NovelToon NovelToon
ANAK MAFIA MENJADI BOCAH

ANAK MAFIA MENJADI BOCAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Time Travel / Mengubah Takdir / Roman-Angst Mafia / Menjadi bayi
Popularitas:27.2k
Nilai: 5
Nama Author: Yhunie Arthi

SEQUEL ANAK MAFIA TERLALU MENYUKAIKU!

Di usia 19 tahun, Rosetta Lorenzo melakukan kesalahan fatal sehingga membuat nama Lorenzo jatuh ke tangan orang lain setelah dijebak oleh kekasihnya sendiri bernama Elijah Blackwood. Ditambah Rosetta harus kehilangan kakeknya demi menyelamatkan Rosetta dari kukungan Elijah setelah berhasil mencuci otak gadis itu dan membuat sebuah virus komputer berbahaya yang dijual belikan ke para kelompok bawah tanah.

Demi memulihkan kembali nama keluarganya, Rosetta harus menanggalkan nama Lorenzo.

Setelah bertahun-tahun berkeliling penjuru Amerika, Rosetta yang berpikir bisa pulang ke keluarganya justru meregang nyawa di tangan mantan kekasihnya, Elijah.

Saat ia berpikir benar-benar berakhir, ketika membuka mata Rosetta justru menemukan dirinya kembali menjadi bocah tujuh tahun.

Kali ini apakah Rosetta akan melakukan kesalahan yang sama ketika takdir justru membawanya kembali bertemu dengan Elijah? Bagaimana Rosetta membalaskan dendamnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yhunie Arthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 5. BERLEBIHAN

Rosetta kini duduk di ranjang seraya mulut mengunyah apel. Matanya terus menatap ke arah layar televisi, menikmati suasana tenang dengan menonton film seorang diri, di karenakan sang ibu yang menjaga gadis itu sedang pergi ke lantai bawah untuk mengambil makan siang yang dipesannya.

Rasanya aneh ketika melihat orang-orang yang ia tahu bahkan artis sekali pun kini terlihat lebih muda dari yang ia ingat. Yah, bagaimana pun jarak dua puluh tahun dengan dirinya sebelumnya dan sekarang, bukanlah rentang waktu yang singkat. Perubahan drastis seperti ini sempat membuat Rosetta kewalahan kemarin hingga dirinya kembali jatuh sakit.

"Apa kau menunggu lama?" tanya Lili yang muncul saat pintu terbuka, bersama sebuah paper bag di tangan berisi makanan.

"Tidak, Mom. Bahkan kalau kau ingin pulang ke rumah untuk istirahat juga aku tidak masalah. Mom sudah menjagaku berhari-hari," kata Rosetta.

"Bagaimana mungkin Mommy meninggalkanmu sendirian di sini," ucap Lili dengan senyum indahnya.

"Tapi Mom juga butuh istirahat." Rosetta benar-benar khawatir karena ia tidak sampai hati melihat ibunya berjaga seharian di rumah sakit seperti ini. Bahkan menolak pulang dan istirahat walau yang lain ikut menjaga juga.

"Tenang saja, Mommy sudah cukup istirahat," kata Lili, merasa terharu karena anak gadisnya begitu mengkhawatirkan Lili padahal gadis kecil itulah yang sedang sakit di sini.

Rosetta memilih untuk diam dan membiarkan ibunya untuk makan dengan tenang. Mungkin nanti Rosetta harus meminta segera pulang agar tidak menyusahkan keluarganya karena harus menjaga Rosetta di rumah sakit siang dan malam.

Pintu ruangan kembali terbuka, menunjukan satu sosok yang tidak disangka akan muncul di waktu seperti ini.

"Beb?" Lili terkejut ketika mendapati suaminya berkunjung di jam makan siang.

"Hai, Love. Lanjutkan saja makan siangmu. Aku ingin melihat keadaan Rose," kata Rion, menahan Lili untuk tidak beranjak dari tempatnya duduk dan mengacaukan waktu makan sang istri.

"Bumblebee?!"

Rosetta yang mengenal suara riang tersebut langsung mengerutkan dahi. Padahal ruangan begitu tenang beberapa saat lalu, dan semua harus lenyap ketika mendapati paman gadis itu muncul.

"Bagaimana keadaanmu? Masih ada yang sakit? Hah, kau lemah sekali bisa sakit selama ini," tanya Dante yang duduk di pinggir tempat tidur dan memegang kepala sang gadis dengan gelagat jahilnya.

"Kenapa kau ada di sini? Kurasa kau salah tempat, ini bukan restoran untuk makan siang," celetuk Rosetta.

"Sayang sekali padahal aku sudah membawakanmu pizza. Kurasa aku akan membawanya kembali," kata Dante dengan lagak dramatis seraya menunjukkan kardus pizza ke hadapan sang gadis.

Mata Rosetta langsung berbinar ketika melihat pizza di depan mata. Ia sudah muak dengan makanan rumah sakit yang hambar. Ia butuh makanan dengan lemak dan penuh rasa.

Dante menyeringai ketika mendapati reaksi yang diinginkan dari keponakannya, tahu dengan pasti kalau gadis kecil itu tidak akan menolak dengan yang namanya makanan terutama pizza kesukaan gadis itu.

"Berhenti tersenyum seperi om-om mesum seperti itu," celetuk Rosetta saat mendapati kalau pamannya itu mendapatkan Rosetta dengan mudah.

"Sejak kapan keponakanku ini pintar bicara seperti ini, huh?" Dante mencubit dan menarik pipi Rosetta gemas, tidak biasanya ia mendengar ucapan sarkas dari keponakan kecilnya ini.

"Rose?" panggil Rion yang berdiri di sisi tempat tidur di samping Dante.

Rosetta melihat ke arah sang ayah, tidak berkata apa pun karena tidak tahu harus mengatakan apa. Jujur setelah yang terjadi dua hari lalu, Rosetta bingung harus bersikap seperti apa dengan ayahnya. Ia takut kalau tingkahnya justru akan membuat sang ayah kembali bersikap ofensif kepadanya. Mungkin rasa takut ini terbawa dari ingatan yang jauh di depan sana, dimana Rosetta mengecewakan tidak hanya ayahnya tapi juga seluruh keluarganya. Dan mendapati reaksi ayahnya kemarin yang membentak Rosetta, membuatnya otomatis bersikap lebih hati-hati dalam bertindak.

"Bagaimana keadaanmu, Sweetheart? Apa masih ada yang sakit?" tanya Rion, tersenyum lembut kepada sang anak.

"Aku baik-baik saja, Dad," jawab Rosetta dengan senyum di wajah.

"Mau jalan-jalan ke luar? Kurasa berada di ruangan berhari-hari membuatmu sumpek," tanya Rion.

"Boleh," jawab Rosetta. Itu justru hal yang gadis itu inginkan.

Rion yang mengulurkan tangannya ke arah anak gadisnya itu untuk menggendongnya, justru dibuat terkejut ketika Rosetta perlahan turun sendiri dari tempat tidur dengan hati-hati.

"Dad? Jadi keluar tidak?" tanya Rosetta yang berdiri di tengah ruangan, menunggu sang ayah bergerak dari tempatnya berdiri.

"Tentu. Sini biar Daddy menggendongmu," kata Rion.

"Tidak. Aku ingin jalan saja. Aku harus menggunakan kakiku karena sudah lama duduk dan berbaring saja," ucap Rosetta, lalu berlari kecil ke arah Lili. "Mom, aku jalan-jalan keluar dulu ya. Mom istirahat dan tidur saja," katanya.

"Baik. Hati-hati dan ingat jangan lari-lari, kau belum sembuh sepenuhnya. Kalau lelah minta Daddy menggendongmu, oke," ucap Lili.

"Siap." Rosetta mencium pipi sang ibu kemudian berjalan cepat ke arah pintu.

Rion dan Dante berdiri di ambang pintu, menunggu Rosetta menghampiri mereka untuk jalan-jalan di sekitaran rumah sakit.

Rosetta berjalan terlebih dahulu di depan ayah dan pamannya. Senang akhirnya ia bisa keluar dari ruangan itu setelah berhari-hari di dalam sana. Ia sungguh harus menghirup udara di luar dan melihat orang-orang. Jujur salah satu ia memilih berjalan sepanjang lorong rumah sakit adalah karena ia perlu beradaptasi dengan ukuran tubuhnya. Di kepala gadis itu ia masih terbiasa dengan tubuh tinggi sebagai orang dewasa, bukannya bocah berusia tujuh tahun seperti ini.

Rion dan Dante berjalan di belakang sang gadis, mengawasi Rosetta tanpa mengalihkan pandangan mereka dari si kecil. Membiarkan gadis itu berjalan ke mana pun yang diinginkan.

"Entah perasaanku saja atau memang Rose tidak terlihat seperti biasanya," ucap Dante yang sejak tadi memerhatikan gelagat keponakannya.

"Maksudmu?" tanya Rion.

"Dia tampak berbeda. Rasanya ketika aku bicara dengannya seperti aku bicara dengan orang dewasa. Rose juga tampak jauh lebih tenang dari biasanya. Padahal kau tahu sendiri bagaimana tidak diamnya dia seolah tidak memiliki yang namanya kata lelah. Bicara tanpa henti. Tapi sekarang Rose terlihat ... tenang," kata Dante. Tentu tidak ada yang tidak luput dari perhatian pria itu mengingat siapa Dante sebagai orang paling berpengaruh dalam kekuasaan Lorenzo dan juga bisnis bawah tanahnya.

Mendengar hal itu Rion melihat ke arah anak gadisnya. Ia pikir hanya dirinya saja yang menyadari hal itu sejak kemarin. "Apakah mungkin perubahan itu terjadi karena aku membentaknya kemarin?" tanyanya.

Dante melihat ke arah Rion, ia sudah menduga kalau yang membuat adik iparnya ini gelisah sejak kemarin adalah akibat masalah dua hari lalu. Dimana Rion membentak Rose yang sedang sakit dan rewel. Dante berharap kalau perubahan Rose ini bukan karena hal itu, karena jika ia maka apa yang dilakukan Rion memang telah tergores di dalam diri Rosetta.

"Aku merasa sejak saat itu Rose seperti memasang pembatas antara aku dan dia. Rose bersikap hati-hati denganku sekarang, bahkan nyaris tidak melakukan kontak fisik denganku. Saat berbicara denganku juga seperti dia hanya memasang wajah sopan, bukan seperti diri biasanya," ucap Rion, tidak menyangka kalau anak gadisnya bisa berubah drastis seperti ini karena satu bentakan dari Rion kemarin.

"Anak kecil itu sederhana, Rion. Yang mereka inginkan hanya perhatian dari orang tuanya, pengertian, dan kasih sayang. Mungkin jika orang lain yang membentaknya, Rose akan tidak peduli. Tapi karena kau yang membentaknya, itu seperti dia merasa tertolak. Karena di mata anak-anak, orang tua itu segalanya. Jika mereka merasa seperti ditolak oleh orang tuanya sendiri, itu akan membuat mereka merasa tidak pantas dan tidak cukup baik. Dan ketika itu terjadi mereka akan secara tidak sadar membentuk pertahanan diri dengan lebih berhati-hati agar tidak mengecewakan kembali orang tuanya. Dengan kata lain, Rose secara tidak sadar takut kalau dirinya akan dibuang jika tidak bersikap baik," jelas Dante dengan wajah serius, karena membentak anak mungkin terdengar sepele dengan dalih sebagai disiplin. Tapi sebagai anak-anak, itu akan membuat luka yang sulit sembuh.

"Aku tidak sadar membentaknya kemarin, aku sungguh tidak ada niat melakukannya," kata Rion. Frustrasi ketika mendengar ucapan dari Dante. Memikirkan karena bentakan Rion membuat Rosetta merasa tidak cukup baik dan akan dibuang jika berulah, itu membuat dada Rion sakit. Ia tidak ingin anaknya merasa tidak bahagia.

"Mungkin karena kau terbiasa menghadapi Lucas dan Rod yang selalu bersikap tenang, begitu juga dengan Arthur dan Arabella yang juga memiliki sifat tenang. Jadi ketika kau bertemu dengan anak-anak tantruman seperti Rose, alam bawah sadarmu tidak terbiasa," kata Dante, paham akan situasinya.

"Tapi tetap saja, sikapku tidak bisa dibenarkan. Sampai melihat putriku berubah seperti ini, membuatku tidak berhenti merasa bersalah," kata Rion.

"Mungkin akan lebih baik kalau kau bicara dengan Rose dari hati ke hati dan meminta maaf sepenuhnya," saran Dante.

Rion setuju akan hal itu. Ia tidak ingin anak gadisnya bersikap seperti ini berkepanjangan. Rion lebih senang melihat Rose kecilnya berlarian dan mengoceh tanpa henti dibandingkan harus diam dan berhati-hati seperti ini.

"Hah, Ma'am, kusarankan agar kau bersikap tegas dengan suamimu. Bagaimana mungkin dia bisa mengabaikan ucapan dari wanita secantik dirimu. Kalau perlu kau harus tunjukkan siapa bosnya di rumah," kata Rosetta yang entah sejak kapan nimbrung dengan beberapa wanita di lobi yang sedang mengobrol.

"Benar. Laki yang lembek dan plin-plan itu tidak bagusnya diberi pelajaran dengan tegas," sahut salah satu wanita dalam kumpulan tersebut.

"Setuju. Lakukan sampai dia berlutut atau kalau perlu sampai injak punggungnya. Beberapa pukulan fisik tidak akan membuatnya mati, pelajaran kasar itu terkadang harus tetap diberikan untuk orang yang tidak tahu diri," kata Rosetta antuasias, menyeringai licik.

Obrolan kecil itu terus berlanjut penuh antusias hingga menggema di lobi rumah sakit.

Rion dan Dante menatap tidak percaya gadis kecil tersebut. Bagaimana bisa anak tujuh tahun yang bahkan lebih kecil dibandingkan anak seusianya itu, justru berbaur dengan para wanita-wanita dewasa seolah kawan lama. Bahkan berbicara dengan lagak orang dewasa seperti itu.

"Kurasa aku khawatir terlalu berlebihan, dia sepertinya baik-baik saja," ucap Rion, mengusap wajah. Merasa malu pada diri sendiri karena terlalu dramatis akan sang anak. Rasanya otak Rion berpikir terlalu jauh karena rasa bersalah pria itu setelah membentak anaknya.

"Bagaimana dia bisa berbaur semudah itu dengan orang asing," ucap Dante yang kehabisan kata-kata dengan tingkah bocah satu itu.

Ah, mereka sepertinya lupa kalau yang mereka hadapi ini adalah bocah hiperaktif luar biasa, dimana tidak ada orang yang tidak dapat menolak kehadiran bocah itu. Tapi herannya bagaimana anak tujuh tahun dapat memahami pembicaraan orang dewasa dan mengikutinya dengan baik?

1
ir
menyala little devil
Ana Kurniawan
🥰🥰🥰🥰
Ana Kurniawan
mantab rose... 👍
Sri Wulandari Buamonabot
UP LAGI
ir
ayoo Rose bantu daddy mu, kamu pasti bisa
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut 🙏🙏
ir
masuk akal, kalo di masa depan Rose beneran meninggal ga mungkin seorang Rion Lorenzo akan diem aja, yg pasti bakal balas dendam dan peperangan besar terjadi
sekarang paham siapa orh yg meluk Rose pas dia di tembak pasti Panther, dan mimpi Arthur ada lah peringatan mungkin untuk hati², gemana ya perasaan Rion saat dia tau tentang Rose di masa depan dan dia orang yg paling tau terakhir dan pas Rose bilang bahwa Arthur ga akan bisa menangkap Rose saat jadi polisi wajar karna di masa itu Rosetta jadi Ubi cilembu
ir: satu negara kek nye kena semua dah kak
Yhunie Arthi: Bener, tahu sendiri bapak Rion kita, Lili di culik aja satu organisasi abis cuman berdua dia sama dante, apalagi pas tahu Rose jadi ubi dan dia terlambat. Apa nggak perang itu /Grimace/
total 2 replies
Lala Kusumah
😭😭😭😭😭
Nilawati Raiyan
👍👍❤️
Ana Kurniawan
mantab...
ir
selalu penasaran weeehh
Yhunie Arthi: /Slight//Slight//Slight//Slight//Slight/
total 1 replies
Ppur Wanto
mau ditumpuk dulu babnya biar banyakan, eh ngk kuat jga jadi dibuka deh... lanjut dah
Yhunie Arthi: hahaha... semangat bacanya /Facepalm/
total 1 replies
Ana Kurniawan
kuuraang.... thor /Grimace//Grimace/
Yhunie Arthi: Sabar ya menunggu update /Chuckle/
total 1 replies
ir
siapa dua orang di ambang pintu, Arthur dan lucas kah?
kak kan di part yg Rose kena tembak ada kalimat " ada seseorang yg menangis dengan penyesalan " kalo ga salah apa itu Arthur 🤔
Yhunie Arthi: muehehe /Chuckle//Chuckle//Chuckle//Chuckle//Chuckle/
total 1 replies
ir
kak dirimu anak IT kah, ko tau dunia Cyber 😁😁
Yhunie Arthi: saya cuman othor aja kok /Proud/
total 1 replies
dimsum mbluber1
lagiiiiii
lagiiiiii
lagiii
up
up
up
ir
kek nya Dante sama jacob lebih peka deh sama sikap Rosetta
Yhunie Arthi: Setuju /Slight/
total 1 replies
Ulvi Hasanah
skali kalai atulah di double up nya😁😁
Yhunie Arthi: Bisa, kalau yang baca 20k+ /Proud/
total 1 replies
iin marlina
bagus banget Thor
endah retno adi
keren , wes gitu aja😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!