Amat banyak kisah-kisah romantis di dunia ini yang tentunya kita tidak asing dengan kisah-kisah tersebut. Tragisnya kisah Romeo dan Juliet, kematian yang mengakhiri kisah Tristan dan Isolde, Layla Majnun yang makamnya berdampingan dengan Qays, walau mereka tak menikah. Dan masih banyak lagi kisah-kisah cinta di dunia ini. Seperti satu kisah ini. Adalah cinta Rahwana kepada Sinta di Ramayana.
Rahwana adalah putra pertama dari Wisrawa dan Dewi Sukesi yang melakukan hal terlarang saat Wisrawa mengajarkan Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu. Mereka melakukan hal yang tak diinginkan ketika membahas Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu sampai pada bab percintaan. Dan akhirnya lahirlah raksasa bermuka sepuluh, yang Bernama Rahwana.
Rahwana adalah seorang raksasa yang jahat. Ia selalu digambarkan dengan perwujudan angkara murka dan dosa-dosa manusia. Kelahiran Rahwana disambut oleh goncangan bumi. Para dewa pun berusaha mencegah kelahirannya, tapi nihil hasil. Karena ibu Rahwana adalah anak dari Sumali, yang dulu mendapat anugerah dari Brahma.
Rahwana adalah raja Alengka yang siapapun tidak bisa menandinginya, atau mengalahkannya. Karena ia bertapa selama ribuan tahun di gunung Gohkarno untuk mendapatkan kekuatannya yang dianugerahi oleh dewa Brahma. Mari masuk ke kisah cintanya.
Jauh sebelum inti kisah Ramayana, Rahwana mecintai seorang putri bernama Dewi Widowati yang merupakan jelmaan dari istri Dewa Wisnu, yaitu Dewi Sri. Rahwana telah berjanji bahwa akan memiliki jelmaan dari Dewi Sri. Ia ingin memperistri Dewi Widowati. Tapi Dewi Widowati lebih memilih membakar dirinya untuk menjaga kesuciannya dari Rahwana. Rahwana terpukul atas itu dan kemudian ia berjanji bahwa benar-benar akan setia pada janjinya untuk mencintai jelmaan dewi Sri.
Tibalah waktunya. Bertahun lamanya Rahwana berpegang pada janji setianya. Hadirlah Sinta yang merupakan jelmaan dari Dewi Widowati. Rahwana seketika luluh. Dan saat Dewi Sinta dan suaminya Ramawijaya mengasingkan diri ke hutan Dandaka. Rahwana mengirim Kala Marica untuk menjelma sebagai kijang kencana yang dikejar Ramawijaya. Dan menculik Sinta untuk memuliakannya di taman Argasoka, taman yang lebih indah dari surga.
Selama bertahun tahun Sinta ditawan di tempat yang indah. Rahwana sengaja membuat taman Argasoka untuk memuliakan Sinta. Setiap hari Rahwana datang dengan kalimat “apakah kau mencintaiku?” Dan setiap hari pula Sinta menggelengkan kepalanya pertanda ia tidak mencintai Rahwana. Rahwana tak memaksa, ia hanya akan menyentuh Sinta jika Sinta sudah mencintainya. Selama dua belas tahun lamanya, Sinta berada di taman Argasoka. Dan dua belas tahun itu pula, Sinta melihat kesetiaan janji yang dipegang oleh Rahwana untuk memuliakan titisan dewi Windowati.
Tiba pada saatnya ketika Ramawijaya datang dengan bala wanaranya untuk menyelamatkan Sinta. Rahwana tahu bahwa ia tidak bisa mengalahkan titisan dewa Wisnu. Dia sudah tahu bahwa ia akan mati di tangan Ramawijaya. Tapi ia tak gentar, ia tetap ingin berperang dengan Ramawijaya. Sinta meminta agar Rahwana tidak melawan suaminya. Dan untuk pertama kalinya, Sinta menyentuh pundak Rahwana dan meminta agar Rahwana meminta maaf kepada Ramawijaya. Tetapi Rahwana menjawab “Baiklah kalau itu maumu, Sinta. Aku akan meminta maaf. Tetapi caraku ksatria. Yaitu dengan berperang!”
Perang pun terjadi. Pertempuran antara Rahwana yang memperjuangkan janji setianya dan Ramawijaya yang akan membawa kembali istrinya. Bala wanara menghancurkan taman Argasoka. Hingga tak berbentuk. Dan pada akhirnya, tumbanglah sang pemimpin negeri Alengka oleh panah yang menusuk dadanya. Alengka seketika berduka. Alengka seketika menjadi gelap. Alengka seketika menangis.
Cerita Ramayana tak berakhir pada kematian Rahwana. Sinta yang telah dibebaskan dari Alengka membakar dirinya untuk menunjukkan kesetiaannya kepada Rama. Tetapi Rama tak lagi mempercayainya. Dan akhirnya Sinta pun dibuang di dalam kegelapan hutan Dandaka dengan keadaan mengandung.
Di dalam kegelapan hutan Dandaka, Sinta berbisik kepada janinnya “Lawa, Kusya. Kelak jadilah ksatria yang memiliki mata setajam rajawali. Setajam pandangan Prabu Rahwana yang memilih kesetiaan janji dibanding mempersoalkan dirinya sendiri sebagai raksasa”
Tak ada akhir bahagia. Sinta yang ditelan bumi demi meyakinkan kesetiaan dan kesuciannya kepada Rama berujung penyesalan Rama atas kedangkalan pikirannya. Seorang Prabu titisan dewa Wisnu telah membunuh permaisurinya sendiri dengan kedangkalan pikirannya.
Sementara Rahwana, lambang angkara murka dan dosa-dosa seluruh manusia telah tumbang untuk menjaga kesetiaan janjinya. Begitupun kisah cintanya. Hingga ia pernah berucap
“Tuhan, jika aku tidak ditakdirkan untuk Sinta, kenapa kau bangun megah rasa ini didalam sukmaku”
Cerpen Karangan: Rohmat Ihwanul Muhlishin Blog / Facebook: Rohmat Ihwanul Muhlishin