NovelToon NovelToon
Belenggu Gairah Semalam

Belenggu Gairah Semalam

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan rahasia / Pernikahan Kilat / One Night Stand / CEO / Hamil di luar nikah / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Miss_Dew

Sebuah jebakan kotor dari mantan kekasih memaksa Jenara, wanita karier yang mandiri dan gila kerja, untuk melepas keperawanannya dalam pelukan Gilbert, seorang pria yang baru dikenalnya. Insiden semalam itu mengguncang hidup keduanya.
Dilema besar muncul ketika Jenara mendapati dirinya hamil. Kabar ini seharusnya menjadi kebahagiaan bagi Gilbert, namun ia menyimpan rahasia kelam. Sejak remaja, ia didiagnosis mengidap Oligosperma setelah berjuang melawan demam tinggi. Diagnosis itu membuatnya yakin bahwa ia tidak mungkin bisa memiliki keturunan.
Meskipun Gilbert meragukan kehamilan itu, ia merasa bertanggung jawab dan menikahi Jenara demi nama baik. Apalagi Gilbert lah yang mengambil keperawanan Jenara di malam itu. Dalam pernikahan tanpa cinta yang dilandasi keraguan dan paksaan, Gilbert harus menghadapi kebenaran pahit, apakah ini benar-benar darah dagingnya atau Jenara menumbalkan dirinya demi menutupi kehamilan diluar nikah. Apalagi Gilbert menjalani pernikahan yang dingin.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Dew, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hiji

“Pak Barata, saya tidak setuju dengan angka proyeksi di kuartal ketiga. Dengan menggunakan asumsi persaingan lokal di Cirebon yang meningkat tajam dalam dua tahun terakhir, efisiensi anggaran 12% adalah angka yang terlalu optimistis. Kita harus menggunakan skenario moderat di angka 7% saja. Keselamatan modal lebih penting daripada janji keuntungan yang terlampau tinggi.”

Suara Jenara Sanjaya, tajam dan dingin, memecah keheningan elegan di ruang pertemuan eksekutif The Purnomo Hotel. Ruangan itu didominasi warna krem dan emas, dengan jendela setinggi langit-langit yang menawarkan pemandangan kota Jakarta yang mulai diselimuti kabut sore.

Aroma kopi Arabika kelas atas dan kertas-kertas laporan yang dicetak rapi berbaur menjadi satu, menciptakan suasana serius yang khas dari sebuah negosiasi bernilai miliaran.

Di sisi kirinya, Alexa Kurniawan, sekretaris pribadinya, dengan sigap mencatat poin-poin tersebut di laptop sambil sesekali membetulkan letak kacamatanya. Wajahnya yang biasanya menyiratkan humor kini terlihat tegang, bukan karena takut pada Jenara, melainkan karena ia tahu betapa tingginya standar yang harus dipenuhi.

“Nona Jenara, dengan segala hormat,” balas Pak Barata, seorang pria paruh baya yang tenang, sambil membetulkan dasinya. “Angka 12% itu sudah melalui simulasi risiko. PT Digdaya Guna adalah pemain besar. Kehadiran kita di Cirebon justru akan menjadi intimidasi bagi kompetitor lokal.”

Jenara tidak bergeming. Ia adalah CEO termuda di perusahaan warisan keluarganya, PT Digdaya Guna, yang ia kembangkan menjadi raksasa properti. Di usianya yang baru menginjak dua puluh tujuh tahun, Jenara telah membangun reputasi sebagai sosok yang sangat kaku, irit bicara, dan tidak mentoleransi ketidakakuratan data, apalagi risiko yang tidak perlu.

“Intimidasi atau tidak, itu tetap asumsi yang tidak berdasar, Pak Barata. Ubah. Saya ingin laporan yang baru dengan angka 7% besok pagi. Dan… tolong pindahkan pertemuan selanjutnya ke kantor, bukan di sini,” perintah Jenara, menutup map cokelatnya dengan bunyi berdebam yang singkat dan tegas. Gerakannya adalah penutup, tanda bahwa diskusi telah berakhir.

“Baik, Nona Jenara. Saya akan segera menyiapkan laporannya.” Pak Barata berdiri, menunduk hormat, lalu bergegas keluar.

Alexa menghela napas lega yang tertahan. “Baiklah, Bos. Babak satu selesai. Apakah saya boleh memesan chamomile favorit Anda? Anda terlihat butuh sedikit rasa manis untuk mengisi daya ulang.”

Jenara mengangguk kecil. “Cepat. Kita harus segera kembali ke kantor. Proyek Palembang juga menuntut perhatianku.”

"Kena juga kau, Jenar. Kali ini aku takkan pernah melepaskanmu lagi!"

Di sudut lain area lounge eksekutif, di balik pilar berlapis marmer, bersembunyi sesosok pria dengan mata penuh perhitungan. Dia adalah Nicolas, mantan kekasih Jenara. Pria yang hanya mengandalkan tampang menawannya, namun payah dan matre, kini tengah menyeringai puas melihat meja Jenara kosong.

Tadi, saat pelayan hotel melintas membawa pesanan teh chamomile untuk Jenara yang ia pesan karena ia tahu Jenara selalu menghindari kafein sore hari. Nicolas dengan licik menyenggol pelayan itu seolah tak sengaja. Dengan kecepatan yang hanya dimiliki seorang penculas, ia mencampurkan cairan bening ke dalam cangkir teh, kemudian buru-buru meminta maaf dan memastikan pelayan itu mengantarkan teh tersebut tanpa curiga.

Lima belas menit setelah Jenara meminum tehnya, tubuhnya mulai menunjukkan reaksi aneh. Awalnya hanya rasa kantuk ringan, namun kemudian berubah menjadi gelombang panas yang menjalar liar.

Jenara berusaha fokus pada layar laptop yang menampilkan email-email terbaru, namun huruf-huruf di sana mulai menari-nari dan pandangannya kabur. Rasa gerah menyelimuti kulitnya, membuat keringat dingin mulai membasahi pelipisnya, kontras dengan suhu ruangan yang dingin.

"A-lexa," panggil Jenara, suaranya serak dan jauh dari ketegasan biasanya.

Alexa, yang sedang membereskan dokumen, refleks menoleh. Ia langsung menyadari ada yang salah. Jenara yang kaku dan tenang kini terlihat seperti sedang berjuang melawan sesuatu di dalam dirinya. Wajahnya memerah, namun dahi dan tangannya berkeringat dingin.

"Ya, Bu? Anda tidak enak badan?" Alexa bergerak cepat, menyentuh tangan Jenara yang terasa panas dan lembap. "Astaga, Bu, Anda demam?"

"Bukan demam," desis Jenara, berusaha menguasai dirinya. Ia mencengkeram tepi meja hingga buku-buku jarinya memutih. "Panas. Aku merasa... tidak enak. Bawa aku ke kamar. Kamar yang sudah dipesan."

Alexa, yang memiliki sifat penakut namun teliti, langsung merasakan firasat buruk. Ini bukan hanya sakit biasa. Ini seperti Jenara sedang dicekik dari dalam.

“Baik, Bu. Mari saya bantu,” ucap Alexa, bergegas meminta izin pamit kepada Pak Barata yang kebetulan kembali sebentar untuk mengambil ponselnya yang tertinggal dengan alasan Jenara mendadak mengalami migrain parah.

Mereka keluar dari ruang pertemuan. Jenara berjalan sempoyongan, memegang lengan Alexa erat-erat. Setiap langkah terasa seperti mendorong tubuhnya menembus air mendidih. Pikirannya memerintahkannya untuk menolak gairah yang membakar, tetapi tubuhnya memberontak.

"Pass key… di tas," gumam Jenara. "Aku ambil di resepsionis. Tadi pagi."

Mereka sampai di depan lift menuju lantai kamar. Jenara merogoh tasnya. Panik, ia menyadari kartu aksesnya tidak ada.

“Sial!” umpat Jenara, sesuatu yang sangat jarang ia lakukan. “Aku lupa mengambilnya kembali. Ada di… di meja resepsionis.”

“Ya Tuhan, Bu. Jangan khawatir. Saya akan cepat. Anda tunggu di sini, di sofa itu,” kata Alexa, menunjuk sofa lounge mewah di dekat koridor. Sifatnya yang penakut mendesaknya untuk lari, tetapi kesetiaannya pada Jenara jauh lebih kuat. "Saya hanya butuh dua menit, Bu."

Alexa bergegas menekan tombol lift, meninggalkannya Jenara sendirian dan rapuh di lorong hotel yang sepi.

Momen itu, saat Jenara ditinggalkan Alexa, adalah momen yang ditunggu Nicolas.

Ia muncul dari balik sudut koridor, berjalan dengan langkah santai, senyum meremehkan terpampang di wajahnya yang tampan, sebuah topeng sempurna bagi sifatnya yang culas.

“Halo, Jenara Sayang. Lama tak jumpa,” sapa Nicolas, suaranya dibuat selembut mungkin, padahal niatnya sebusuk lumpur.

Jenara mengangkat kepalanya dengan susah payah. Matanya yang biasanya tajam dan dingin kini tampak memelas, dipenuhi kabut panas. Ia langsung mengenali mantan kekasihnya, dan seketika ia tahu, ia telah dijebak.

"Nicolas. Pergi. Menjauh," perintah Jenara, namun suaranya hanya berupa bisikan lemah.

Tubuhnya terasa berat, namun rasa gairah yang berlebihan itu kini memuncak, membuat otaknya kesulitan memproses ancaman.

"Oh, jangan begitu, Sayang. Kau terlihat... sangat membutuhkan pertolongan. Dan aku adalah pria terbaik untuk menolongmu, seperti dulu," kata Nicolas, mendekat dengan mata penuh nafsu predator. Ia meraih pergelangan tangan Jenara.

Jenara berusaha menarik tangannya dan mendorong tubuh Nicolas, namun tenaganya seolah terkuras habis. Ia hanya bisa menghasilkan dorongan lemah yang sama sekali tidak berarti.

“Aku sudah bilang, singkirkan tangan kotormu!” Jenara meraung, suaranya sedikit pecah. Ia mencoba menendang, tetapi kakinya lemas. Ia benci betapa tubuhnya bereaksi pada obat biadab itu.

Nicolas tertawa, tawa yang menjijikkan. Ia menyentuh pipi Jenara, lalu tangannya bergerak cepat untuk merobek kancing kemeja sutra Jenara.

"Kau adalah milikku malam ini. Dan setelah ini, kau akan menjadi milikku selamanya. Jangan menolak, Sayang. Aku tahu tubuhmu sudah sangat membutuhkan belaianku."

Tepat saat Nicolas hendak menarik kemeja Jenara, sebuah suara dingin dan tajam memecah ketegangan.

“Lepaskan tanganmu dari bos saya, atau tanganmu akan patah, Tuan Nicolas,” ancam Alexa.

Alexa kembali secepat kilat. Ia baru saja turun satu lantai di lift ketika firasat buruknya memuncak. Ia tidak menunggu kartu akses dan berbalik. Keputusan itu menyelamatkan Jenara.

Nicolas menoleh dan mendengus. "Oh, si sekretaris penakut. Mau jadi pahlawan, hah? Urusi saja dirimu sendiri, nona muda."

Seketika, ekspresi ketakutan yang biasa tersemat di wajah Alexa menghilang. Matanya menyala, dan semua sifat jenius tersembunyi yang ia miliki selama ini berubah menjadi insting bela diri yang terlatih.

Brakk!

Dalam sepersekian detik, Alexa melepaskan tas kerjanya dan mendaratkan tendangan lutut yang kuat dan terarah tepat di perut Nicolas. Gerakannya cepat, gesit, dan sangat profesional. Nicolas tersentak, terbatuk, dan mundur beberapa langkah.

“Aku tidak penakut saat bosku diusik,” desis Alexa, kini terlihat seperti ahli bela diri yang siap tempur. “Aku bilang, menjauh!”

Sebelum Nicolas sempat membalas, Alexa sudah mencengkeram kerah bajunya dan melakukan kuncian lengan yang membuat pria culas itu menjerit kesakitan.

"Bajingan!"

Bug! Bu!

Dua kali pukulan pada tubuh, cukup untuk membuat Nicolas melemah. Apalagi Alexa pemegang sabuk hitam sejak umur 10 tahun..

Keunggulan fisik Nicolas tidak ada artinya di hadapan teknik yang akurat.

"A-lexa… bawa dia keluar. Jangan… di sini. Buang dia!" Jenara berteriak dengan napas terengah-engah, tubuhnya bergoyang hebat. Ia kini berpegangan pada sandaran sofa. Gairah itu kian tak tertahankan, mendesaknya untuk mencari pendingin.

"Baik, Bu! Saya akan membuangnya ke parit terdekat!" seru Alexa, sisi humorisnya kembali muncul meski ia sedang menyeret pria yang kesakitan. "Anda masuk kamar sekarang. Saya akan—"

"Tidak! Aku bisa sendiri. Pergi! Cepat!" potong Jenara. Ia tidak mau Alexa melihatnya dalam kondisi memalukan ini.

Alexa tahu Jenara tidak akan mendengarkan. Dengan tarikan terakhir, ia menyeret Nicolas yang merintih menuju lift layanan, meninggalkan Jenara sendirian di lantai eksekutif yang mewah, kini penuh bahaya.

Jenara terhuyung-huyung berdiri. Jantungnya berdebar kencang, memompa darah panas ke seluruh tubuh. Ia merasa akan meledak jika tidak segera mendapatkan bantuan. Pikirannya kosong, hanya ada kebutuhan primal yang menjerit.

Sambil merangkak lebih tepatnya, Jenara menyentuh pintu demi pintu, mencari kamar bernomor 1205, nomor kamarnya. Ia salah, kamarnya bernomor 1207.

Tiba-tiba, Jenara melihat sebuah pintu terbuka. Seorang pria baru saja keluar, mungkin hendak menuju lift, dan ia memiliki postur tubuh tinggi, bahu lebar, dan aura tegas yang familiar. Pria itu tampak sibuk membenarkan jam tangannya.

"Tampan."

Pikiran Jenara, yang dikuasai oleh obat bius dan insting, tidak lagi berfungsi. Ia hanya melihat ada "pria" dan ada "pintu terbuka"—sebuah solusi instan.

Dengan tenaga terakhir yang ia kumpulkan, Jenara berlari, atau lebih tepatnya terhuyung-huyung, menuju pintu terbuka itu. Pria di depannya, Gilbert, terkejut dan belum sempat bereaksi.

Tanpa basa-basi, tanpa izin, Jenara langsung menjulurkan tangannya, membungkam mulut Gilbert dengan ciuman liar dan menuntut. Ia mendorong tubuh Gilbert yang masih membeku karena kaget ke dalam kamar, dan kemudian mendorongnya kuat-kuat hingga Gilbert terjerembap ke atas ranjang berukuran king size yang lembut.

Jenara merangkak di atas tubuh Gilbert. Wajahnya yang memerah, matanya yang berkaca-kaca karena gairah yang tak tertahankan, menatap Gilbert yang masih bingung.

"Tolong aku," bisik Jenara di antara ciuman brutal. Suaranya serak, penuh permohonan. "Tolong aku, atau aku akan mati terbakar."

Lalu, dalam satu gerakan putus asa, Jenara mulai merobek kemeja Gilbert.

1
@dadan_kusuma89
Kehidupanmu unik, Gilbert. Sampai seorang gadis kecil pun sangat menyukaimu, hingga bercita-cita ingin menjadi istrimu.
@dadan_kusuma89
Syukurlah, akhirnya kau bisa mengatasi permasalahan ini, Gilbert.
Muffin
Altafff kau malah mau punya ponakan hihi
PrettyDuck
nyonya lagi tahanin gemgsi bu nurul, gausah diharep 😐
PrettyDuck
hih kesel bener sama jenara ini, egois.
kesian anaknya kalo kenapa2 😭
PrettyDuck
wkwkwk alexa dikatain kayak emak2 komplek 🤣
btw jen, dia suamimu loo, bapak dari si bayi 😌
Muffin
Kejarrr gil. Kecebong luu jadiii
Muffin
Nah kan kecebong gilbelt 5m tembus 🤣🤣
Iyikadin
Jangan marah marah gitu ih nanti cepet tua. keriput keriput gitu dimukanya
Cahaya Tulip
wah mantaaap.. langsung gas akad nikah.. saya dukung👍👍😁
Three Flowers
ni orang berbakat jadi cenayang kayaknya...🤣
MARDONI
WOII GILBERT BANGUN DONG! JANGAN SAMPE EGOMU HANCURKAN SEGALANYA! 😭🔥
MARDONI
Jenara tuh cool banget ya, padahal lagi hamil dan morning sickness tapi tetep bisa langsung fokus handle krisis.
Blueberry Solenne
Wehhh Alexa pasti sering di puji Jenara ni, karena kerjaannya rapi dan sempurna
Blueberry Solenne
Bakal kepikiran terus sampe malam kedua keknya ni pa, awokwok
Blueberry Solenne
Bahaya kalau sampai orang-orang tahu, Aib yang memalukan dalam hidup Gilbert ini😭😭😭
Iyikadin
Waw kenapa bisa sampe terjadi ya dan besar besaran lagi ? apakah cyber security di sana sangat lemah?
☠ ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAthena
semakin kau mmbncinya mka kau akn semkin jatuh cinta nntnya hahaha
☠ ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAthena
ceileh jen hbs di kokop yg td mrh2 skrg jd tersipu/Chuckle/
☠ ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAthena
Trus klo udh nikh gk blh interaksi dg perempuan gtu kh? dia kn pebisnis ya kali hrs ngmg sma laki2 doang jen/Chuckle/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!