kisah cinta anak remaja yang penuh dengan kejutan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cilicilian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertama
Dara Atmaja, atau Dara. Begitu ia akrab disapa, memiliki wajah bulat yang manis, dihiasi pipi berisi dan hidung sedikit mancung. Sepasang mata almond yang indah, berpadu sempurna dengan kulit putihnya yang lembut, jauh dari kesan pucat seperti salju. Rambut pendekatan yang hitam legam menambah kecantikan Dara yang memang tak terbantahkan, namun terkadang terhalang oleh satu hal, yaitu tinggi badannya yang hanya sekitar 150 cm, jauh di atas rata-rata teman-temannya.
Usia Dara terbilang masih remaja dan dia juga masih duduk dibangku sekolah menengah, dia baru saja memasuki kelas dua belas. Dara bukan siswi yang terkenal di sekolahnya dan juga bukan seorang jenius dalam bidang akademik maupun non akademik. Ia gadis biasa, namun dengan kepribadian yang unik dan cenderung nyeleneh. Tingkahnya yang seringkali absurd, justru menjadi daya tarik tersendiri, menarik banyak teman dan menciptakan lingkaran pertemanan yang hangat.
Dara lahir di keluarga yang berada. Orang tuanya, para pebisnis sukses dengan perusahaan yang tersebar luas di dalam dan luar negeri. Mereka telah menyediakan segala kemewahan untuk Dara. Namun, di balik gemerlap kekayaan itu, Dara merasakan kesunyian. Sebagai anak tunggal, ia seringkali merasa kesepian di rumah besarnya, ditinggal orang tuanya yang sibuk dengan urusan bisnis. Kemewahan materi tak mampu menggantikan kehangatan keluarga yang utuh.
"Ahh, ternyata masih pagi," mulutnya menguap lebar dengan kedua matanya yang sudah terbuka, tubuhnya mengeliat sambil melihat ke arah jam dinding.
Suasana pagi, di hari libur membuat badan Dara sangat ingin bermalas-malasan seperti manusia pada umumnya.
Namun kali ini sangat berbeda, ia saat ini tidak bisa bermalas-malasan dikarenakan kedua sahabatnya sedang menginap dirumahnya dan mereka sudah membuat rencana untuk lari pagi.
Sudah menjadi tradisi memang mereka menginap di rumah Dara dan Dara lah yang meminta kedua sahabatnya menginap setiap kali hari libur agar dirinya merasa tidak kesepian.
Dara bangun dengan posisi duduk, kedua tangannya menepuk sambil membangunkan sahabatnya, "Woy bangun! Katanya mau lari pagi," ucap Dara membangunkan kedua temannya yang berada di samping kanan dan kirinya.
Mereka masih lelap dalam tidurnya, suara Dara rupanya tidak bisa membangunkan mereka dari tidur panjangnya yang membuat Dara setengah kesal melihat kedua temannya yang katanya ingin lari pagi namun nyatanya mereka sangat sulit untuk dibangunkan.
Muka bantalnya yang terlihat memerah menandakan dia sangat kesal. "Bangun woy! Mau lari pagi ngak sih kalian! Keburu badan gue males ini!"
Suara Dara yang sangat keras serta kedua tanganya yang terus menerus membangunkan mereka sehingga membuat keduanya sangat terusik dalam tidur panjangnya.
Tubuhnya terlihat mengeliat dan mulutnya menguap lebar. "Iya Ra gue udah bangun ini," ucap teman satunya yang di sebelah kiri dengan mata sayunya yang bernama Dela Alexandra biasa disebut Dela.
Sedangkan di sebelah kanan terdapat satu makhluk yang masih setengah sadar. "Gue mau cuci muka dulu, lo bangunin tuh bocah satu yang kaya kebo!" Dara bergegas turun dari tempat tidur menuju ke arah kamar mandi yang berada di dalam kamarnya.
Kedua tangan Dela membangunkan Sella yang masih saja terlihat malas untuk membuka matanya. "Sell, bangun dong jangan males kita mau lari pagi," namanya Sella Abimana yang biasa dipanggil Sella.
Sella tetap saja menutup matanya tidak ada tanda-tanda bahwa dia akan bangun membuat Dela kesal dan pada akhirnya dia memutuskan untuk bangun dari tempat tidurnya.
"Terserah lo Sell mau bangun atau enggak! Gue mau lari pagi sambil cari pentol dan gue ngak mau berbagi sama lo!" ucap Dela sedikit berteriak sambil beranjak pergi ke arah kamar mandi.
Mendengar kata makanan yang keluar dari mulut Dela membuat Sella membelalakkan matanya dan terbangun dari tidurnya. "Iya gue bangun!" teriak Sella masih setengah sadar dan bergegas menyusul kedua temanya yang sudah berada di kamar mandi dengan tubuhnya yang terlihat masih sempoyongan.
Beberapa menit kemudian ketiganya sudah keluar dari komplek perumahan menuju ke arah taman yang tidak jauh dari rumah Dara tersebut.
Kedua teman Dara berada di samping kanan dan kirinya karena tubuh mereka yang terlihat sangat tinggi sedangkan Dara seperti adik bagi mereka.
Dela dan Sella keduanya teman baik bagi Dara, mereka sudah bersama sejak pertama kali masuk sekolah menengah. Tampang keduanya pun tidka bisa diragukan lagi, mereka terbilang cantik. Namun kecantikan mereka itu digambarkan dengan wajah yang tegas sedangkan Dara wajahnya terbilang manis sendiri diantara keduanya.
"Eh, kita kan satu kelas lagi nih tempat duduknya juga pastinya beda dong, gue mau sama lo ya Ra gue bosen sama Sella terus," celetuk Dela sambil berjalan kecil.
Menggelengkan kepalanya tanda tak mau. "Ngak mau," jawab Dara dengan singkat sambil memandang ke arah depan jalan.
Wajah Dela berubah masam, sebenarnya ada apa dengan Dara yang tidak mau ditemani duduk satu bangku di kelasnya. "Emangnya lo ngak bosen duduk sendirian terus?"
Dara tersenyum tipis menatap ke arah Dela. "Ngak Del, gue lebih suka sendirian," ucapnya pada Dela.
"Aneh banget tau," ucap Dela melihat tingkah aneh Dara yang tidak mau ditemani.
"Ya udah sih Del lagian mau gimanapun Dara tetap Dara yang menikmati kesendiriannya di rumah maupun di sekolah, lagian ya gue juga sebenarnya bosen sama lo tapi mau gimana lagi gue ngak cocok kalo duduk sama orang lain," sela Sella menatap Dela dengan tampang sedikit mengejek.
Dela berdecih memalingkan wajahnya dari Sella yang menurutnya terlihat menyebalkan. Mereka terus saja berceloteh ria sambil berlari kecil.
Dara melihat kedua temannya hanya bisa tersenyum tipis melihat tingkah mereka yang sudah biasa seperti itu.
Memang dari pertama masuk sekolah menengah Dara tidak mau duduk bersama dengan siswa lain di kelasnya, dia pun tidak pernah mengizinkan siapapun untuk menemani duduk satu bangku dengannya selalu saja memilih duduk sendirian.
Di sepanjang jalan menuju taman terlihat beberapa pedagang di pinggir jalan, terlihat Sella tidak mampu menahan rasa lapar di dalam perutnya.
Kakinya pun berlari melangkah ke arah para pedagang tersebut, namun langkah kakinya terhenti Ketika lengannya ditarik oleh Dela yang membuat Sella seketika menoleh ke arah belakang merasa heran.
"Apaan sih Del, main nahan tangan orang!" ucap Sella dengan wajah kesalnya.
Terlihat wajah Dela yang juga tak kalah kesalnya. "Ini baru setengah lari lo mau jajan! Bukanya sehat malah nambah gendut lo!" ucap Dela yang terdengar sarkas.
Kedua tangan Sella memegangi perutnya, menagan rasa lapar. "Gue laper Del, gue ngak tahan kalo lihat makanan," racaunya, dengan suara yang memelas. Bau wangi jajanan dari pedagang kaki lima di pinggir jalan semakin menambah derita perutnya yang keroncongan.
"Ngak! Sekarang waktunya olahraga ditahan dulu lapernya nanti juga di taman banyak yang jualan, jadi lari dulu biar tubuh lo makin seksi lo mau kalo Dimas berpaling dari lo karena tubuh lo nanti makin lebar mikirin makanan mulu!" Suara Dela terdengar keras, namun di balik itu, Sella menangkap sedikit kekhawatiran. Dela tahu betul betapa Sella sangat mengagumi Dimas, dan betapa pentingnya penampilan bagi Sella.
Mereka berlari, langkah Sella terasa berat. Bayangan es campur durian dan martabak manis berseliweran di kepalanya, menandingi rasa lelah yang mulai menguasai tubuhnya. Dela di sampingnya terus bersemangat, sesekali melemparkan lelucon untuk mengalihkan perhatian Sella dari rasa laparnya.
Sementara Dara melihat interaksi keduanya dari kejauhan sambil berlari kecil, memang teman yang satunya itu tidak bisa melihat makanan yang sangat menggugah selera.
Tak terasa mereka sudah sampai di taman, terlihat taman tersebut sudah ramai pengunjung. Taman yang luas dengan banyaknya pepohonan membuat suasana di taman tersebut terasa sangat sejuk. Di bawah pohon rimbun juga disediakan tempat duduk.
"Del, gue mau beli minum dulu lo mau minum apa?" tanya Dara, napasnya sedikit tersengal-sengal karena kelelahan setelah berlari kecil tadi. Ia melirik ke arah Dela yang tampak lebih tenang, sudah mulai melepaskan jaketnya.
"Ngak, gue aja yang beli takutnya kalo lo yang beli nanti ilang ngak keliatan," ucap Dela dengan sedikit ejekan, tahu sendiri kan di taman itu ramai banyak orang sedangkan tubuh Dara bisa dibilang pendek membuat Dela tak tega melihatnya.
Tangan Dara memukul pelan lengan Dela, wajahnya pun terlihat kesal. Memang sih tubuhnya pasti kalau dikerumunan ngak bakal kelihatan. "Sembarangan aja lo kalo ngomong,"
Tiba-tiba, Sella memegangi perutnya, wajahnya pucat pasi. "Del gue ikut ya mau beli makanan udah laper banget," ucapnya dengan suara lemah, langkah kakinya tampak berat. Kelelahan setelah berolahraga dan aroma makanan yang menggoda membuat perutnya benar-benar berontak.
"Ya udah lo berdua pergi, gue tunggu di bawah pohon itu ya," ucap Dara, tangannya menunjuk sebuah pohon besar yang memiliki akar-akar yang menjulur ke tanah, daun-daunnya yang lebat membuat suasana yang tenang dan nyaman.
Mereka berdua berjalan menuju kios-kios pedagang kaki lima yang berjejer rapi di tepi jalan. Sementara itu, Dara berjalan menuju pohon pilihannya. Ia merebahkan tubuhnya dengan nyaman di atas rumput yang lembut, mengulurkan kaki yang terasa pegal setelah berlari-lari kecil. Hangatnya sinar matahari pagi yang menembus dedaunan, membuatnya merasa rileks dan tenang. Ia memejamkan mata sejenak, menikmati kesejukan dan kedamaian taman yang ramai namun tetap menenangkan.
Begitu asyiknya Dara menikmati suasana, ia sama sekali tidak menyadari kehadiran seseorang yang kini duduk di sampingnya. Hanya ketika ia membuka mata, dan melihat sepasang sepatu kets berwarna putih di dekatnya, barulah ia tersentak. Detak jantungnya sedikit berdegup lebih cepat. Ia belum mengenal orang ini. Siapa gerangan yang duduk diam-diam di sampingnya? Rasa penasaran dan sedikit rasa was-was bercampur aduk dalam hatinya.