Cantiknya Marsya Tak Pernah Sirna
Marsya masih menyimpan rasa cinta yang teramat mendalam pada mendiang Rendy, kekasih satu-satunya yang pertama dan terakhir dalam hidupnya. Tak terasa lima tahun sudah setelah mendiang Rendy mengalami
0
0
HENTI
Sebagian orang sangat mencintai hujan, mendamba-dambakan tetesan air yang katanya bisa memberi kebahagiaan, mampu menyamarkan air mata, sanggup mengalahkan isak tangis dengan suara tetesannya yang sem
0
0
Di Terminal
“Aku benci terminal” Kataku lirih sambil mengaduk kopi yang telah dingin karena tak kunjung kuminum. Ntah sejak kapan bermula aku jadi benci terminal. Bagiku ada luka tiap kali aku datang ke terminal.
0
0
Rasa Dalam Diam
Suasana yang sangat sunyi. Hanya ketukan spidol yang terdengar ketika guruku menulis di white board. Aku menatap semua tulisan yang ada di hadapanku, sesekali mengernyit untuk memperjelas penglihatank
0
0
Kedengkian dan Penyesalan
“TIDAK!!” “IBU!!!!” Teriakku histeris. Aku berlari mendekatinya, tanpa peduli duri semak belukar ini melukaiku. Tanganku menyentuh wajah putih ibuku. Menggoyangkan tubuhnya yang tergeletak sembarang d
0
0
Kita Sedang Bermimpi
Kita sedang bermimpi, mengelilingi sebuah kota dengan lampu gemerlapan dan jalanan yang sepi. Hanya ada kau dan aku. Hanya ada kita. Tanpa kendaraan, kita berlarian ke sana ke mari, memasuki satu toko
0
0
HITAM
Ada kepulan asap rokok yang menutupi wajahmu. Rokok dengan merk yang itu-itu saja dari dulu sejak aku pertama kali mengenalmu. Rokok yang tidak pernah jauh dari jangkauanmu. “Kenapa kamu begitu memben
0
0
Rahasia Kepingan Hati
Mendung memang membisikkan padaku untuk tetap di sini. Mereka berucap ada hal penting yang akan kutemukan di tempat ini. Tempat yang penuh kenangan menyakitkan. Ya, tempat pertama kali kita bertemu d
0
0
Setelah Pertunangan Hujan dan Matahari
“Apa karena aku bukan seorang muslim?” “Tidak! Bukan begitu,” sanggah Rahma Hening. “Lantas apa?” ia sedikit memaksa. Mata keduanya berkaca, hampir pecah. “Aku sudah bertunangan!” Selesai. Lelaki tamp
0
0
Perempuan Etanol
“Ini etanol terbaik yang pernah ada dalam minuman. Kenapa tidak coba?” Aku menggeleng dan hanya tersenyum atas pernyataannya. “Kenapa? Agamamu melarang?” Kali ini aku mengangguk dan masih tersenyum pa
0
0
Hold My Hand
Perlahan aku menarik lepas plester yang menempel di punggung tangan kananku. Ada luka berbentuk titik berwarna merah tua tampak di atas kulitku begitu benda berwarna putih itu benar-benar terlepas. Lu
0
0
Aku, Merpati Berwangi Pandan
Hatiku gersang, saat melihat ia datang. Terlalu tandas, bahkan untuk sebuah karang. Matanya yang bundar, laksana telaga bening coklat, mengkilap, tak berani menatap. Aku tahu tujuannya datang, bersila
0
0
Sepeda Merah Alan
Aku memperhatikan bagaimana mobil pick up itu parkir di halaman rumah. Seorang pria turun dari bangku kemudi, dengan cepat dan terlihat tidak sabar dia menurunkan sepeda berwarna merah itu dari atas m
0
0
Kantung Beban
Gaun pesta ungu dengan tujuh nol di belakang sebagai hadiah ulang tahunku tidak mampu menyingkirkan gaun floral hijau yang kukenakan. Floral selalu menjadi penenang. Pernah kau merasa kedamaian dan ke
0
0
First Heartbeat
Aku menengok keluar jendela dengan was-was. Turbulensi ini merupakan yang terparah yang pernah kualami. Aku sudah menunduk untuk meraih life vest dari bawah kursi saat guncangan di pesawat mulai berku
0
0
Lilin Terakhir dalam Mimpi Einstein
Bagi lelaki itu, setiap saat adalah pagi. Lantas ke mana perginya malam ? Mungkin telah mati atau tepatnya telah pergi, bersamaan dengan hilangnya nyala lilin terakhir. Bagi Zalham, malam hanya menyis
0
0
Lelaki Senja
Hari itu senja tampak lebih memerah. Lebih kelabu dari sore biasanya. Aku duduk terpaku bersamaan dengan gugurnya dedaunan yang sesekali tertiup angin. Mendung, batinku melirik langit yang kehilangan
0
0
Si Payung Cokelat
Jeda mengabadikan ruas di pangkalan waktu. Biru udara merekah, menyelaraskan muara manik-manik hujan di tepi payung. Tidak seperti ilusi yang menjadi hening, tidak pula seperti titik yang menjadi jej
0
0
Pemuda Penunggu Senja
Dia selalu di sini. Duduk tepat di bawah rona merah dan jingga bertemu. Di atas hamparan lautan yang luas. Ia duduk bersila dengan pandangan menantang langit. Bola matanya sangat tajam, dengan bingkai
0
0
Laki-Laki Pencerita
Kupersembahkan hari ini kepada yang menunggu, Kembalinya kertas dalam abu. Seorang laki-laki tua bersandar pada sebuah bangku kayu, nampak di hadapannya berserakan lembaran kertas yang telah dipenuhi
0
0