NovelToon NovelToon
Whispers Of A Broken Heart

Whispers Of A Broken Heart

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Kisah dewasa (mohon berhati-hati dalam membaca)

Rianti bekerja di perusahaan milik Bramantya, mantan suami adiknya. Menjelang pernikahannya dengan Prabu, ia mengalami tragedi ketika Bramantya yang mabuk dan memperkosanya. Saat Rianti terluka dan hendak melanjutkan hidup, ia justru dikhianati Prabu yang menikah dengan mantan kekasihnya. Di tengah kehancuran itu, Bramantya muncul dan menikahi Rianti, membuat sang adik marah besar. Pernikahan penuh luka dan rahasia pun tak terhindarkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1

Langit sudah mulai gelap dimana jam menunjukkan pukul delapan malam dan Rianti baru saja menyelesaikan pekerjaannya.

Ia harus segera pulang karena besok ia harus menikah dengan Prabu sang kekasih akan menjadi suaminya.

Sebelum pulang ia menuju ke ruangan Bramantya yang tak lain mantan adik iparnya dan pimpinannya di tempatnya ia bekerja.

"Pak, ini laporan yang anda minta." ucap Rianti.

"Kamu letakkan disana saja," ujar Bramantya sambil menatap ke arah laptopnya.

Rianti menaruh laporannya dan disaat akan keluar dari ruangan, tiba-tiba Bramantya memanggilnya dan memintanya untuk duduk.

"Ada apa, Pak?" tanya Rianti.

"Lupakan saja, keluarlah dari ruangan kerjaku. Lekaslah pulang, besok kamu akan menikah." jawab Bramantya.

Rianti bangkit dari duduknya sambil memandang heran ke arah Bramantya.

Ia pun kembali ke ruang kerjanya dan mengambil tasnya.

Rianti yang ceroboh lupa kalau cincin pernikahannya tertinggal di laci meja kerjanya.

Segera ia melajukan mobilnya menuju ke rumahnya.

Mama menyambut Rianti dan memintanya untuk segera mandi.

Rianti menganggukkan kepalanya dan segera ia mandi.

Setelah selesai mandi, ia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

Ia mengambil ponselnya dan menghubungi Prabu.

"Kenapa tidak aktif? Apa Mas Prabu masih belum pulang kerja?" gumam Rianti.

Tak berselang lama prabu mengirimkan pesan dan mengatakan kalau ia masih meeting.

[Setelah meeting, hubungi aku ya. Aku kangen kamu, Mas.]

Rianti bangkit dari tempat tidurnya dan melihat gaun pengantinnya.

Hatinya berdebar membayangkan hari esok yang akan mengubah hidupnya.

Namun tiba-tiba, tatapannya berubah panik saat mengingat cincin yang ada di laci meja kerjanya.

Ia segera mengambil jaket dan berpamitan dengan Mama yang sedang mengobrol dengan tukang dekor.

"Rianti, ini sudah malam. Besok saja kamu ambil cincinnya." pinta Mama.

"Aku cuma sebentar, Ma."

Rianti masuk dan segera melajukan mobilnya menuju ke kantornya.

Jalanan yang sepi membuat Rianti lekas sampai di kantor.

Rianti menekan tombol lift, jantungnya berdetak cepat.

Lampu-lampu di dalam lift memantulkan wajahnya yang tegang.

Ia menghela napas dan mencoba menenangkan diri.

Pintu lift terbuka dan Rianti melangkah keluar dan berjalan cepat menuju ruang kerjanya yang dekat dengan ruangan kerja Bramantya.

Ia bergegas mengambil kotak cincinnya dan memasukkannya ke dalam jaketnya.

Saat keluar dari ruang kerjanya, ia mendengar suara kegaduhan di ruang kerja Bramantya.

PYAAR!!!

Rianti langsung berdiri di tempat dan ia melihat Bramantya yang membuka pintu.

Bramantya melihat Rianti yang sedang berdiri mematung.

"K-kamu belum pulang?" tanya Bramantya dengan berjalan sempoyongan.

Rianti menundukkan kepalanya dengan posisi masih mematung.

Ia mencium aroma alkohol dari mulut Bramantya yang berdiri di arahnya.

"S-saya pulang dulu, Pak." ucap Rianti lirih.

Rianti yang akan beranjak dari sana langsung dikejutkan dengan Bramantya yang menarik pinggangnya dan menutup mulutnya.

"MMMMPPPHHH!!"

Rianti mencoba melepaskan tangan Bramantya yang masih menariknya masuk ke ruang kerjanya

"P-pak, tolong lepaskan saya!!"

Bramantya yang gelap mata langsung melepaskan dasinya dan mengikat tangan Rianti.

Rianti mencoba menendang-nendang kakinya agar Bramantya tidak menyentuhnya.

Bramantya membuka paksa pakaian yang dikenakan oleh Rianti.

Tangan Bramantya mulai menjelajahi seluruh tubuhnya.

Setelah itu Bramantya naik ke atas tubuh Rianti dan memperkosanya.

Bramantya menutup mulut Rianti dengan salah satu tangannya.

"MMMMPPPHHH!!"

Rianti merasakan sakit yang luar biasa saat Bramantya berhasil merenggut mahkotanya.

Bramantya melepaskan tangannya dan mencium bibir Rianti.

Rianti hanya bisa menangis sesenggukan saat mantan adik iparnya memperkosanya.

Hampir satu jam Bramantya melakukannya dan ia mengangkat tubuh Rianti ke atas sofa.

Rianti menatap langit-langit ruangan kerja Bramantya.

Dengan tubuh yang lemas ia melihat Bramantya yang bangkit dan menuju ke meja kerjanya.

Bramantya menulis sejumlah uang yang kemudian ia berikan kepada Rianti.

"Ini cek untuk kamu dan pergilah dari sini." ucap Bramantya.

Rianti yang mendengarnya langsung bangkit dan mengambil pakaiannya.

Ia meninggalkan cek yang diberikan oleh Bramantya.

Bramantya melihat noda darah di sofa dan ia sadar kalau sudah mengambil kesucian Rianti.

Sementara itu Rianti berjalan sempoyongan dan masuk kedalam mobil dan pulang ke rumah.

Sepanjang perjalanan Rianti menangis dan memukul-mukul setir mobilnya.

Sesampainya di rumah ia melihat semua orang yang sudah tertidur pulas.

Rianti naik ke atas tempat tidur dan mengambil bantal untuk menahan suara tangisannya.

"Mas Prabu, maafkan aku yang sudah tidak suci lagi." gumam Rianti.

Rianti terbaring di tempat tidur, tubuhnya masih gemetar dan wajahnya basah oleh air mata.

Ia memeluk bantal erat-erat, mencoba menahan rasa sakit dan rasa malu yang membanjiri hatinya.

"Kenapa harus aku yang mengalami hal ini?" gumam Rianti.

Rianti mengambil ponselnya dan akan menghubungi Prabu.

"A-aku tidak bisa mengatakannya kalau aku baru saja diperkosa oleh Bramantya."

Ia meletakkan ponselnya lagi dan ia tidak tahu apa yang akan ia lakukan setelah ini.

Detik demi detik berganti dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi.

Tok... tok.... tok....

"Rianti, apa kamu sudah bangun? Devi sudah datang dan akan merias kamu, Rianti." ucap Mama sambil tersenyum ke arah Devi yang merupakan MUA.

Rianti yang mendengar langsung menghapus air matanya.

Ceklek!

"Aku sudah bangun, Ma."

Mama terkejut ketika melihat mata putrinya yang bengkak.

"Kamu habis nangis? Ada apa, Ri? Cerita sama mama."

Rianti menggelengkan kepalanya sambil memeluk tubuh Mamanya.

"A-aku masih tidak percaya jika hari ini aku akan menikah, Ma." jawab Rianti.

Kemudian Devi meminta Rianti untuk mandi air hangat terlebih dahulu.

Rianti masuk ke kamar mandi dan segera membersihkan tubuhnya.

Ia melihat noda merah bekas ciuman yang diberikan oleh Bramantya di dadanya.

"Aku harus menghapus noda ini. Aku tidak mau jika Mas Prabu sampai tahu." gumam Rianti.

Rianti berulangkali menggosoknya agar noda merahnya hilang, tetapi malah kulitnya yang semakin lecet.

Setelah selesai mandi, Rianti keluar dan duduk di kursi yang sudah disiapkan.

Devi mulai merapikan rambut Rianti dengan hati-hati, menata setiap helai agar terlihat sempurna di hari pernikahan.

Rianti duduk dengan wajah datar, menahan rasa sakit dan malu yang masih membekas dari malam sebelumnya.

“Aku akan buat kamu cantik, Ri. Tenang saja, semuanya akan terlihat indah,” kata Devi sambil tersenyum.

Rianti mengangguk pelan, menatap cermin tanpa benar-benar melihat refleksinya.

Setelah proses make-up selesai, Rianti berdiri dan melihat gaun pengantinnya.

Gaun itu terlihat anggun dan elegan, namun hatinya terasa hampa.

Ia mencoba tersenyum untuk dirinya sendiri, tapi senyum itu terasa paksa.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi dan Rianti masih duduk di kamarnya.

"Apa Mas Prabu sudah sampai?" tanya Rianti.

"Aku lihat sebentar ya, Ri." jawab Devi yang langsung keluar untuk mencari tahu.

Devi turun kebawah dan melihat Mama Rianti yang sedang menangis sesenggukan.

Rianti menuruni tangga dengan langkah gugup saat melihat Mama menangis

Gaun pengantin putihnya terseret pelan di lantai marmer, namun ia tidak peduli.

Matanya langsung tertuju pada Mama yang menangis di pelukan Linda adiknya.

“Ma, ada apa? Kenapa Mama menangis?” tanya Rianti dengan suara bergetar.

Belum sempat Mama menjawab, terdengar suara seorang pria dari arah pintu.

Supir Prabu, Pak Jaya, berdiri dengan wajah penuh rasa iba.

“Non Rianti…” ucapnya pelan.

“Pak Jaya? Mana Mas Prabu? Kenapa dia belum datang? Katakan kalau dia sedang dalam perjalanan, kan?”

Pak Jaya menundukkan kepalanya dengan tangannya yang gemetar memegang topi sopir yang ia genggam erat.

“Maafkan saya, Non. Tuan Prabu, semalam… sudah menikah.”

“Me-menikah?” suaranya tercekat.

“Ya, Non. Tuan Prabu menikah dengan mantan kekasihnya. Saya sendiri yang mengantarkan beliau.”

Dunia seakan runtuh dan jantungnya serasa berhenti berdetak saat mendengar jawaban dari Pak Jaya.

“T-tidak mungkin” bisik Rianti dengan tubuhnya yang bergetar hebat.

“Rianti!” Mama berteriak panik saat tubuh putrinya limbung.

BRUK!

Rianti jatuh pingsan tepat di ruang tamu, membuat semua orang menjerit panik.

Gaun pengantin putihnya kini terhampar di lantai, seputih wajahnya yang pucat pasi.

Bramantya yang sudah datang dari tadi langsung membopong tubuh Rianti dan membawanya ke kamar.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!