Raisa, gadis malang yang menikah ke dalam keluarga patriarki. Dicintai suami, namun dibenci mertua dan ipar. Mampukah ia bertahan dalam badai rumah tangga yang tak pernah reda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
02
Iwan merenung,dia bekerja di konvesi dekat rumah nya. maka dari itu motor nya selalu di rongrong oleh keluarga nya,karena iwan jika bekerja selalu menggunakan motor pentaris.
Namun,jika ada kerusakan,bahkan bensin habis pun,akan raisa yang selalu menanggung nya. Dia tidak memakai motor itu,tapi selalu memperbaiki setiap kerusakan nya.
"bagaimana aku bisa membela istriku tanpa membuat ibuku tersinggung?"lirih nya pelan. Nafas nya terasa sesak saat melihat wajah murung istri nya.
...----------------...
"raisa..."teriak atun dengan cempreng.
raisa yang sedang membereskan pakaian pun bergegas berdiri dan pergi menghampiri sang mertua.
"beras habis."ucap atun singkat.
"terus?"jawab raisa dengan menaikan satu alis nya.
Atun mendesis,"maksud mu apa menjawab seperti itu?"
"aku harus bagaimana bu?"tanya raisa berpura-pura tidak tahu.
belum sempat atun menjawab,anak kesayangan nya muncul.
"bu aku mau ambil motor iwan."ucap nya tak tahu malu,seolah itu adalah motor milik nya sendiri.
Bahkan keberadaan raisa pun tidak udin anggap.
"nih kuncinya tadi atin memberikan nya pada ibu."ucap atun dengan langsung memberikan kunci itu tepat di depan raisa.
Dada raisa kembali sesak.
"jika ingin memakai motor,tolong saling perbaiki ya. Jika bensin nya habis isi,jika ada kerusakan perbaiki jangan hanya memakainya saja."ucap raisa mencoba membuka suara.
Jika dulu dia akan diam menahan sesak ,tapi sekarang kesabaran nya sudah habis.
Udin hanya mendelik tanpa ada niatan menjawab sedikit pun.
Udin pergi begitu saja mengabaikan perkataan raisa.
beberapa menit setelah udin pergi iwan datang dengan senyum yang mengembang.
"loh wan kenapa jam segini sudah pulang?"tanya atun dengan mengerutkan dahinya.
"belum bu..aku di suruh bos ku mengirim paket ke bandung timur."jawab iwan dengan senyum yang masih mengembang.
Raisa hanya diam tanpa ingin menanyakan sesuatu,karena semuanya sudah di wakilkan oleh mertuanya.
"lalu?kenapa malah kemari."tanya atun dengan sangat heran.
Pandangan iwan kini beralih kepada sang istri yang sedang diam mematung di sana.
"bersiap siap lah sa..aku akan mengajakmu,sekalian jalan-jalan."ucap iwan dengan senyum yang mengembang,mengabaikan pertanyaan sang ibu.
wajah muram raisa berubah menjadi cerah. raisa mengangguk cepat,saat dia melangkah ingin bersiap mertuanya mengatakan sesuatu yang membuat senyum raisa kembali luntur.
"bawalah adik mu,dia juga butuh liburan."ucap nya enteng.
"ini bukan liburan bu..ini kerja. Lagian mobil nya tidak akan muat."jawab iwan dengan cepat.
"sudah seperti itu saja yang,ayok kita pergi."ucap iwan dengan cepat kepada sang istri.
"mas...kenapa kamu selalu membiarkan adik dan kakak mu memakai motor mu?"tanya raisa dengan sangat hati-hati.
Sekarang mereka berdua berada di dalam mobil,iwan memang sangat menyayangi istrinya. Setiap kali iwan pergi mengantar paket ke tempat jauh,iwan akan membawa sang istri
Iwan menoleh sekilas,lalu kembali menatap jalan di depannya.
"mereka memang seperti itu sa,aku tidak bisa melawan nya."ucap nya pelan tanpa menoleh sama sekali ke arah sang istri.
Wajah raisa menjadi masam,"kenapa?"tanya nya singkat.
"kamu taulah udin itu bagaimana..."jawab nya tidak kalah singkat.
Raisa tidak menjawab,pandangan nya beralih ke arah jendela mobil.
"kenapa harus kamu mas...."gumam nya dalam hati,mata nya mulai berkaca-kaca ,hatinya sangat sesak. Bukan karena sebuah motor.
Akan tetapi kenapa diri nya selalu di sepelekan dan dianggap tidak ada. Namun ,jika mereka susah atau butuh sesuatu semua orang akan datang pada suami nya.
"aku muak mas!"desis raisa pelan namun pandangan masih belum teralihkan.
Iwan hanya diam,dia tidak menanggapi keluhan sang istri. Bukan karena tidak perduli ,tapi iwan sendiri pun sedang berada dalam dilema.
Raisa sedang menatap suaminya dari dalam mobil,dia melihat begitu besar perjuangan dan tanggung jawab nya sebagai suami. Namun,raisa menyayangkan kenapa suaminya tidak bisa tegas dalam sesuatu hal yang selalu menganggu rumah tangga nya.
keringat yang bercucuran membasahi baju iwan,iwan mengangkut barang-barang yang dia bawa dari mobil pick up nya.
Tubuh yang tinggi besar,berkulit hitam membuat iwan terlihat tampan. Tidak lupa degan brewok yang membuat kesan tegas di wajah nya.
Iwan menoleh ke arah sang istri,pandangan mereka bertemu beberapa detik,iwan tersenyum sangat manis. Raisa membalas dengan senyuman kecil.
"aku beruntung memiliki suami bertanggung jawab seperti mu mas...tapi tidak beruntung dalam mendapatkan keluargamu."lirih nya sangat pelan hampir seperti bisikan.
30 menit akhirnya pekerjaan iwan selesai. Dia masuk kedalam mobil dengan keadaan basah oleh keringat.
Raisa dengan cekatan mengambil kaos yang sering dia bawa jika ada pekerjaan seperti ini.
"ini mas...ganti dulu dengan yang kering,asem"ujar nya dengan sedikit bercanda.
Iwa tertawa kecil,lalu mengambil kaos dari tangan sang istri.
"mas. Boleh aku pulang ke rumah ibu ku?"tanya raisa dengan tatapan penuh harap.
Iwan tersenyum kecil lalu mengangguk.
Hening di antara mereka tidak ada obrolan lain,cukup lama iwan mengemudi hingga akhirnya sampai di depan rumah sang istri.
"mas aku masuk ya."ucap raisa pamit,tidak lupa dia mencium tangan sang suami.
"yasudah. Nanti mas pulang kerja nya kesini ya. Sepertinya sudah lama kita tidak menginap di rumah ibu mu. Mas sekarang mau kerja lagi."ucap iwan dengan nada yang sangat lembut.
Senyum raisa mengembang,wajah nya berbinar. Iwan memang sosok pria yang sabar dan bertanggung jawab. Namun kelemahan iwan hanyalah satu keluarga nya. Sehingga membuat raisa cukup tertekan.
Sore hari nya pukul 5 sore,raisa berdiri di halaman rumah, menunggu kedatangan suami nya. Dia sudah memasak makanan kesukaan iwan.
Senyum nya merekah bahkan dia memakai baju saat pertama kali iwan membeli untuk nya.
"raisa...masuk sayang,surup. Tunggu di dalam, biasanya juga iwan akan langsung mengetuk rumah tanpa harus di tungguin begini"omel irah .ibu raisa.
"iya bu,ini juga mau masuk."ucap raisa dengan nada yang keberatan.
Benar juga kata sang ibu,ini sudah hampir magrib,dengan langkah gontai raisa masuk kedalam kamar nya. Dia menyambar ponsel nya yang tergeletak di atas kasur.
Ternyata suaminya sudah menelpon lebih dari 5 kali dan satu pesan yang sukses membuat dada raisa mendidih.
"sayang maafin mas ya ..mas tidak bisa pulang kerumah ibu mu. Motor nya di pakai atin main."
Tangannya gemetar, matanya mulai panas, air mata yang sedari tadi ditahan akhirnya jatuh juga.
"padahal jika kamu tegas sedikit saja mas...itu tidak akan terlalu menyakiti keluarga mu. Kenapa kamu selalu membuat ku marah dan sakit. Kamu selalu mengorbankan kebahagian ku mas demi keluarga mu." lirih nya dengan suara yang bergetar.