Siti tak bisa mencegah sahabatnya berbuat tak senonoh bersama kekasihnya di sebuah pemandian air panas Gunung Keramat.
Kejadian memalukan itu mengundang kemurkaan para penunggu gunung. Masyarakat setempat sejak dulu percaya ada sejenis siluman ular pertapa di tempat itu, yang mana jika menggeliat bangun longsor tercipta, jika membuka mulutnya maka mata air deras membuat banjir bandang melanda desa-desa di bawahnya.
Malam itu Siti yang nekad menyusul temannya ke pemandian air panas mengalami kerasukan. Rohnya ditukar oleh Siluman ular pertapa itu, Roh Siti ada di alam jin, dan tubuh Siti dalam kendali Saraswati Sang Siluman berkelana di alam manusia, berpura-pura menjadi mahasiswi pada umumnya.
Di alam manusia, Saras dikejar-kejar oleh Mekel dan Jordan, wakil presiden BEM dan Presiden BEM itu sendiri. Sedangkan di alam jin, Siti malah membuat seorang Pangeran harimau bernama Bhre Rakha jatuh hati.
Bhre Rakha mau membantu Siti mendapatkan kembali tubuhnya, asal mau menikah dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Lions, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 Pemandian Air Panas Gunung Keramat
Malam itu di sebuah kamar kost mahasiswi...
"Gimana dong, Sit, Vano minta jatah, dia ngancem putus kalau gak diturutin," rengek Yuli. Matanya memerah seakan ingin menangis.
"Hah ?!! sumpeh lu ?" pekik Siti, seorang gadis asal Jakarta.
"Ssst sttt, jangan keras-keras !" bisik Yuli sambil menempelkan satu jari di mulutnya.
"Anjeeeng si Vano, putusin aja !" ucap Siti sambil menepuk-nepuk pahanya yang tertutup katok gemes.
"Ya jangan, Sit, aku gak mau putus, aku sayang sama dia," ucap wanita bucin setengah bodoh ini.
"Ya Allah Gusti, heh Yul, emang ape sih yang lu liat dari tuh cowok ? modal muke ganteng doang, motor juga masih supra," ucap Siti menepuk jidatnya kesel bingit.
"Vano janji bakal nikahin aku begitu lulus kuliah, Sit, dia udah ngerencanain semuanya," ucap Yuli.
Siti Khumairo menghela nafas beratnya bak naga api, batinnya meronta memaki-maki kawan bucinnya yang buta karena terlalu sayang kepada pacarnya, "napa temen gue gini amat sih, Ya Allah ? kasian banget orang tua nya, udah nguliahin jauh-jauh begini tapi anaknya masih bego aja."
"Kamu kenapa diem aja, Sit ?" tanya Yuli sambil memandangi wajah cantik temannya itu.
Siti melirik tajam sahabatnya, teman sekamar kost, sekelas pulak di kampus, "Yul, apa jaminannya dia bakal nepatin janji nikahin elu ? mikir lah, Yul, apa sih susahnya mutusin badjingan macam Vano ? buseeeet buseeet."
"Aku juga gak tau, Sit, namanya cinta ya gini, cinta emang butuh pengorbanan. Kamu belum pernah jatuh cinta makanya gak ngerti," ucap Yulianti sambil cemberut.
"Yah, malah nyalahin gue lu, ahhh bodoh amat lah, serah lu," ucap Siti sambil meringkuk di kasurnya yang ada di bagian atas.
"Aku gak nyalahin," kata Yuli yang tidur di bawah. Oke, kasur kedua anak ini tingkat.
"Bodo amat ! yang jelas gue udah ngingetin," pekik Siti tak mau tahu.
Namanya juga mengingatkan orang bucin, apapun saran kita, sebanyak apapun nasehat kita, gak bakalan mempan. Rasa cinta sudah meluluh lantakkan akal sehatnya, logika sudah tidak jalan, hanya bisa merangkak ngesot, meski hati nurani tak mau, tapi demi cinta apapun mau dengan penuh kerelaan sebagai bentuk perjuangan. Perjuangan memanglah perjuangan, tapi tidak semua pejuang itu pinter.
"Sit ! Sitii !" ucap Yuli memanggil-manggil.
Siti terus meringkuk di atas kasurnya membelakangi sahabatnya itu, ngambek. Pada akhirnya Yuli melepaskan dasternya dan mengganti pakaiannya dengan kaos lengan panjang dan celana jeans panjang, ia kenakan jilbab parisnya itu. Yuli memang berjilbab, sedangkan Siti tidak, tapi dalam kasus ini Siti jauh lebih bisa menjaga kehormatannya. Dalam hati Siti juga terus membatin, kok bisa wanita berjilbab gitu rela memberikan kehormatannya cuma-cuma begitu saja kepada... manusia kenthir.
Yuli pun mengalungkan tasnya di pundak, "aku pergi dulu, Sit."
Siti melirik ke belakang sebentar, "ke hotel mana lu ?" tanyanya.
"Ke... pemandian air panas Gunung Keramat," jawabnya.
Siti langsung bangkit kaget benar-benar sulit percaya, "anjaaay !! di tempat umum ? gilak lu, Yul, kalian berdua... lu sama cowok lu sarap, cowok lu punya otak nggak sih ? kira-kira dong milih tempat, gak modal banget."
"Kalau malem tempatnya sepi katanya," jawab Yuli.
"Biarpun sepi, Yuuuul Yul.. Mbak Yuuul," keluh Siti sambil menaboki gulingnya. Karena menaboki teman adalah haram hukumnya.
"Mau gimana lagi, aku berangkat ya, aku udah ditunggu depan gang ini," katanya.
Siti diam saja dengan hati berasa benaaar-benar gak enak melihat temannya itu berlalu. Mana temannya masih perawan, bahkan ia tak bisa membayangkan bagaimana jika ia di posisi Yuli malam ini. ingin menangis tapi ini bukan ujian hidupnya sendiri. Yang ia rasakan lebih ke prihatin dan miris sekali.
Yuli langsung tersenyum menjumpai Vano di depan sana bersama motor supranya, ia dan Vano memang sudah pacaran sejak semester satu. Sejak ospek Yuli terpikat dengan wajah tampan itu, wajah tampan tanpa noda, bahkan pori-pori gak keliatan sama sekali, glowing. Vano adalah definisi lelaki tampan tapi bajingan sejati.
"Ayo ! pake helmnya !" ujar Vano menyerahkan helm yang ia pinjam dari teman kosannya.
"Iya," jawab Yuli sambil duduk di boncengan dan mengenakan helm itu.
'Ngeeeng,' motor pun melaju ke arah pemandian air panas yang lumayan terkenal.
Hanya butuh waktu 1 jam saja untuk sampai ke pemandian itu dari area kampus swasta xxx. Saat masuk ke dalam area, semua pengunjung hanya wajib membayar parkir 5 ribu untuk kendaraan motor dan tiket 10 ribu untuk masuk dan mandi sepuasnya. Seperti yang Vano bilang, kalau malam tempat ini sepi sekali, bahkan di kolam hanya ada mereka berdua.
"Bawa baju ganti kan ? ganti yuk, Yang," ajak Vano sembari menggandeng salah satu lengan Yuli ke bagian tempat ganti baju.
"Iya, Van," jawab Yuli mesam-mesem tapi juga gugup. Mungkin si Yuli aslinya juga kebelet.
Yuli hanya pakai short ketat dan tanktop putih, sedangkan Vano bertelanjang dada dan hanya pakai kolor. Keduanya melihat-lihat dulu area pemandian, sejenak suasana ini... sunyi senyap ini, dan air yang bergolak agak keruh karena kandungan sulfur gunung itu terasa aneh sekali, membuat bulu kuduk merinding disko.
"Kok diem aja ? ayo ! aku bakal nikahin kamu kalau udah lulus, janji, aku pake pengaman nanti supaya kamu gak hamil," bisik Vano sambil merabai punggung dan pantat Yuli.
"Emmh... iya," jawab gadis itu.
Yuli masih merinding, rasanya seperti ada orang lain di sini, bukan hanya ia berdua, tapi ia tak bisa melihatnya. Setelah nyemplung ke dalam kolam, hangatnya mulai terasa memijat-mijat badan yang lelah. Vano tetap menjaga agar dekat dengan pacarnya. Sudah dari sebulan yang lalu Vano ditantang teman-temannya se geng untuk mendapatkan keprawanan pacarnya, dan ia tak mau dianggap cupu atau tak mampu, malam ini ia akan buktikan ia bisa, ini juga kali pertama Vano melakukannya.
Vano mulai menegang memeluk tubuh yang basah itu, Yuli kaget merasakan perutnya seperti disodok sesuatu. Saat Vano memasukkan tangannya menggerayangi apa yang ada di balik pakaian tipis itu, Yuli memejamkan matanya rapat, sudah gak bisa mikir apapun, ia hanya bisa pasrah mengikuti alurnya, hingga akhirnya singkat cerita.... pecah darah segar itu, menodai kolam pemandian air panas ini.
"Aaaah sakit Van, sakiit ! udah Van, hiks, udah," bisik Siti sembari terisak.
"Bentar lagi, bentar lagi, dikit lagi," jawab Vano terus bergerak.
Di kosan Siti semakin mumet mencak-mencak, berjalan mondar-mandir sendirian depan meja belajar sambil meremas rambutnya, "Yuli gobloook guobloook ! nyusain aja lu Yuuul !!!" ucapnya geram.
Pada akhirnya karena rasa khawatir teramat sangat, Siti ganti pakaiannya dengan cepat, ia pakai kaos, berlapis jaket dan celana panjang jeans. Ia langsung pesan gojek menuju ke tempat pemandian air panas Gunung Keramat yang dikatakan tadi.
'Ngeeeeng,' motor Kang Ojek melaju lancar di jalanan nanjak.
"Bisa lebih cepat nggak, Bang ?" ucap Siti sambil memegangi erat pundak si Bang Ojek.
"Ia sabar, Neng," jawabnya.
Sesampainya di depan pintu pemandian, Siti langsung berlari masuk ke dalam, tak lupa ia bayar tiket pada bapak-bapak berbaju serba hitam yang punya tatapan tajam itu. Sebelum melangkah masuk tiba-tiba si bapak petugas di loket itu memanggil, "whoii Mbak ! sini dulu deh ! sini !"
"Ada apa, Pak ?! saya buru-buru ini," ucap Siti berbalik sebentar kembali ke depan loket.
"Kamu kuliah di kampus swasta sini toh, Mbak ?" tanya pria itu seakan bisa membaca identitas seseorang hanya dengan sekali tatap.
"Iya, Pak, kenapa ?" tanya Siti.
"Selagi masih ada waktu, mending kamu pulang kampung sana ! pulang saja, kemasi semua barang, keburu telat," katanya menasehati.
"Telat apa ?" tanya Siti gak mudeng.
"Ada yang mengundang balak (bencana) di tempat ini, ulo topo wes murko (ular pertapa sudah murka)," ucapnya dengan mata melotot-melotot, mana nada bicaranya setengah berteriak begitu dengan suara serak.
wisss angel2 angel tenan
wahh kasihan siti klo amoe di bunuh yaaa
Siti juga bukannya cari solusi tapi malah mau nambah dosa... ya Tuhan... nggak mikirin nyak babe kayaknya...
cocoklah sama Jordan... sama-sama nggak jelas...
kasihan aja kang mas Mekel...😂😂😂
kek mana yaaaa
alah sittt kabur aja dlu napa ambil tuh emas dr raka hidup mnydrindlu jauh keluarga tau anak udh gede aja gtu dan kmu akan tau klo ank mu membatu mu meyangimu gtu nya sit