Ava Seraphina Frederick (20) memiliki segalanya kekayaan, kekuasaan, dan nama besar keluarga mafia. Namun bagi Ava, semua itu hanyalah jeruji emas yang membuatnya hampa.
Hidupnya runtuh ketika dokter memvonis usianya tinggal dua tahun. Dalam putus asa, Ava membuat keputusan nekat, ia harus punya anak sebelum mati.
Satu malam di bawah pengaruh alkohol mengubah segalanya. Ava tidur dengan Edgar, yang tanpa Ava tahu adalah suami sepupunya sendiri.
Saat mengetahui ia hamil kembar, Ava memilih pergi. Ia meninggalkan keluarganya, kehidupannya dan juga ayah dari bayinya.
Tujuh tahun berlalu, Ava hidup tenang bersama dengan kedua anaknya. Dan vonis dokter ternyata salah.
“Mama, di mana Papa?” tanya Lily.
“Papa sudah meninggal!” sahut Luca.
Ketika takdir membawanya bertemu kembali dengan Edgar dan menuntut kembali benihnya, apakah Ava akan jujur atau memilih kabur lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32
Berita mengenai hilangnya Ivy secara misterius di tengah kemacetan Distrik Milan telah sampai ke telinga ibunya, Alana.
Tanpa membuang waktu, wanita paruh baya yang masih tampak glamor dan otoriter itu langsung meluncur ke kediaman putrinya dengan napas memburu dan kecemasan yang meluap-luap.
Begitu pintu jati besar itu terbuka, Alana disambut oleh suasana rumah yang sunyi. Ia segera melangkah menuju ruang keluarga, di mana ia menemukan cucu kesayangannya, Cleo, sedang meringkuk di sofa besar dengan wajah yang sembab.
"Cleo! Sayang, apa yang terjadi?" seru Alana sambil berlari memeluk cucunya.
Cleo, yang sejak tadi memang menunggu kedatangan neneknya, langsung pecah dalam tangisan yang memilukan. Suaranya serak, tubuhnya bergetar hebat dalam pelukan Alana.
Di balik air mata yang mengalir itu, otak kecil Cleo bekerja dengan sangat cepat dan manipulatif. Ia tahu bahwa Alana adalah satu-satunya orang yang bisa ia gerakkan untuk melawan ayahnya, Edgar.
"Nenek, mama hilang! Mama tidak pulang-pulang!" isak Cleo, menyembunyikan wajahnya di dada Alana. "Tadi Mama bilang mau mencari Papa di rumah sakit, tapi Mama tidak pernah sampai. Cleo takut, Nek. Cleo takut ada orang jahat yang membawa Mama pergi!"
Alana mengelus rambut cucunya dengan tangan gemetar. "Tenang, Sayang. Nenek di sini. Mama akan baik-baik saja. Nenek akan mengerahkan semua orang untuk mencari Mama."
Alana melepaskan pelukannya sejenak, menatap mata Cleo dengan tajam.
"Lalu di mana Edgar? Kenapa dia tidak ada di rumah saat istrinya hilang? Apakah dia sudah tahu berita ini?" tanya Alana.
Cleo menggelengkan kepala dengan gerakan yang sangat dramatis, wajahnya menunjukkan kekecewaan yang dibuat-buat namun sangat meyakinkan.
"Papa tidak bisa dihubungi, Nek. Tadi Cleo mencoba menelepon Papa berkali-kali, tapi Papa malah membentakku. Papa bilang dia sibuk dengan urusan lain. Papa sama sekali tidak peduli kalau Mama hilang!"
"Apa?!" Alana terperanjat. "Dia membentakmu? Disaat seperti ini?"
Cleo mengangguk pelan, air matanya jatuh tepat waktu untuk menambah efek dramatis.
"Papa berubah, Nek. Sejak ada wanita itu dan anak-anak nakal di sekolahku, Papa jadi sangat dingin. Tadi aku dengar Papa bicara di telepon kalau dia sedang berada di rumah sakit demi anak laki-laki itu. Papa lebih memilih menjaga anak orang lain daripada mencari mama yang hilang!"
Manipulasi Cleo bekerja dengan sempurna. Ia tahu bahwa Alana sangat menjunjung tinggi martabat keluarga dan sangat membenci jika posisi putrinya,
Ivy, terancam.
Dengan menyebutkan 'wanita lain' dan 'anak-anak lain', Cleo telah menyulut api kemarahan di hati Alana.
"Edgar benar-benar sudah keterlaluan," desis Alana, rahangnya mengeras. "Bagaimana mungkin dia mengabaikan Ivy demi urusan di rumah sakit yang tidak jelas itu? Siapa anak laki-laki yang kau maksud, Cleo?"
Cleo mengusap air matanya, menatap neneknya dengan pandangan memelas yang menyayat hati.
"Dia anak dari wanita bernama seraphina, Nek. Mereka bilang mereka punya hubungan spesial dengan papa. Cleo merasa papa ingin membuang kami, Nek. Papa ingin membuang Cleo dan mama supaya bisa hidup dengan mereka. Tolong kami, Nek. Cleo hanya punya Nenek sekarang."
Kalimat terakhir Cleo adalah senjata pamungkasnya. Ia tahu Alana tidak akan pernah membiarkan cucunya merasa terbuang.
Cleo dengan sangat pintar mengambil hati Alana, memosisikan dirinya sebagai korban yang paling menderita akibat kelakuan ayahnya sendiri.
"Jangan bicara begitu, Cleo," ujar Alana dengan suara yang kini dipenuhi kemarahan yang tertuju pada Edgar. "Selama Nenek masih hidup, tidak ada yang bisa membuangmu atau ibumu. Edgar harus memberikan penjelasan. Jika dia benar-benar menyembunyikan sesuatu atau terlibat dalam hilangnya ibumu, dia akan berhadapan denganku."
Cleo kembali memeluk Alana, menyembunyikan senyum tipis yang hampir muncul di bibirnya. Ia telah berhasil mendapatkan pelindung yang paling kuat.
Di mata Alana, Cleo hanyalah anak kecil yang malang dan ketakutan, namun kenyataannya, Cleo baru saja menabuh genderang perang
antara Alana dan Edgar.
"Nek, ayo kita cari papa ke rumah sakit," bisik Cleo dengan nada manja namun provokatif. "Cleo mau papa melihat kalau nenek ada di pihakku. Cleo mau papa tahu kalau dia tidak bisa memperlakukan kita seperti ini."
Alana berdiri, menggandeng tangan Cleo dengan erat.
"Benar. Kita akan ke rumah sakit sekarang juga. Mari kita lihat apa yang sedang dilakukan suami mamamu yang hebat itu di sana, sementara istrinya sendiri entah berada di mana."
Cleo berjalan di samping neneknya dengan langkah yang kini lebih mantap. Di balik wajah sedihnya, ia sudah membayangkan kekacauan yang akan terjadi saat Alana melabrak Edgar di depan Ava.
"Rasakan kau Luca," gumam gadis kecil itu dalan hati.
bgusan mati aja Jeremy nya
udh gk ada maaf lagi dri edgar😌
klo km msh berhianat jg udh end hidupmu
lanjut kak sem gat terus💪💪💪
apa² jgn² kamu menyukai ivy...
kl iya tamat lah riwayat mu jeremy
untung edgar cocok y coba kl ava ataupun edgar tidak cocok... pastinya mereka disuruh memilik anak lagi🤔