NovelToon NovelToon
Benih Pria Beristri (Terpaksa Menjadi Yang Kedua)

Benih Pria Beristri (Terpaksa Menjadi Yang Kedua)

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Pernikahan rahasia
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Velza

Ketika sedang dihadapkan pada situasi yang sangat sulit, Farida Agustin harus rela terikat pernikahan kontrak dengan seorang pria beristri bernama Rama Arsalan.

Bagaimanakah kehidupan keduanya kelak? Akankah menumbuhkan buih-buih cinta di antara keduanya atau justru berakhir sesuai kontrak yang ada?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Velza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2. Perjanjian

Sesampainya di sebuah restoran, Farida memilih tempat yang tidak terlalu ramai agar bisa lebih leluasa saat membicarakan hal yang bersifat privasi.

Farida duduk di meja yang berada di pojok dekat jendela. Sambil menunggu kedatangan Rama, dia menyibukkan diri dengan bermain ponsel.

"Sudah lama?" Farida tak sengaja menjatuhkan ponselnya karena terkejut, saat mendengar suara yang dihafal meski baru sekali bertemu.

"B-belum, Tuan. Saya baru sampai lima menit yang lalu," jawab Farida sedikit terbata setelah mengambil ponselnya yang terjatuh di pangkuan.

Rama mengangguk kemudian dia menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Farida secara langsung. Dia tampak memandangi Farida yang sedikit menundukkan kepala dan baru menyadari jika gadis di depannya sangatlah cantik dan manis.

"Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Rama setelah puas memandangi wajah Farida.

"E ... ini masalah tawaran Anda kemarin," jawab Farida dengan jari tangan yang saling bertautan untuk menghilangkan rasa gugup.

"Lalu?"

Farida memberanikan diri untuk menatap Rama. "Saya menerima tawaran itu."

"Apa kamu sudah yakin dengan keputusanmu ini? Tidak akan menyesal nantinya? Saya tidak memaksamu untuk menerima tawaran itu," cecar Rama meski dalam hatinya bersorak senang.

"Saya yakin, Tuan. Saya sudah memikirkannya berulang kali," jawab Farida dengan penuh keyakinan.

"Baiklah, jika kamu sudah yakin dan tidak menyesal atas keputusanmu ini. Besok siang temui saya di sini untuk menandatangani surat perjanjian antara kita," pungkas Rama.

"Baik, Tuan."

**

Sepulang dari restoran tadi, pikiran Rama kembali terbayang wajah cantik Farida hingga tanpa sadar dia mengulas senyuman disela-sela mengemudikan mobil.

"Ternyata dia cantik juga," gumam Rama.

Namun, seketika dia menggeleng dan menepuk dahinya berkali-kali. "Sadar, Rama, sadar. Dia hanya menjadi penyewa rahim, bukan istri sesungguhnya."

Berulang kali Rama merutuki pikirannya yang dipenuhi bayang wajah Farida. Sesampainya di kantor, Rama segera menuju ruangan asisten pribadinya.

"Buatkan surat perjanjian sekarang juga, Al," titah Rama tanpa basa-basi.

"Surat perjanjian untuk apa?" tanya Revaldi yang merupakan asisten pribadi sekaligus sahabat Rama.

Rama mendekatkan wajahnya di telinga Revaldi lalu membisikkan sesuatu. Raut wajah Revaldi seketika berubah tegang, mungkin karena terkejut dengan apa yang didengarnya.

"Apa kamu yakin, Ram? Lalu, bagaimana nanti kalau Nadia tahu?" tanya Revaldi.

"Maka dari itu, tutuplah mulutmu agar tidak ada yang tahu," jawab Rama.

Revaldi menghela napas berat, melihat keseriusan di wajah sahabatnya itu, dia yakin Rama sedang tidak bercanda.

"Meski tanpa aku membuka mulut pun, suatu saat Nadia pasti akan tahu hal ini."

"Ya, aku mengerti. Biar nanti jadi urusanku, kamu cukup siapkan apa yang aku minta tadi karena besok harus sudah ditandatangani gadis itu."

"Baiklah." Tanpa mendebat lagi, Revaldi segera membuatkan apa yang diminta Rama sekaligus menulis poin-poin penting dalam perjanjian tersebut.

......................

Pagi ini Farida bekerja di salah satu rumah tetangga untuk membersihkan rumah dan mencuci pakaian. Meski upah yang didapat tak seberapa, tetapi bisa untuk menyambung hidup sehari-hari pun sudah bersyukur. Dia hanya bisa mengandalkan pekerjaannya itu untuk makan dan membayar pengobatan sang adik.

Farida mengerjakan pekerjaannya dengan cepat, tetapi rapi. Sebab siang nanti harus bertemu dengan Rama untuk menandatangani surat perjanjian.

Pukul 11 siang, pekerjaan Farida sudah selesai semua. Dia pun pamit pulang lalu segera bersiap untuk menemui Rama.

Sepanjang perjalanan menuju restoran, Farida berharap isi dari surat perjanjian tak banyak merugikannya. Sebab dia sudah mempertaruhkan harga dirinya demi uang untuk pengobatan sang adik.

Setibanya di restoran, Farida disambut oleh salah seorang pelayan wanita.

"Dengan Nona Farida?" tanya pelayan tersebut.

"Benar," jawab Farida disertai anggukan.

"Mari, saya antar ke ruang VIP karena Tuan Rama sudah menunggu di sana."

Pelayan itu memimpin jalan menuju ruang VIP yang berada di restoran itu. Rama sengaja memilih tempat yang privat karena tak ingin seorang pun tahu apa yang terjadi di antara mereka.

"Silakan masuk." Pelayan itu membuka pintu lalu mempersilakan Farida untuk masuk dan kemudian kembali menutup pintunya.

"Maaf jika menunggu lama, Tuan." Farida duduk di sofa yang berseberangan dengan Rama.

"Tidak masalah," ucap Rama kemudian mengambil sesuatu dari dalam map.

"Kamu baca dulu isi surat perjanjian itu, jika ada yang membuatmu keberatan katakan saja."

Farida lantas membaca isi surat perjanjian tersebut dengan teliti. Hingga fokusnya terhenti pada poin terakhir dari surat perjanjian tersebut.

"Maaf, Tuan. Untuk yang poin terakhir ini maksudnya bagaimana, ya? Pembatalan sepihak dikenai denda 2 milyar."

Rama menegakkan tubuhnya lalu menatap Farida. "Ya, pembatalan sepihak di situ adalah jika kamu yang menginginkan perjanjian ini dibatalkan dengan alasan apa pun itu, maka kamu harus membayar denda sebesar 2 milyar."

Farida menelan ludahnya dengan kasar. 2 milyar, bukanlah nominal yang sedikit. Bahkan seumur hidup pun belum tentu dia bisa mendapat uang sebanyak itu.

"Bagaimana? Apa ada yang membuatmu keberatan?" tanya Rama.

"Ti-tidak ada, Tuan."

"Kalau begitu, cepat tanda tangani surat perjanjian itu."

Farida segera mengambil bolpoin di meja lalu membubuhkan tanda tangan pada surat perjanjian yang sudah bermaterai tersebut.

"Sudah, Tuan." Farida memberikan surat perjanjian yang telah ditandatangani pada Rama.

"Tiga hari lagi kita menikah secara agama. Kamu tidak perlu menyiapkan apa pun, cukup persiapkan diri kamu sebaik mungkin karena saat itu juga kamu harus melakukan tugasmu."

Rama beranjak berdiri, kemudian diikuti Farida. "Oh, ya, satu lagi. Setelah menikah kamu harus tinggal di apartemen yang telah saya sediakan. Dan ingat, jangan sampai ada seorangpun yang tahu tentang hal ini. Paham?"

"Paham, Tuan."

Setelah mendengar jawaban Farida, Rama bergegas pergi meninggalkan ruangan itu. Sementara Farida, masih termangu di tempat, masih tak percaya jika dia akan mengambil langkah sejauh ini.

"Satu tahun. Aku harap dalam waktu itu, aku sudah bisa melakukan tugasku agar tak terlalu lama terikat perjanjian ini," gumam Farida lalu pergi dari ruangan itu.

Sementara itu, di dalam mobil yang masih berada di parkiran, Rama tengah melakukan panggilan video dengan sang istri.

"Kapan kamu akan pulang?" tanya Rama.

"Mungkin besok atau lusa aku pulang. Kenapa? Kamu udah kangen, ya?"

"Tentu saja, kita sudah lama menikah, tapi kamu selalu sibuk dengan urusanmu sendiri," ujar Rama, tetapi matanya justru menatap ke arah luar kaca mobil.

"Aku tahu, setelah pulang nanti, kita nikmati waktu untuk berduaan."

Kini Rama tak lagi fokus dengan ponsel yang digenggamnya, tetapi justru fokus pada Farida yang berjalan keluar dari restoran menuju tepi jalan.

"Mas!"

Suara teriakan dari ponsel, menyadarkan Rama yang sejak tadi fokus menatap Farida.

"Ah, iya, ada apa?"

"Kamu lagi lihatin apa, sih? Aku ajak ngomong dari tadi malah diem aja," cecar Nadia dengan ekspresi wajah menahan emosi.

"Enggak lihatin apa-apa, kok. Udah dulu, ya, aku harus balik ke kantor lagi."

"Ok, jaga diri dan hati kamu. Awas, kalau sampai kamu berani macam-macam di belakang aku!"

"Iya-iya, aku nggak akan macam-macam. Aku matikan dulu, ya. Love you."

"Love you too."

Usai panggilan video berakhir, Rama tampak celingukan mencari keberadaan Farida yang tak terlihat.

"Ke mana dia? Kenapa cepat sekali perginya?"

Rama kemudian menyalakan mobil lalu mengemudikannya menuju perusahaan peninggalan sang papi yang kini dikelolanya.

1
Blu Lovfres
lepaskan, farida dgn .kasih bayaran yg lebih mahal.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!