 
                            Keputusan gegabah membuat Sekar harus menderita, suami yang ia terima pinangannya 5 tahun lalu ternyata tak membawanya ke dalam kebahagiaan. Sekar harus hidup bersama ibu mertua dan kedua iparnya yang hanya menganggapnya sebagai pembantu.
Sekar yang merasa terabaikan akhirnya memilih kabur dan menggugat suaminya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Ikuti ceritanya setiap episode. Aku mohon jangan di lompat. Terima kasih 🙏🏼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian Pertama
Sekar Hanum, 26 tahun, mengambil keputusan gegabah 5 tahun lalu. Ia menerima lamaran dan pinangan dari pria yang dikenalnya saat bekerja menjadi pegawai toko cemilan. Sekar menikah dengan Reno ketika pria itu meyakinkan dirinya bahwa akan membahagiakannya.
Keluarga besar ayah kandung Sekar sempat tak menyetujui dirinya menikah dengan Reno karena menurut mereka Reno sepertinya bukan pria yang baik. Tetapi, Sekar berhasil meyakinkan orang-orang yang merawat dan menjaganya sejak kecil bahwa Reno adalah pria yang bertanggung jawab dan menyayanginya.
Perkenalan selama setahun membuat Sekar mantap menerima Reno menjadi suaminya. Kala itu Reno selalu membelikan makanan dan pakaian untuk Sekar sehingga dirinya sangat percaya jika Reno adalah pria tulus.
"Sekar....!!!" teriak Reno memanggil istrinya.
Sekar yang sedang mencuci pakaian berjalan tergopoh-gopoh menghampiri suaminya yang berada di depan televisi.
"Ambilkan sarapan untukku!" perintah Reno.
"Mas Reno 'kan bisa ambil sendiri, aku sudah memasaknya dan meletakkannya di meja," kata Sekar.
"Aku mau kamu yang mengambilnya, aku masih capek!" ucap Reno beralasan karena memang semalam dirinya pulang jam 12 malam.
"Ya sudah, tunggu sebentar!" Sekar kemudian melangkah ke ruang makan mengambil sarapan buat suaminya.
Sekar kemudian kembali ke ruang tengah dengan membawa sepiring nasi dengan lauk telur balado dan segelas air putih.
"Cuma ini saja?" Reno melihat ke arah piring lalu mengarahkan pandangannya kepada Sekar.
"Iya, Mas. Uangnya cuma cukup beli telur, cabe dan bawang merah," jelas Sekar mengenai masakannya hari ini.
"Kemarin sore aku memberikan kamu uang dua puluh ribu, kemana saja uang itu kamu pakai?" tanya Reno dengan nada marah.
"Uangnya buat beli beras dan gula juga, Mas. Jadi, sisanya cuma dapat lauk sarapan pagi ini," jawab Sekar.
"Boros sekali kamu sebagai istri, uang segitu banyak tidak bisa mengaturnya!" kesal Reno sembari menyantap sarapannya.
Menurut Reno uang tersebut sangat besar, tetapi bagi Sekar membuat otaknya terus berputar agar cukup memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Di dalam rumah peninggalan ayah mertuanya bukan hanya Sekar, suami dan anaknya saja yang tinggal tetapi ada ibu mertua dan 2 adik iparnya juga.
Setelah melihat suaminya makan, Sekar kembali melanjutkan pekerjaannya mencuci pakaiannya.
Selang 1 jam kemudian, ibu mertua dan 2 adik iparnya Sekar pulang dari luar kota. Ketiganya menghampiri Sekar yang baru saja akan menikmati sarapannya.
"Sekar, buatkan teh hangat!" perintah Lastri, 50 tahun.
"Iya, nanti aku buatkan, Bu!" kata Sekar.
"Pakaian kami sudah dimasukkan ke ember!" ucap Lala, 18 tahun, adik bungsunya Reno.
"Kak Sekar, nanti sore aku mau pergi dengan temanku. Tolong, setrika 'kan pakaian aku yang warna biru!" perintah Lulu, 22 tahun, anak keduanya Lastri.
Sekar mengangguk mengiyakan mendapatkan perintah dari ibu mertuanya dan adik iparnya.
"Reno, ini buat kamu!" Lastri memberikan sebuah kaos dengan nama sebuah kota kepada putranya.
Lastri dan 2 anaknya selama 3 hari pergi ke luar kota dalam rangka acara keluarga. Jadi, selama di sana mereka menyempatkan waktu buat berbelanja oleh-oleh.
"Keripik buat orang tuanya pacar aku mana, Bu?" Lulu membongkar kantong plastik.
"Ada di situ, cari saja!" kata Lastri.
"Buat aku mana, Bu?" tanya Sekar memberanikan diri.
"Ibu lupa membelinya," jawab Lastri seraya membongkar isi tas dan plastik berukuran besar.
"Keripik pedasnya aku mau, Bu!" pinta Sekar ketika melihat Lulu memegang 2 plastik berisi keripik singkong pedas.
"Tidak ada lagi, Kak Sekar. Ibu cuma belinya sedikit!" kata Lulu beralasan.
"Oleh-oleh untuk Arya ada 'kan?" tanya Sekar berharap ada sesuatu yang dihadiahkan buat putra semata wayangnya.
"Sekar, apa kamu tidak tahu kalau uang Ibu sudah habis??" bentak Lastri ketika ditanyain oleh-oleh buat cucunya. "Tidak ada untuk kamu dan Arya, lain waktu saja!" lanjutnya.
"Ya sudah, tidak apa-apa, Bu!" kata Sekar dengan menahan rasa sakit hatinya.
"Lebih baik kamu ke dapur, kerjakan apa yang diperintahkan Ibu!" usir Reno kepada istrinya.
Sekar pun ke dapur, ia memasak air panas dan juga ke kamar mandi untuk merendam pakaian kotor yang dibawa ibu mertua dan iparnya sehabis liburan dengan deterjen.
Sekar membawa 3 gelas teh hangat kepada keluarga suaminya dan menyajikannya dihadapan mereka. Tampak Lastri dan 2 anaknya sedang menyantap nasi uduk dengan lauk ayam goreng.
"Nenek, mau ayam gorengnya!" rengek Arya, bocah 4 tahun, menarik ujung baju yang dikenakan Lastri.
"Sekar, bawa anakmu sana. Mengganggu makan kami saja!" Lastri melepaskan tangan cucunya secara kasar.
"Iya, Kak Sekar. Kami ini sangat lapar, jadi jangan ganggu!" sahut Lala sembari mengunyah makanannya.
"Aku berangkat kerja dulu, Bu!" pamit Reno menyalim tangan ibunya.
Sekar dan putranya juga menyalim tangan Reno.
Reno bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik, gajinya 1 bulan memang cukup buat Sekar dan anaknya tetapi Reno hanya memberikan separuhnya itupun buat makan 1 rumah.
Selepas suaminya berangkat kerja, Sekar membawa putranya bermain diluar rumah agar tak mengganggu sarapan mertua dan iparnya.
"Ibu, aku mau makan ayam goreng!" kata Arya dengan wajah sendu.
"Jika Ibu punya uang, nanti Ibu belikan ayam goreng untuk kamu!" ucap Sekar dengan lembut dan tersenyum meskipun hatinya perih anaknya diusir oleh nenek kandungnya sendiri saat sedang menikmati makanan.
"Ibu enggak bohong, 'kan?" tanya Arya tak yakin karena ibunya sering berjanji.
"Kamu bantu Ibu dengan doa, ya!" jawab Sekar agar putranya tak menganggapnya pembohong.
"Iya, Bu!" kata Arya.
"Sekarang kita jalan-jalan saja menikmati matahari pagi!" kata Sekar menggenggam tangan putranya dan berjalan berkeliling jalanan kampung tempat tinggal.
"Ayo, Bu!" ajak Arya semangat.
Sejam kemudian, Sekar kembali ke rumah. Tampak ibu mertuanya dan 2 iparnya sedang menikmati siaran televisi sembari rebahan di karpet.
Sekar memilih tak menyapa ketiganya dan membiarkannya karena semua pekerjaan di rumah ini adalah tugasnya.
Sekar membawa putranya ke dapur, supaya tidak mengganggu waktu santai ibu mertua dan kedua iparnya. Arya diberikan mainan mobil-mobilan biar Sekar melakukan pekerjaannya dengan tenang.
Sekar kembali ke kamar mandi mencuci pakaian Lastri dan 2 putrinya. Lalu kemudian lanjut mencuci piring.
"Assalamualaikum....!!"
Sekar yang telah selesai mencuci piring dan mengajak putranya bermain mengarahkan pandangannya ke arah ruang tamu.
"Waalaikumussalam!" sahut Lastri membalas salam seseorang dari luar rumahnya.
Sekar yang penasaran sosok tamunya lantas berdiri dan berjalan ke arah ruang tamu. Ia melihat seorang wanita yang ditaksir sebaya dengannya tersenyum kepada ibu mertuanya dan 2 iparnya.
"Ayu, apa kabar?" sapa Lastri dengan wajah senang.
"Aku baik. Bagaimana kabar Bibi?" tanya Ayu.
"Kami baik dan sehat," jawab Lastri.
Ayu lalu mengarahkan pandangannya kepada Sekar dan bertanya, "Dia siapa, Bi?"