Laki laki itu begitu menyebalkan, CEO yang sombong dan selalu galak padamu yang seorang asisten pengantin saja.
"Awas saja ya, lihat aku akan membuatmu jatuh cinta dan aku akan menyiksamu setiap hari"
Jdor, tiba-tiba suara guntur terdengar, ini tak ada tanda-tanda hujan, tapi kenapa ada suara guntur sungguh menakutkan, segera aku masuk kedalam mobil taksi. Aku mulai merinding padahal kan hanya main-main saja mengatakan itu.
Aku juga tak mau kalau sampai benar-benar menjadi istrinya bisa-bisa aku mati berdiri kalau ada disampingnya sampai tua. Menyeramkan sekali sungguh.
Apakah semua kata-kata itu bisa di cabut ?
Disini aku pake sudut pandang pemeran perempuan ya. Semoga kalian suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari pertama
Hari pertama menginjakan kaki di kota yang baru begitu menyenangkan, keluar dari kota kelahiran bukanlah salah satu keinginanku. Namun takdir sudah membawaku kemari. Semua harus dilakukan demi kehidupan yang lebih layak kedepannya.
Mungkin saja nanti aku akan menemukan cinta disini, hidup bahagia seperti dongeng-dongeng yang pernah aku dengar. Meskipun itu mustahil tapi siapa tahu tak ada yang tahu takdir seseorang.
Cinta adalah sesuatu yang selalu aku harapkan dari dulu, namun tak pernah ada yang benar-benar serius dengan diriku ini. Saat melihat keadaan rumahku mereka langsung saja kabur, sungguh menyebalkan bukan apa salah jika rumahku tak bagus.
Perjalanan di pagi hari seperti ini begitu menyenangkan, sesekali bersenandung dan berjalan ramai-ramai dengan pejalan kaki yang lain membuat aku seperti ada teman. Tiba-tiba tak sengaja aku menyenggol laki-laki paruh baya. Tentu saja aku minta maaf namun dia malah marah.
"Dasar perempuan gila, jalan yang benar jangan asal tabrak saja" matanya melotot seperti akan keluar.
Aku menunduk dan kali ini minta maaf lagi, namun bukan kata yang baik yang di ucapkan malah caci maki lagi dengan dorongan tangannya yang sangat kuat dan membuat aku terjatuh terduduk. Pantatku sangat sakit sekali.
Dor, dor belum juga aku bangkit, aku melihat laki-laki paruh baya itu terkapar tertembak. Teriakan mulai melengking di telingaku. Aku berteriak histeris ketakutan langsung bangkit tanpa memperdulikan kesakitanku.
Mataku liar menatap kesana kemari, mencari sosok orang yang telah melakukan ini, kulihat diatas gedung ada siluet laki-laki pergi begitu saja, apakah dia ?
Namun aku tak mau tiba-tiba menuduh, laki-laki itu tak berapa lama keluar dari gedung itu, mata kami saling bertemu, tatapannya begitu tajam dan penuh ancaman.
Dengan takut, aku alihkan pandanganku dan kembali melihat laki-laki paruh baya yang masih kesakitan. Aku segera menelfon ambulans, mencoba mencari pertolongan agar dia bisa selamat tak peduli diriku tadi di caci maki olehnya, nyawa lebih penting bukan.
Saat laki-laki paruh baya itu sudah dibawa oleh ambulans, aku baru sadar akan telat jika terus berada disini. Dengan langkah yang lebar aku berjalan bahkan sekarang aku berlari. Tak mungkin hari pertamaku ini aku akan telat, tidak aku tidak mau sampai dipecat di hari pertamaku ini.
Saat sudah mulai terlihat gedung yang begitu tinggi tempat diriku akan bekerja, semangatku makin membara saja.
Bruk, tubuhku terpental dan ternyata aku kembali terjatuh, dengan cepat aku bangkit dan menatap sekeliling yang ternyata hanya ada resepsionis saja. Orang yang sudah aku tabrak sudah tak ada menghilang begitu saja.
"Hey kamu, Karina kan"
Saat mendengar namamu di ucapkan aku segera menganggukkan kepala dan mendekat kearah perempuan itu.
"Iya aku Karina Putri Mentari" ku sebutkan nama panjangku.
"Kamu naik kelantai 12, nanti ada ruangan Ceo disana. Kamu dari tadi sudah ditunggui, seharusnya dihari pertama kamu tak telat seperti ini. Kamu bisa-bisa di marahi Karina"
"Ya aku memang salah, seharusnya aku tidak berjalan kaki. Ya sudah terimakasih Kak aku akan segera pergi kesana"
"Baiklah semoga berhasil" ucapnya menyemangati aku yang mulai ketakutan.
Setelah memencet tombol lantai 12 kakiku makin bergetar, ada apa ini sebenarnya kenapa seperti ini sih, tenang-tenang aku harus tenang dan bisa mengendalikan semuanya dengan baik.
Saat pintu lift terbuka aku sudah disambut oleh perempuan hamil, tanganku langsung saja ditarik "Kenapa kamu malah telat Karina, bisa-bisa kamu tak bisa mengantikan aku untuk cuti, ini sudah mepet sekali Karina, aku harus cuti. Aku akan segera melahirkan"
"Maafkan aku mba, aku tadi menolong orang yang tertembak dulu"
"Ya sudah ayo kita masuk sekarang, tak ada alasan lagi. Tuan tak akan menerima alasan apapun itu, jadi jangan menyepelekan pekerjaan ini"
"Iya mba Ulfa, sekali lagi aku minta maaf"
Tanganku ditarik dan mba Ulfa mengetuk pintu, terdengar suara yang begitu berat menyahut. Suaranya begitu dingin membuat aku merinding, ini bukan hantu kan yang akan aku temui, semoga saja bukan ya.
Saat pintu terbuka terlihat ruangan yang begitu luas dan megah. Aku sampai terpukau namun tak sampai lama, karena suara itu terdengar lagi.
"Yakin dia akan mengantikan kamu Ulfa, hari pertama saja dia sudah telat"
"Saya yakin Tuan dia bisa mengantikan saya beberapa bulan ini selama saya cuti. Saya akan mengajarinya dengan baik dan memberitahunya agar tak mengulangi kesalahan yang sama"
"Saya ragu" ucapnya masih membelakangi mereka.
Aku dengan berani maju "Maafkan saya Tuan karena telat, namun saya tak akan mengulanginya lagi. Saya begitu berminat ingin bekerja di sini, saya akan memberikan yang terbaik untuk perusahan ini. Saya tak akan mengulangi kesalahan yang sama dan saya akan berkerja dengan baik, saya sangat mampu untuk mengantikan mba Ulfa untuk beberapa bulan ini"
"Baik, saya beri satu kesempatan" hening tak ada suara lagi "Ulfa cepat ajari dia apa saja yang harus dia kerjakan"
"Baik Tuan saya permisi keluar"
Tak ada jawaban, mba Ulfa menarik aku dengan cepat untuk keluar. Mba Ulfa memberitahu apa saja yang harus aku kerjakan sebagai sekertaris sementara ini. Untung saja aku kuliah dengan jurusan yang pas untuk pekerjaan yang aku pegang sekarang. Sungguh aku beruntung selalu di perjuangkan oleh orang tuaku untuk sekolah dengan tinggi bahkan sampai kuliah. Meskipun kadang kami kesusahan untuk mencari uang untuk membayar semester.
Beberapa jam berlalu, aku begitu fokus mengerjakan pekerjaan ini, namun samar-samar aku mendengar seperti ada suara pukulan, dengan panik aku membuka pintu ruangan atasanku sendiri yang bahkan belum aku ketahui siapa namanya.
"Siapa yang menyuruh mu masuk" tanyanya dengan nada yang tak santai, bahkan ada sedikit bentakan.
"Maaf Tuan, saya kira anda sedang berkelahi" jawabku dengan jujur ternyata dia sedang memukul samsak, kenapa juga aku mengkhawatirkannya.
"Tak sopan, pergi" teriak nya tanpa kembali melihatkan wajahnya padaku.
Aku terlonjak kaget dan segera menutup pintu tanpa mengatakan apa-apa. Kalau aku terus bekerja disini mungkin aku akan jantungan.
Tiba-tiba pikiran ku melayang saat pintu pertama dibuka, aku melihat tubuh yang begitu kekar dengan peluh yang menetes ditubuhnya dan beberapa tato ditubuhnya juga. Tubuh itu begitu sempurna, mungkin jika dipakai untuk mendekapnya akan sangat hangat dan terlindungi. Kulit yang tak begitu putih namun begitu mengiurkan untuk di sentuh.
"Hei apa yang aku pikirkan, Karina fokus fokus jangan memikirkan atasanmu sendiri, ayo bekerja lagi" aku segera sadar dari pikiranku yang makin kemana-mana saja.