NovelToon NovelToon
Jejak Dosa Di Ujung Restu

Jejak Dosa Di Ujung Restu

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Percintaan Konglomerat / Dijodohkan Orang Tua / Hamil di luar nikah / Dark Romance / Romansa
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: Sylvia Rosyta

Bagi Aditya, Reina bukan sekadar kekasihnya tapi ia adalah rumahnya.
Namun dunia tak mengizinkan mereka bersama.
Tekanan keluarga, perjodohan yang sudah ditentukan, dan kehormatan keluarga besar membuat Aditya terjebak di antara tanggung jawab dan juga cinta.

Dalam keputusasaan, Aditya mengambil keputusan yang mengubah segalanya. Ia nekat menodai Reina berkali kali demi bisa membuatnya hamil serta mendapatkan restu dari orang tuanya.

Cinta yang seharusnya suci, kini ternodai oleh ketakutan dan ambisi. Mampukah Aditya dan Reina mengatasi masalah yang menghalang cinta mereka berdua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Prolog

   Pagi itu di salah satu sudut jalan raya Diponegoro yang ramai, berdirilah seorang gadis muda dengan senyum lembut yang tak pernah gagal memancarkan ketulusannya, gadis itu adalah Reina Amara Lysandra, atau yang biasa dipanggil Reina.

Tubuhnya ramping, kulitnya sedikit kecokelatan karena sering terpapar sinar matahari, dan seulas senyum kecil selalu tersungging di bibirnya meski ia terlihat lelah. Ia mengenakan kemeja kotak-kotak sederhana yang dipadu dengan celana jeans longgar, serta celemek polos berwarna krem yang sudah agak kusam karena sering terkena minyak goreng.

Pagi itu seperti biasa, Reina menata dagangan di gerobak kecilnya, sebuah meja lipat dengan wajan besar, kompor gas, dan baki baki berisi gorengan yang baru saja ia angkat dari penggorengan seperti tempe mendoan, tahu isi, pisang goreng, risoles, dan juga pastel.

Asap tipis menari di udara, menebarkan aroma gurih yang mengundang siapa pun untuk berhenti sejenak.

“Bismillah, semoga hari ini banyak pembeli,” gumam Reina dengan lirih, sembari menyeka keringat yang menetes di pelipisnya.

Ia mengatur letak baki gorengan satu per satu, memastikan setiap jenis gorengannya berada di tempatnya. Suaranya yang lembut sesekali terdengar menegur anak-anak kecil yang lewat sambil berlari agar hati-hati, atau menyapa pelanggan langganannya yang mampir sebelum berangkat kerja.

“Pagi, Mbak Reina!” sapa seorang ibu berhijab yang baru turun dari motor.

“Pagi juga, Bu Rani! Mau beli seperti biasa, ya?” Reina tersenyum hangat, tangannya dengan cekatan membungkus gorengan dengan kertas minyak.

“Iya mbak, seperti biasa, mendoan lima sama risolesnya dua. Anak-anak belum sarapan, Mbak.”

Reina mengangguk cepat dan menghitung gorengannya dengan hati-hati agar tak kelebihan.

“Ini gorengannya, harganya ima belas ribu, Bu.”

Setelah menerima uang, Reina kembali ke kompor penggorengannya. Api yang semula kecil kini ia besarkan sedikit, memastikan gorengan berikutnya matang dengan sempurna. Suasana tampak damai. Hangat. Seolah dunia pagi itu berpihak pada gadis sederhana yang mencoba menghidupi dirinya tanpa bergantung pada siapa pun.

Namun, kedamaian itu tak berlangsung lama.

Sekitar pukul delapan, ketika matahari mulai naik dan arus kendaraan makin ramai, tiga pria berpenampilan serampangan berjalan mendekat ke arah lapaknya.

Langkah mereka berat, tatapan matanya liar, dan tawa mereka terdengar kasar. Salah satu di antara mereka membawa sebatang rokok yang masih menyala, sementara yang lain menenteng botol air mineral kosong seperti tongkat kecil.

“Eh, eh… ini yang jualan gorengan tiap pagi itu, ya?” ujar salah satu dari mereka, dengan nada mengejek.

Reina menoleh cepat, menelan ludah ketika melihat wajah-wajah asing itu. Tapi ia berusaha tetap tenang.

“Iya, Mas. Mau beli gorengan, kah?” tanya Reina dengan sopan, berusaha mengalihkan suasana.

Pria itu terkekeh, dan menatap Reina dari atas ke bawah.

“Beli? Ya bisa aja beli. Tapi, siapa tahu Mbaknya bisa kasih bonus.”

Tawa keras meledak dari dua pria lainnya. Reina memejamkan mata sejenak, mencoba menahan rasa tidak nyaman yang mulai meratapinya.

“Kalau cuma mau beli, silakan, Mas. Tapi kalau mau ganggu, saya mohon, jangan di sini. Saya cuma mau cari rezeki halal.”

Alih-alih mundur, salah satu dari mereka justru mendekat ke meja jualan Reina. Dengan tangan kotor, ia meraih sepotong gorengan dan menggigitnya tanpa izin.

“Eh enak juga, ya. Gratis aja lah. Kita kan rakyat kecil, harus disubsidi, hehe.”

Reina menggertakkan giginya saat melihat salah satu preman yang memakan gorengannya tanpa izin.

“Mas, itu dagangan saya. Kalau mau, bayar.”

“Tapi kita lapar,” kata yang satu lagi, menendang kaki meja kecil Reina dengan santai. “Masa orang lapar nggak boleh makan?”

Brak.

Baku yang berisi risoles jatuh, dan berserakan di aspal, sementara minyak goreng terciprat ke tanah. Orang-orang yang tadinya lewat hanya melirik sejenak, lalu berlalu tanpa berani campur tangan.

“Mas! Tolong jangan hancurin dagangan saya!” seru Reina panik. Ia berusaha menahan tangan mereka yang mulai meraih baki gorengan lainnya.

Namun salah satu preman malah mendorongnya pelan.

“Udah diam aja, Mbak. Lagian siapa juga yang suruh mbaknya buat jualan gorengan di sini. Ini wilayah kami.”

Reina menegakkan tubuhnya. Wajahnya memucat, tapi matanya tegas.

“Wilayah? Jalan umum begini bukan milik siapa pun! Kalian nggak punya hak untuk berbuat seenaknya!”

Preman itu terkekeh lagi, matanya menyipit.

“Berani juga kamu ngomong begitu ya, Mbak gorengan?”

Reina menggenggam ujung meja jualannya, berusaha tidak terlihat takut dihadapan preman preman itu. Ia tahu, jika ia mundur, mereka akan makin menjadi.

“Saya nggak takut! Kalian berhenti sekarang juga, atau—”

“Atau apa?” potong salah satu preman dengan senyum mengejek dan membuat Reina menatap mereka dengan tajam.

“Atau kalian akan berurusan sama pacar saya.”

“Pacar?” suara tawa keras kembali pecah.

“Pacar kamu siapa, hah? Jangan bilang kamu masih ngaku-ngaku jadi pacarnya si Aditya Pratama Wiranegara itu?”

Nada suaranya penuh olok-olok, tapi di baliknya ada nada sinis yang menusuk.

Aditya—nama itu terdengar seperti sebuah mitos yang mustahil dikaitkan dengan gadis penjual gorengan seperti Reina.

“Kasihan banget, bro,” ujar yang lain sambil menepuk bahu temannya. “Sungguh sebuah mimpi di siang bolong. Cewek kayak kamu mana mungkin dipacari anak konglomerat.”

Reina menggigit bibirnya. Ia sudah terbiasa mendengar ejekan seperti itu. Ya, mungkin dunia akan selalu sulit percaya bahwa Aditya, pewaris keluarga Wiranegara Grup, pria berpendidikan luar negeri dan berpenampilan sempurna bisa jatuh cinta pada dirinya, gadis biasa yang hidup dari hasil menjual gorengan.

Tapi cinta mereka nyata. Aditya selalu datang setiap sore, membantunya beres-beres lapak, membelikan minyak goreng untuk jualannya, bahkan sesekali memeluknya diam-diam di balik bayangan mobil hitamnya yang berhenti di ujung gang.

Reina tahu, mereka berasal dari dunia yang berbeda. Tapi ia juga tahu, Aditya mencintainya dengan sungguh-sungguh.

“Jangan coba-coba, Mas,” ujar Reina lirih namun tegas. “Kalau Aditya datang dan melihat kalian merusak jualan saya, kalian bakal menyesal.”

Preman itu justru semakin tertawa keras.

“Aditya? Yang anak direktur Wiranegara Grup itu? Kamu yakin dia bakal membela kamu, Mbak gorengan?”

“Dia bahkan mungkin malu untuk mengakui kamu di depan umum!” timpal yang lain.

Tangan Reina mulai bergetar, tapi bukan karena takut, melainkan karena marah dan terluka.

“Mau kalian percaya atau nggak, itu terserah. Tapi tolong, jangan rusak dagangan saya!”

Namun mereka tak menghiraukannya. Salah satu preman menendang wajan yang masih berisi minyak panas hingga tumpah sebagian. Reina terlonjak mundur, hampir kena percikan minyak. Ia menjerit kecil, tapi para preman itu hanya tertawa puas melihat kepanikan di wajahnya.

1
Putri_a_s
Aditya udah tahu sifat ayahnya seperti apa, makanya dia ambil keputusan ini.
Putri_a_s
ini baru keputusan yang tepat, kl gak gini nanti ditipu lagi sama pak Arman.
Putri_a_s
serius ini, gak ada rasa bersalahnya nih pak Arman sama anak sendiri?
/Speechless//Speechless//Speechless//Speechless/
Putri_a_s
dicintai secara ugal-ugalan sama Aditya, Reina ini.
Putri_a_s
/Brokenheart//Brokenheart//Brokenheart//Brokenheart/
Putri_a_s
sedihnya /Sob/
Putri_a_s
gini amat ya cobaannya, kamu harus bijak Reina. Aditya juga dalam posisi yang sulit demi bisa bersama kamu.
Putri_a_s
kasihan Aditya, dia pasti bingung banget
Putri_a_s
iya Aditya, menikah dengan dua orang sekaligus itu harus adil. dan kamu tidak bisa menikah dengan Alisha karena hati kamu cuma buat Reina
Putri_a_s
Aditya berada dalam dua jalan yang mengharuskannya memilih
Putri_a_s
dan apalah arti kata cinta jika kalian berdua tidak bisa bersama /Frown/
Putri_a_s
aish, kok ada seorang ayah yang tega menyuruh anaknya poligami?!
Putri_a_s
maksudnya nikah sama dua perempuan sekaligus gitu?!
Putri_a_s
dulu lihat apa sih buk? kok bisa menikah sama laki laki egois kayak pak Arman?!
Suhadi Mulyo
bagus Aditya, lanjutkan keputusanmu💪
Suhadi Mulyo
bagus Aditya, lebih baik gitu daripada entar ditipu lagi sama ayahmu yang raja tega itu.
Suhadi Mulyo
nyeseknya sampai sini/Scowl//Sob/
Suhadi Mulyo
jadi Aditya pasti sakit, jadi Reina, lebih sakit lagi karena harus membagi Aditya dengan orang lain /Scowl/
Suhadi Mulyo
kasihan banget Aditya, dia nggak pernah bahagia
Suhadi Mulyo
setiap banget Aditya ini orangnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!