NovelToon NovelToon
JANGAN MADU AKU GUS

JANGAN MADU AKU GUS

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Dijodohkan Orang Tua / Penyesalan Suami / Pihak Ketiga
Popularitas:1.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: HANA ADACHI

🏆🏅 Juara Harapan Baru YAAW Season 10🥳

Kalau nggak suka, skip saja! Jangan kasih bintang satu! Please! 🙏🙏

Hafsa tidak menyangka bahwa pernikahannya dengan Gus Sahil akan menjadi bencana.

Pada malam pertama, saat semua pengantin seharusnya bahagia karena bisa berdua dengan orang tercinta, Hafsa malah mendapatkan kenyataan pahit bahwa hati Sahil tidak untuknya.

Hafsa berusaha menjadi istri yang paling baik, tapi Sahil justru berniat menghadirkan wanita lain dalam bahtera rumah tangga mereka.

Bagaimana nasib pernikahan tanpa cinta mereka? Akankah Hafsa akan menyerah, atau terus berjuang untuk mendapatkan cinta dari suaminya?

Ikuti terus cerita ini untuk tahu bagaimana perjuangan Hafsa mencairkan hati beku Gus Sahil.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1. Aku Tidak Mencintaimu

"Aku mungkin bisa memenuhi kewajibanku sebagai seorang suami. Tapi untuk hatiku, aku tidak bisa memberikannya,"

Senyum Hafsa yang semenit lalu masih tersemat lebar seketika memudar, demi mendengar perkataan ketus laki-laki yang baru semalam menjadi suaminya itu.

"Maksud njenengan bagaimana Gus?"

"Singkatnya, aku punya wanita lain yang ada dihatiku Sa," suara Gus Sahil terdengar tegas. "Aku tidak bisa lagi memberikan rasa cintaku padamu,"

"Tapi, saya istri njenengan Gus," Hafsa mati-matian menahan getar tangis pada suaranya. "Bagaimana kita bisa menjalani pernikahan ini kalau tidak ada cinta?"

"Dari awal, aku menikah sama kamu itu bukan karena cinta," Gus Sahil mengacak rambut gondrongnya gusar. "Kalau bukan karena Abah dan Umik yang menjodohkan kita, aku tidak akan menikah sama kamu,"

"Lalu, kenapa njenengan tidak menolak dari awal Gus?" Hafsa menggelengkan kepala, tidak habis pikir. "Kenapa baru sekarang? Kenapa harus di malam pertama kita?"

"Kalau bisa, pasti sudah kutolak!" intonasi Gus Sahil meninggi. "Abah dan Umik tidak bertanya padaku sama sekali, tiba-tiba aku sudah diajak pergi ke rumahmu, tiba-tiba disuruh melamar! Bagaimana bisa aku menolak?!"

Napas Gus Sahil terdengar naik turun, meredam emosi.

"Pokoknya, jangan pernah mengharapkan perasaan apapun padaku. Aku mungkin bisa melakukan kewajibanku sebagai seorang suami, tapi hanya sebatas itu. Selebihnya, aku tidak bisa bertanggungjawab,"

Habis berkata begitu, bahkan tanpa repot-repot memandang wajah Hafsa yang sudah dirias begitu cantik, Gus Sahil keluar dari kamar, meninggalkan suara pintu berdebam.

Usai kepergian suaminya, Hafsa lantas jatuh terduduk. Kakinya terasa lemas. Ya Alloh, apa yang barusan terjadi? Bagaimana hal menyakitkan ini bisa terjadi tepat di malam setelah pernikahan?

Hafsa mencoba mengingat-ingat, dari mana semua ini terasa salah?

Seingatnya, pertemuan pertamanya dengan Gus Sahil terasa indah. Saat acara pengajian di pondok pesantrennya, Gus Sahil datang bersama keluarga besar. Saling mengenalkan. Ini Hafsa, ini Sahil. Gus Sahil tersenyum, dan saat itu Hafsa merasa terhipnotis dengan senyum indahnya.

Ah, apa saat itu Gus Sahil sebenarnya hanya pura-pura tersenyum? Berusaha menjaga kesopanan di depan seluruh keluarga?

Lalu, sebulan yang lalu, saat Gus Sahil datang melamarnya. Bukankah saat itu senyum Gus Sahil terlihat sumringah? Malu-malu saat ditanya apakah mau menikahi Hafsa? Ah, apa itu juga hanya perasaannya sendiri? Mungkinkah sebenarnya saat itu Gus Sahil tersenyum pahit karena harus dijodohkan dengannya?

Lalu, apa gunanya senyum malu-malu Hafsa saat itu? Apa gunanya ia menghitung hari, menghitung detik demi detik hari pernikahannya? Apa gunanya ia memilih gaun terbaik, seharian mengelilingi kota, pindah dari butik satu ke butik lain, membuat semua orang repot? apa gunanya ia bangun pukul empat dini hari tadi, terkantuk-kantuk menahan diri demi merias wajah agar cantik seharian?

Ah, Gus Sahil juga pasti tidak tahu kalau Hafsa sudah merencanakan seluruh perjalanan bulan madu mereka, berusaha menjadikannya bulan madu terbaik seumur hidup.

Tapi, sekarang apa gunanya itu semua? Lihatlah, mobil-mobil masih berjajar terparkir di luar sana. Tamu undangan yang sebagian besar para pimpinan pondok pesantren datang ke pesantrennya, memberikan kado terbaik, doa terbaik. Tenda-tenda besar masih terpasang, tanda acara belum usai. Para santri dengan giat membersihkan bekas lokasi pesta pernikahan, merasa suka cita karena putri sang pimpinan pondok akhirnya diambil mantu. Tidak peduli jika waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam.

Tapi, itu semua percuma. Hafsa, yang seharusnya menjadi wanita paling bahagia, malam ini harus menahan duka, menangis sejadi-jadinya.

***

"Loh, Gus? Kok njenengan ada disini?"

Gus Sahil buru-buru menempelkan telunjuk pada bibirnya, mengisyaratkan diam. "Jangan keras-keras ngomongnya Brur,"

Mabrur, santri sekaligus sopir pribadi di pesantren Gus Sahil seketika merapatkan bibir, menuruti titah sang gus.

"Gus ngapain kesini malem-malem? Kok nggak di kamarnya Ning Hafsa?"

"Hush, aku malam ini nggak tidur di sana,"

"Lo emang kenapa Gus?"

"Sudah, ndak usah kepo! Mana kunci mobilnya?"

"Gus mau kemana malem-malem begini?"

"Nggak kemana-mana, cuma mau tidur di mobil,"

"Eh, jangan Gus!" Mabrur buru-buru menarik kembali kunci mobil yang sudah hampir ia ulurkan. "Dingin Gus, Gus tidur di ndalem saja,"

(ndalem \= rumah kyai)

"Nggak bisa Brur," Gus Sahil mulai kesal. "Sudah, cepat kasih kunci mobilnya sini," Gus Sahil merebut kunci mobil dengan cepat. Mabrur berusaha menariknya kembali. Gus Sahil tidak menyerah, ia menarik kembali kunci itu sekuat tenaga.

"Hil?" sayangnya, adegan tarik menarik kunci itu dengan cepat berhenti. Gus Sahil menoleh, beberapa rombongan kyai tampak berjalan ke arah ndalem, mungkin habis berkeliling melihat-lihat keadaan para santri.

"Eh, iya Bah," Gus Sahil buru-buru menyalami Abah Ali, mertuanya.

"Barokallah mantuku," Abah Ali terkekeh. "Loh, kenapa kok disini? Belum ngantuk toh?"

"Eh, itu tadi mau ambil barang di mobil Bah," Gus Sahil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, mencari-cari alasan.

"Ya sudah, cepat di ambil itu barangnya, jangan biarkan istrimu sendirian di kamar,"

"Njeh Bah,"

"Mungkin masih malu Yai, namanya juga pengantin baru,"

Celetukan tersebut lantas mengundang gelak tawa semua orang, disusul celetukan godaan lainnya. Gus Sahil hanya bisa tersenyum simpul, lalu tanpa sempat mengambil kembali kunci mobil yang sudah disimpan Mabrur, kembali ke ndalem dengan dituntun sang mertua

Di depan pintu kamar, Gus Sahil merasa kikuk. Ia terdiam cukup lama. Bagaimana dirinya bisa masuk ke dalam kamar lagi setelah mengucapkan kata-kata yang cukup kasar pada istrinya? Ia menyadari perkataannya mungkin sangat menyakiti hati. Tapi ia tidak ingin membuat janji yang tidak dapat ia tepati. Ia ingin Hafsa mengetahui dengan jelas bagaimana perasaannya yang sebenarnya.

Gus Sahil mengetuk pintu perlahan, tidak ada jawaban. Mungkin Hafsa sudah tidur. Ia memberanikan diri membuka pintu. Sepi. Hanya terdengar suara dengkur halus seorang wanita.

Gus Sahil mencoba melihat sekeliling ruangan dari cahaya lampu yang remang-remang. Baiklah, sepertinya karpet di lantai masih bisa menjadi tempat tidurnya. Tubuhnya sudah terlatih tidur dimana saja selama nyantri di pondok pesantren.

Gus Sahil dengan hati-hati meraih bantal di sebelah Hafsa yang tidak terpakai, melemparkannya ke lantai, lalu berbaring di sana. Bagaimanapun, ia tidak bisa menyentuh istrinya tanpa rasa cinta. Maka tidak mungkin bagi mereka berdua untuk tidur di atas kasur yang sama.

Sebelum memejamkan mata, Gus Sahil terlebih dulu membuka ponselnya. Membaca satu persatu ucapan selamat dari semua orang. Membalas mereka dengan ucapan terimakasih. Mengirim stiker lucu, menggoda teman-temannya yang masih jomblo. Jarinya kemudian berhenti lama pada sebuah chat. Balon pesannya cukup singkat, namun terasa menusuk ke hati yang terdalam.

"Barokallah Gus, semoga njenengan bahagia selamanya,"

1
Dede Bleher
hebatnya adat jawa.
jd inget ya kita punya budaya.
jangan sampe budaya luhur warisan tergerus oleh budaya luar!
kita Muslim terapkan budaya dan doa!
jangan ikuti baby shower lah inilah itulah.
krna bayi Muslim itu sejak dlm kandungan di doakan terus!
Salsa Billa
emang boleh ya thor orang lain jadi wali ningkah, katanya selain saudara laki" dr pihak bapak gk boleh jadi wali ningkah, ini kok orng lain jadi wali thor
Rafanda Ziyyan
apa film hati suhita di angkat dari novel ini Tah? karena jalan ceritanya mirip?
Soraya
Safna sama ikhsan Roha sama Awil pas kn, klo si jahil biar gigit jari aja
Soraya
si jahil soal poligami paham bgt tentang agama nya boleh mengijinkan beristri lagi, 🤔
Soraya
kmu ganti sarungnya Sahil Hafsah biar gak disepelein biar dia mikir cuma masalah sarung rusak aja segitu marahnya Gus dajal
Soraya
kadang aku bingung sama orang yang paham akan Agama, tpi akhlak dan prilakunya kok gak sesuai
Soraya
mampir thor
Bonna Nana
luar biasa..
laelatul qomar
Luar biasa
Annie Soe..
Karya yg bagus, jadi tahu kehidupan di pesantren,
Makasih tor, teruslah berkarya..
Ita rahmawati
ufah baca juga 😁
Ita rahmawati
malah baca ustadz galak dulu aku mah 😅
Ita rahmawati
ngenes nasibmu gus ilham,,makanya nurut sm ibu blm tentu buat bahagia ,,tergantung ortunya bner apa gk 🤣
Elis Sriyani
Kecewa
Elis Sriyani
Buruk
Ita rahmawati
udah tamat 🥰🥰
Ita rahmawati
ya gk sampe subuh juga sahil sahil 🤣🤣🤣
Ita rahmawati
ini bener² asli agus tenan 🤣🤣🤣
Ita rahmawati
aku tuh suka baca yg poligamian krn bikin perasaan campur aduk,, emosi dn mengumpat pasti pas bacanya tp seneng aja 🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!