bel masuk sudah berbunyi
Sesampainya di dalam kelas temanku heboh menyoraki ku tapi aku menganggap nya angin lalu. Karena aku anggap yang dia katakan hanya bualan semata. Sampai guru pun datang dan memulai pelajaran dengan tenang dan kondusif
Bell istirahat pun berbunyi, kita ber empat menatap nanar cilok kita yang tidak sempat di makan.
"Ini gimana?"tanya Ifa
"Ya di makan biar gak mubazir" jawab ku.
"Oke apa boleh buat, Susah cuy cari uang." kelakar Tifa kita ber tiga kompak menganguk,
selama istirahat kita tetap di dalam kelas bercerita sambil memakan cilok.
mampir juga ya..
Rangkaian kosakata kamu juga banyak.
Mulai baca2 lagi buat nambah kosakata.
Untuk gaya bahasa, udah sesuai karena kamu ambil genre teenlit.
Hai! Namaku Nirina. Aku tinggal di desa yang berada di pinggiran kota kecil. Aku hanya anak remaja yang baru beranjak kelas dua SMA. Tidak ada yang spesial dalam diriku, kecuali cantik.
jangan lupa baca karyaku juga ya..
boleh saran? kalau bisa nama orang awali pake kapital ya, Rina Ifa Dewi heheh
Setiap awal kalimat sebaiknya gunakan huruf kapital, termasuk untuk nama orang ya, Kak.
Tanda titik di akhir kalimat cukup satu aja, atau kalau dirasa kalimat terlalu panjang, bisa pakai tanda koma untuk memberi jeda.
▪Aku menoleh ke arah Nafi. Aku langsung menjerit melihat hewan berbulu coklat itu sedang melata di tangannya. "Apa tidak gatal? itu ulat ... hewan yang paling kutakuti."
Dewi refleks menutup mulutku, namun bu Fika terlanjur mendengar.
Untuk alur ceritanya udah bagus, Kak. Kita sama-sama belajar ya, semangat terus nulisnya. Bikin cerita apalagi sampai cerita panjang itu nggak gampang, lho. Kamu bisa memulai dan tetap bertahan itu hebat!! 🤗😉