Pernikahan Briela dan Hadwin bukanlah hubungan yang didasari oleh perasaan cinta—
Sebuah kontrak perjanjian pernikahan terpaksa Briela tanda tangani demi kelangsungan nasib perusahaannya. Briela yang dingin dan ambisius hanya memikirkan keuntungan dari balik pernikahannya. Sedangkan Hadwin berpikir, mungkin saja ini kesempatan baginya untuk bisa bersanding dengan wanita yang sejak dulu menggetarkan hatinya.
Pernikahan yang disangka akan semulus isi kontraknya, ternyata tidak semulus itu. Banyak hal terjadi di dalamnya, mulai dari ketulusan Hadwin yang lambat laun menyentil hati Briela sampai rintangan-rintangan kecil dan besar terjadi silih berganti.
Akankah benar-benar ada cinta dari pernikahan yang dipaksakan? Ataukah semuanya hanya akan tetap menjadi sebuah kontrak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cha Aiyyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BRIELA BAGI HADWIN
"Dasar gendut! Sudah ku bilang kan belikan aku roti isi selai blueberry bukan stroberi. Apa kau tuli, hah?"
Seorang siswa dengan baju seragam yang sama sekali tidak di kancingkan, bahkan tidak dimasukkan ke dalam celana. Rambutnya bahkan di cat dengan warna merah berteriak marah sambil melempar roti isi selai stroberi ke wajah seorang siswa yang tengah duduk bersimpuh di depannya.
Siswa berambut merah itu berdiri dengan berkacak pinggang. Di sampingnya tampak dua orang siwa yang berpenampilan tak jauh berbeda dengannya.
"Mm-mma maaf. Aku akan membelinya ulang." Hadwin menjawab dengan takut, ia bahkan tidak berani menatap lawan bicaranya.
"Tentu saja kau harus membelinya, kalau tidak aku makan apa— hah? Dasar dungu!"
Suara gebrakan meja mengejutkan semua orang yang semula sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Tak urung Briela yang saat itu tengah mengobrol bersama Jennifer di ruangan yang sama.
Semua orang dalam kelas itu menjatuhkan atensi mereka ke arah Hadwin dan siswa berambut merah. Hadwin semakin menciut oleh suara gebrakan meja.
"Mau sampai kapan kau duduk di sana, hah?" Lagi-lagi suara bentakan siswa berambut merah mengudara.
Siapa pun yang ada di sana tahu jika itu adalah sebuah perundungan. Namun entah mengapa semua orang kembali tidak peduli meski melihat hal itu, seolah-olah hal itu adalah hal yang wajar.
Briela merasa aneh dengan sikap semua orang yang ada di kelas itu, lalu ia bertanya pada Jennifer, "Jen, bukankah itu perundungan?"
"Hm, dan itu hal yang biasa terjadi di kelas kami."
"Mengapa kalian semua diam saja, bukankah seharusnya si rambut merah harus kita hentikan?" Briela lagi-lagi penasaran akan keanehan itu.
"Kau lihat siswa yang sedang bersimpuh itu, dia anak dari salah satu pendonor terbesar di sekolah kita. Dia anak yang baik, sayang sekali tubuhnya agak gemuk di bandingkan kita. Mungkin itu yang mereka jadikan alasan untuk melakukan semua itu." Jennifer mengatur napasnya. "Dan dia yang berambut merah itu, dia juga anak dari salah satu pendonor terbesar. Salah satu anak yang memiliki kuasa penuh di sini. Dan parahnya lagi, tempramennya sangat buruk. Tidak ada satu pun di antara kami yang mau mengambil resiko dengan mengusik kesenangannya. Dia benar-benar sampah." Jennifer bergidik.
"Kesenangan?" Briela mendecih. "Kesenangan apa yang merenggut kebebasan orang lain? Dia gila."
Briela mengambil ponselnya dari saku.
"Jangan berpikir untuk terlibat dalam hal ini, Briela!"
"Sayangnya, aku tidak lagi hanya berpikir." Briela tersenyum kecil. "Aku sudah terlibat sejak melihatnya, Jen," bisik Briela lirih. Briela menekan tombol rekam pada fitur kameranya.
Terlihat saat itu si rambut merah menarik kerah Hadwin hingga berdiri, si rambut merah tiba-tiba meninju perut Hadwin yang besar dengan sangat keras. Hadwin mengaduh kesakitan, dan si rambut merah memukul perutnya sekali lagi dengan keras. Briela mengernyit.
"Cepat pergi, dan belikan aku rotinya! Dasar dungu!" teriak si rambut merah. Tangannya mengudara, sepertinya ia akan menjatuhkan pukulan lagi pada Hadwin dan Briela dengan cepat melempar kotak pensil ke arah tangan si rambut merah.
Semua orang tampak terkejut, ketika kotak pensil itu mendarat sempurna di lengan si rambut merah dan membuatnya mengaduh. Si rambut merah menatap garang pada Briela. Briela mendekat ke arahnya.
Briela tersenyum smirk, "Ups sorry?"
Jennifer menepuk jidatnya, tangannya yang berusaha menghentikan tindakan Briela ditepis oleh sahabatnya itu.
"Kau?" Si rambut merah benar-benar marah saat itu, wajahnya menatap nyalang pada Briela. "Apa urusanmu, hah?" ia berteriak.
"Hei, santai." Briela semakin memprovokasi. "Tanganku tadi licin, maaf ya." Briela pura-pura merasa bersalah, ia mengambil kotak pensil di samping Hadwin.
Si rambut merah mendecih, "Yang benar saja, jangan konyol!" ia melayangkan tangannya berniat menampar Briela. Namun, Briela lebih dulu menahannya dan menghempaskannya dengan kuat.
"Kau pikir kau siapa, hah? Membuatku kesal," teriak si rambut merah.
"Kau juga membuatku kesal. Kau pikir kau siapa?" ucap Briela dengan tenang.
"Memang apa yang sudah ku lakukan padamu, hah?"
Briela tersenyum kecil, "Kau memang tidak melakukan apa pun padaku. Tapi— padanya." Briela menunjuk ke arah Hadwin yang sejak tadi melihatnya.
"Dia? Apa urusannya denganmu?"
"Tidak ada, aku hanya kesal karena melihat perundungan di depan mataku."
Si rambut merah semakin tersulut emosi. "Jangan salahkan aku jika nanti, kau terluka." Ia kembali mengangkat tangannya dan kali ini Briela memegangnya dengan kedua tangan lalu memelintirnya ke belakang. Semua orang di ruangan kelas memperhatikan itu, mereka penasaran akan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Si rambut merah meringis kesakitan, ia berteriak. "Lepaskan aku! Dasar j*lang!"
"Hei, jangan berteriak! Aku bahkan tidak memukulmu, seperti yang kau lakukan pada ... " Briela menatap Hadwin lalu melihat name tag pada seragam Hadwin. "Um— Hadwin," lanjut Briela.
"Dasar wanita gila! Lepaskan aku!"
"Tidak, sebelum kau minta maaf padanya," tolak Briela.
"Ini sakit sekali, b*doh. Cepat lepaskan!" teriak si rambut merah lagi.
Briela tertawa kecil lalu semakin memelintir tangan si rambut merah, membuatnya semakin berteriak marah juga frustasi.
"Kau tahu jika ini sakit, tapi tetap memukuli orang lain." Briela kembali mendecih, "Kau akan minta maaf padanya atau mau seperti ini terus?"
"Oke, oke aku minta maaf," ucap si rambut merah asal.
"Lakukan dengan benar!" Briela kembali memelintir tangan si rambut merah.
"Maaf, maafkan aku Hadwin," ucap si rambut merah. Kali ini nadanya sedikit lebih baik dari sebelumnya.
Briela melepaskan plintiran tangannya, membebaskan tangan si rambut merah yang memerah. Briela berbalik, ia berniat kembali ke meja Jennifer. Namun si rambut merah yang licik, ia berniat memukul Briela dari belakang namun Briela lebih dulu menyadarinya saat menatap wajah Jennifer yang tampak terkejut. Briela berbalik dan melakukan tendangan berputar tepat ke wajah si rambut merah.
Si rambut merah terhuyung ke belakang, hidungnya mengeluarkan darah segar. "Kau pikir kau hebat bisa memukul orang sesukamu? Kau itu, bukan siapa-siapa tanpa orang tuamu. Jangan banyak tingkah!" seru Briela.
"Aku sudah merekam perbuatanmu pada Hadwin tadi, dan aku akan melaporkan bahkan menyebarkan perbuatanmu itu ke internet jika kau macam-macam lagi padanya." Briela menunjuk pada Hadwin. Si rambut merah terlihat marah dan kesal secara bersamaan.
"Kalian semua yang ada di sini, jangan pernah menoleransi perundungan! Siapa pun pelakunya cepat hentikan! Jika tidak bisa menghentikannya sendirian, laporkan pada guru!" teriak Briela.
"Dan kau— Hadwin, kau jangan pernah mau ditindas orang lain. Kita semua sama, jadi, jangan pernah menoleransi orang yang merasa lebih tinggi darimu. Kau juga harus bisa membela dirimu sendiri, oke!" lanjut Briela.
Hadwin menatap Briela. Ia menyimpan tangan Briela dalam genggamannya. Hadwin yang sejak dulu menatap Briela sebagai sosok yang kuat, tangguh dan antusias kini melihatnya terbaring di kasur dalam kondisi lemah. Hadwin merasakan sakit di dalam hatinya.
"Lakaslah sembuh, Brie!" bisik Hadwin. Bibirnya mengecup punggung tangan Briela.
Briela bergerak, lalu mengerjapka matanya pelan. Ia masih sangat lemah.
☺️ Note: cetak miring adalah kilas flashback ya ☺️
🥀🥀 Hai readers... Salam sayang buat kalian semua yang udah stay sampe saat ini buat baca karyaku yang banyak kekurangan ini. 🥀🥀
sekertaris keknya beb. ada typo.