4# Poison vs Medicine (Prolog)

~ Intuisi Senja ~

Kepalanya masih terlampau cenat-cenut, mata bengkaknya sakit sekali. Ia melirik jam di ponsel, tak disangka sudah hampir 5 jam ia menangisi Rion, yang bisa jadi sekarang justru sedang berbahagia di atas penderitaannya.

Bo doh, to lol, do ngo. Ia jeritkan dalam hatinya. Kenapa ia sampai tak tau jika Rion memang sebreng sek itu. Alasan klasik yang Rion katakan demi menutupi aksi busuknya yang berselingkuh di belakang adalah, kita udah ngga cocok lagi, kamu terlalu cerewet, kamu terlalu kekanakan, kamu memang cocok buat dijadiin pacar--diajak jalan, tapi aku cari cewek buat diseriusin dan kamu ngga cocok untuk itu.

Ia kembali sesenggukan menatap luka bakar di tangan dan lehernya, "huwakkk bad jingan. Udah capek-capek sampe kecipratan minyak, juga!"

Dan disaat hatinya sedang remuk bak rengginang bubuk begini, kelompoknya lebih memperparah kondisinya dengan saling bertengkar. Keadaan tak bisa lebih hancur lagi saat Jovi turut menyalahkannya yang baru saja datang bergabung. Ia yang tak paham dengan apa yang terjadi, ia yang tak tau duduk permasalahan awalnya, tiba-tiba turut disemprot pula dengan masalah lama yang sudah berkali-kali ia meminta maaf bahkan pada setiap orang disini, tak adakah manusia yang bisa menghargai usahanya disini?

Kenapa?! Kenapa semua orang jahat! Nyatanya benar kata mami, jika dunia terlalu kejam untuknya.

Ingin pulang saja rasanya!

Sesorean ia berpikir, termasuk deep talk-nya bersama Mei, Vio, Nalula dan Senja, menghasilkan pemikiran yang lebih positif. Terutama, setelah dirinya lebih membuka mata dengan keadaan orang lain, entah itu anak-anak di Widya Mukti, yang tak seberuntung dirinya. Atau masalah Mei yang lebih mengenaskan ketimbang dirinya...seharusnya ia lebih bersyukur untuk itu.

Disaat ia sedang berusaha memperbaiki mood, mencoba bertahan sampai masa kkn habis dan membuktikan jika ia bisa menjadi pribadi lebih baik dari sebelumnya, perhatian kecil dan kata-kata yang seolah memberinya perhatian serta penyemangat datang menghampirinya dari Maru.

Diantara semua anggota kkn 21 disini, terkhusus anggota lelaki, menurutnya Maru lah yang tidak pernah bermasalah atau membuat masalah dengan siapapun. Jangankan masalah, bicara saja jarang. Tapi malam ini, ia seolah melihat sisi lain dari Maru, seorang yang gently, peduli, sorot mata teduh, dan melindungi.

Terlebih saat perhatian kecil itu, yang semula hanya berupa kata-kata penyemangat, kepedulian, meningkat jadi service act yang membuatnya terkesiap merasa di awang-awang, memberinya hal-hal sederhana yang baginya cukup istimewa. Entah itu boneka, coklat, traktiran jajanan saat voli, dan hal-hal manis lain seperti ia yang bersedia jadi pelampiasan rasa sakit Senja, termasuk mendekap dirinya saat Arlan membenarkan posisi engkel kaki yang sempat dislokasi. Maru bertindak sebagai pelindung, pemberi rasa nyaman seperti, kakak atau----

Kekosongan hati yang diisi kenyamanan tingkat dewa itu membuat Senja turut hanyut dalam pusaran permasalahan baru yang ia ciptakan sendiri, membiarkan perasaannya mengalir begitu saja untuk Maru, sekalipun ia tau....jika ujung dari aliran perasaan itu tak memiliki muara, akan terus mengalir hingga terbuang.

***

Saat ini, Senja hanya ingin menularkan positif vibes yang ia punya pada semua penghuni posko termasuk Maru, itu saja.

Anggaplah mereka satu nasib saat ini, ia sakit akibat Rion, dan Maru sakit sebab Aleena.

Rasa sakit penghianatan Rion itu masih cukup terasa dan menimbulkan lubang yang dalam, dan sepertinya Maru pun begitu kesulitan untuk move on dari cinta sebelumnya, itu terbukti dari masih tersimpannya foto-foto kebersamaannya dan Aleena. Senja cukup angkat jempol, cowok pendiam dan dingin seperti Maru bukan hanya akan sulit jatuh cinta, namun sekalinya jatuh cinta akan sulit melupakan. Tak seperti Rion yang mudah mengumbar rasa sayangnya.

Say hay to Jojo..... Let me hug? Aku hangat loh! Hiburnya pada Maru, berharap jika Maru akan se-childish itu saat ini demi dirinya sendiri. Siapa tau pelukan bisa membuatnya lebih baik, meski hanya pelukan sebuah boneka.

.

.

Senja iseng-iseng saja melihat-lihat set pakaian boneka, yang nyatanya mampu mengalihkan rasa bosan, jengah dan lelahnya di posko akibat proyek kerja. Ia menyukai sesuatu yang indah, lucu dan menggemaskan. Sebab itu, saat ini ia lebih memilih membuka aplikasi belanja online untuk melihat hal yang lucu dan menggemaskan selain dari hal itu merupakan healingnya perempuan, setidaknya ia tidak merugikan orang lain.

"Lucu banget, kita beli ya Jo...buat Jojo mami pilihin set pajamas?! Apa Jojo mau rok tutu aja? Ungu ya, biar samaan kaya mami..." kikiknya bermonolog pada boneka beruang di dekapannya sambil men-scroll layar ponsel dimana jenis-jenis pakaian boneka ditampilkan begitu menggemaskan, namun ia cukup terkesiap saat suara berat turut bergabung tanpa permisi.

"Sailor bagus. Jojo cowok...ngga mungkin dikasih rok tutu balet."

Senja menoleh mendongak, dimana lelaki itu duduk di sampingnya membuat Senja mengernyit, "gue mau beliin Jojo baju juga."

***

Sore ini hujan, malam pun semakin membekukan suhu udara. Sehelai kupluk rajut berwarna biru navy diulurkan sebelah tangan kekar di hadapannya, "pake, dingin."

"Punya siapa?" tanya Senja.

"Buat kamu." bahkan Maru sudah memasangkan itu di kepala Senja tanpa repot-repot permisi dan minta ijin, anehnya gadis itu menerima saja diperlakukan sebegitunya oleh Maru.

"Oke. Jadi mirip Jojo..." ucap Maru menatap Senja tak berlebihan, mungkin Maru begitu, tapi Senja? Ia merasa hatinya sedang tak baik-baik saja saat ini, "thanks."

Dan untuk membalas itu, Senja membeli sarung tangan ungu untuk Maru, "buat lo, dipake..."

"Kenapa harus ungu?" tanya Maru.

"Warna favorit gue." Jawabnya tak peduli Maru suka atau tidak, toh saat memberi kupluk pun, lelaki itu tak permisi dulu padanya.

Senja masih menyisakan senyum gemas sekaligus usilnya saat meninggalkan Maru sepaket kernyitan di dahinya, namun tak lama senyum itu pudar oleh pengacau yang belakangan ini selalu membuatnya risih, namun mampu membuat Senja melepaskan beban hati, beban di pundak meski seringnya bikin emosi jiwa.

"Wah belum minum obat, jam segini udah ketawa-ketiwi sendiri." Ia bahkan tak segan mengusapkan telapak tangannya bekas mengusap keringat di hidung dan wajah Senja.

"Aaaaa Arlannnnn! Jorok banget ihhh, ngga suka!" rengeknya menjerit. Arlan sudah berlari demi menghindari Senja, "Jingga!!! Coba lo abisin Arlan deh, Ga...jijik bangettt manusia satu ini!" adunya pada Jingga kesal.

Saking kesalnya ia sampai ingin menangis. Dan saat ia berhasil menangkap Arlan, ia benar-benar melampiaskan amarahnya bersama omelan sampai seluruh rasa kesal, beban berat ikut keluar pula meringankan setiap langkah, meski ujungnya Arlan mengibarkan bendera putih.

"Nja, udah Nja...oke gue nyerah. Ampun, udah puas lo menang..."

"Cowok tuh emang nyebelin banget. Gue kesel pokoknya." jambak Senja yang kemudian menunduk melepaskan nafas ngos-ngosannya sepaket mata berkaca-kacanya menatap Arlan, hingga Arlan harus menyeka itu, "sorry...sorry...ngga ada maksud, kalo emang kesel, keluarin semua biar plong."

Hari itu, ia dihadapkan pada kondisi hanya berdua bersama Maru di dapur, entahlah cukup canggung rasanya kali ini setelah semua yang telah mereka lewati, tentang ia yang beberapa kali digendong Maru, perhatian-perhatian kecil, service act, dan percakapannya bersama Maru tentang segala hal, atau---wajah meronanya yang saling bertatapan dengan Maru dimana lelaki itu begitu sigap menolong dan menggendongnya ketika ia terpeleset. Tapi sebisa mungkin Senja berusaha bersikap normal.

Alih-alih bersikap biasa saja, Senja justru semakin menunjukan kegugupan dan salah tingkahnya di depan Maru, entah itu menjatuhkan barang di depannya tanpa sengaja, atau justru berulang kali lupa dan melakukan kesalahan sehingga Maru sadar akan tingkahnya dan memperhatikan Senja.

Maru mengambil alih barang yang jatuh berulang kali dan menaruhnya di tempat tanpa resiko terjatuh lagi.

"Thanks."

"Kenapa, Nja?"

"Ngga tau, itu dari tadi jatoh terus ngga sengaja kesenggol." garuknya di kepala tak paham dengan dirinya sendiri.

Dan hal yang membuat Senja bungkam adalah ketika sarung tangan pemberiannya dipakai Maru saat akan pulang dari kegiatan kkn, hal itu membuatnya seolah merasa, *dihargai*.

.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Salim S

Salim S

senja sama maru tuh ibarat saling melengkapi yg satu manja full ekspresi yg satu kalem datar kaya papan bangunan...kalau sama arlan cocoknya sebatas sahabat yg menyenangkan...jadi ceritanya cinta segi tiga antara maru senja dan arlan tapi senja sama maru sama-sama punya rasa.....

2025-08-06

3

Teti Hayati

Teti Hayati

Di lapak Mei - Jingga aja kalo ada part Maru yg care sama Nja, aku sendiri dibuat mesam mesem..
Apalagi ini di lapaknya dia, wahai hati apa kabar nanti... bisa-bisa ikutan baper kayak Senja..
Aku harap tetep waras yaa..😂😂

2025-08-06

2

stnk

stnk

aku kok kayak yg lebih sreg kalo senja sama Arlan ya ... walaupun Mo nyed yg satu itu kayak gitu...🤣🤣🤣

2025-08-06

1

lihat semua
Episodes
1 1# Dislokasi Hati (Prolog)
2 2# Pengamat ulung (Prolog)
3 3# Mencintai dalam diam (Prolog)
4 4# Poison vs Medicine (Prolog)
5 5# Berebut hak asuh
6 6# --Senja-- bersamamu
7 7# Atlit Gulat
8 8# Perjanjian konyol
9 9# Groomsmen & Bridesmaid
10 10# Vio--Shaka's Wedding
11 11# Meraba Rasa
12 12# After---long time ago
13 13# Kebiasaan yang tak pernah berubah
14 14# Kisah yang belum benar-benar tenggelam
15 15# Dia kembali
16 16# Aku, kamu dan dia
17 17# Resiko pekerjaan
18 18# Meidina Day part 1
19 19# Meidina day part 2
20 20# Jingga Day
21 21# Mengejar sarapan
22 22# Pengagum rahasia
23 23# Pendapatan
24 24# Social battery
25 25# Tidak semulus yang diharapkan
26 26# Talk with Jojo
27 27# Terjun bebas
28 28# Negosiasi
29 29# Maru
30 30# First 'Mowning'
31 31# Klarifikasi
32 32# Bermain warna
33 33# Jika bukan Maru orangnya
34 34# Anakku bukan anakku
35 35# Sesuatu yang tak biasa ditempatnya
36 36# Pelukan sehangat senja
37 37# Rutinitas pagi
38 38# Backstreet
39 39# Tanggung jawab?
40 40# Hallo Senja
41 41# Mengakui
42 42# Labil
43 43# 5 juta dan ginjal
44 44# Khawatir
45 45# Gelisah
46 46# Lucunya dia
47 47# Tante Jeni dan Nuel
48 48# Makan siang mendebarkan
49 49# Dunia tak selebar daun kelor
50 50# Drakor
51 51# Dinner
52 52# About Yaya
53 53# Siapa dia?
54 54# Bom Waktu
55 55# Tawaran papa
56 56# Memilih jalan hidup sendiri
57 57# Butterfly effect
58 58# Kamanuel Linggar
59 59# Momong bocah
60 60# Sidang lanjutan
61 61# Sedang tak baik-baik saja
62 62# Menunggu pulang
63 63# Ruang dan waktu untuk berpikir
64 64# Dekat namun terasa jauh
65 65# Pesona makan siang
66 66# Bad jealous
67 67# Menepilah jika kau lelah
68 68# Breakheart
69 69# Jejaknya
70 70# Langit Tanpa Senja (Senja)
71 71# Bertahan dan jatuh karenamu
72 72# Laporan
73 73# Tersadar
74 74# Talking to the star
75 75# Melepas kerinduan
76 76# Bapak-bapak pokcecif
77 77# oo ya o ya o ya Bongkar
78 78# Ngga boleh!
79 79# Pamer cium
80 80# Kamu begitu aku begini
81 81# Hidup itu lucu, ya?!
82 82# Ina inu
83 83# Galau
84 84# Foto PAP
85 85# Go for it, for me
86 86# Do'a yang dilangitkan
87 87# Senja><Jingga
88 88# Widya Mukti dalam genggaman
89 89# Kembali ke masa itu
90 90# Rumah kedua
91 91# Semanis aku
92 92# Coop Start up 21
93 93# Rewelnya Senja
94 94# Pura-pura tidur
Episodes

Updated 94 Episodes

1
1# Dislokasi Hati (Prolog)
2
2# Pengamat ulung (Prolog)
3
3# Mencintai dalam diam (Prolog)
4
4# Poison vs Medicine (Prolog)
5
5# Berebut hak asuh
6
6# --Senja-- bersamamu
7
7# Atlit Gulat
8
8# Perjanjian konyol
9
9# Groomsmen & Bridesmaid
10
10# Vio--Shaka's Wedding
11
11# Meraba Rasa
12
12# After---long time ago
13
13# Kebiasaan yang tak pernah berubah
14
14# Kisah yang belum benar-benar tenggelam
15
15# Dia kembali
16
16# Aku, kamu dan dia
17
17# Resiko pekerjaan
18
18# Meidina Day part 1
19
19# Meidina day part 2
20
20# Jingga Day
21
21# Mengejar sarapan
22
22# Pengagum rahasia
23
23# Pendapatan
24
24# Social battery
25
25# Tidak semulus yang diharapkan
26
26# Talk with Jojo
27
27# Terjun bebas
28
28# Negosiasi
29
29# Maru
30
30# First 'Mowning'
31
31# Klarifikasi
32
32# Bermain warna
33
33# Jika bukan Maru orangnya
34
34# Anakku bukan anakku
35
35# Sesuatu yang tak biasa ditempatnya
36
36# Pelukan sehangat senja
37
37# Rutinitas pagi
38
38# Backstreet
39
39# Tanggung jawab?
40
40# Hallo Senja
41
41# Mengakui
42
42# Labil
43
43# 5 juta dan ginjal
44
44# Khawatir
45
45# Gelisah
46
46# Lucunya dia
47
47# Tante Jeni dan Nuel
48
48# Makan siang mendebarkan
49
49# Dunia tak selebar daun kelor
50
50# Drakor
51
51# Dinner
52
52# About Yaya
53
53# Siapa dia?
54
54# Bom Waktu
55
55# Tawaran papa
56
56# Memilih jalan hidup sendiri
57
57# Butterfly effect
58
58# Kamanuel Linggar
59
59# Momong bocah
60
60# Sidang lanjutan
61
61# Sedang tak baik-baik saja
62
62# Menunggu pulang
63
63# Ruang dan waktu untuk berpikir
64
64# Dekat namun terasa jauh
65
65# Pesona makan siang
66
66# Bad jealous
67
67# Menepilah jika kau lelah
68
68# Breakheart
69
69# Jejaknya
70
70# Langit Tanpa Senja (Senja)
71
71# Bertahan dan jatuh karenamu
72
72# Laporan
73
73# Tersadar
74
74# Talking to the star
75
75# Melepas kerinduan
76
76# Bapak-bapak pokcecif
77
77# oo ya o ya o ya Bongkar
78
78# Ngga boleh!
79
79# Pamer cium
80
80# Kamu begitu aku begini
81
81# Hidup itu lucu, ya?!
82
82# Ina inu
83
83# Galau
84
84# Foto PAP
85
85# Go for it, for me
86
86# Do'a yang dilangitkan
87
87# Senja><Jingga
88
88# Widya Mukti dalam genggaman
89
89# Kembali ke masa itu
90
90# Rumah kedua
91
91# Semanis aku
92
92# Coop Start up 21
93
93# Rewelnya Senja
94
94# Pura-pura tidur

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!