~ Arlan Story~
Sejak ia melihat Senja pertama kalinya ia sudah tau siapa gadis manja itu. Setidaknya peran aktifnya di kampus membuatnya hafal beberapa nama mahasiswa/i terlebih anak-anak fakultas ekonomi bisnis yang memang selalu jadi sasaran kegombalan dan keusilan anak-anak fakultas teknik dimana peredaran mereka begitu berdekatan.
Dan diantara berpuluh-puluh mahasiswa ekonomi-bisnis, tentu gadis ini banyak diperbincangkan anak teknik, salahnya sendiri yang cantik, manis, dan manja. Namun sayangnya, Senja galak.
Alih-alih kapok, ia justru terlalu asik dan nyaman dengan manjanya Senja, prengat-prengutnya itu membuatnya candu.
Dan kelebihan Senja adalah, ia yang tak gampang sakit hati meski berkali-kali ia usili. Gadis itu juga wangi serta pandai menjaga diri meskipun centil dan selalu merepotkan. Satu yang membuat hatinya semakin runtuh, adalah fakta Senja dengan sejuta bakat dan hati malaikatnya.
"Gue ada biskuit sama yogurt, buat lo cemil...mau ngga? Gue kalo lagi sakit gini, makan nasi suka mual pengen muntah, seenggaknya ada makanan masuk. Atau mau nyemil batu, semen aja? Biar lo lebih kuat?" dan ocehannya itu berhasil membuatnya tertawa diantara rasa pahit teh buatan Syua yang membuatnya muntah seusus-usus.
Apalagi sebelumnya, ketika ia melihat Senja yang meracuni satu posko dengan empedu ikan, dan tau kenyataan jika Senja sudah berusaha teramat, ia sampai harus terciprati minyak panas sendirian demi membantu menyiapkan sarapan, Arlan hanya bisa melolong dalam hati sungguh merasa bersalah.
Melihat Senja yang terluka ketika voli, jiwa heroiknya mengatakan jika Senja adalah gadis yang perlu ia lindungi. Berangkat dari rasa kasihan, rasa bersalah dan ketertarikan paras rupawan serta kekaguman pribadinya, Arlan jatuh cinta.
Rintihan dan tangisan Senja sepaket wajah merah berpeluhnya ikut membuatnya terbakar rasa khawatir melihat Senja.
"Kaki gue Lan, sakit banget..." Adunya menangis membuat seketika hatinya meleleh.
Poin plus Senja seperti sedang tercetak di papan skor setiap harinya. Tidak seperti Mei, Vio, Nalula serta Syua yang kelebihannya dapat diberi tepukan tangan di saat itu juga. Sikap positif Senja justru dapat meremukan jantung sedikit demi sedikit, membungkam mulut-mulut julid termasuk mulutnya di kemudian hari. Definisi kebaikan yang tak harus diumbar, tapi ia akan unjuk diri pada waktunya.
Ia yang begitu disayangi bah Wawan, karena nyatanya Alby mengatakan jika Senja sering membantu memapah pria tua itu dengan tulus dan membuat humor receh untuk seorang bapak yang pernah kehilangan anak bungsu perempuannya. Bah Wawan yang orang baru saja bisa langsung sayang....
Ia bahkan dengan rela jatuh berkali-kali di lumpur demi mengambil buah pisang yang akan dipanen, menghapus habis nail art mahalnya. Dan sikap pamungkasnya adalah, diam-diam melukis taman baca, dimana sosoknya yang disebut-sebut bak bidadari oleh anak-anak teknik bukan isapan jempol belaka, Senja memang extraordinary.
Pengakuan Nalula jika Senja sangat digandrungi oleh anak-anak tk di Widya Mukti karena kemampuan melukis dan paras manis bak putri permennya itu semakin membuat dirinya kagum saja.
Ia menyukai Senja, namun sikap menutup-nutupinya itu tak berlaku untuk Maru, Jingga dan Jovi. Karena nyatanya ketiga kam pret ini mencium gelagatnya.
Malam itu, kesialan menghampiri...ia sudah menduga jika diantara ketiga manusia ini sudah pasti akan memintanya buka-bukaan. Maka Arlan melakukan apa yang mereka minta, ia bukan tipe laki-laki cemen seperti Maru.
Dan dapat ia tebak kejadian selanjutnya, Senja mengamuk.
Namun diantara semua kejadian yang membuatnya semakin mengenal Senja, satu yang ia tau...kalau gadis itu, menyukai Nagara Kertamaru, sepertinya perhatian-perhatian kecil Maru untuknya yang baru putus cinta. Yang mungkin bagi Maru, ia hanya menganggapnya seperti adik atau teman, disalah artikan Senja.
Malam sebelumnya, ketika Senja sudah masuk ke dalam kamar, ia kembali keluar dan menanyakan keberadaan wakil koordinator desa itu, dimana pemuda datar dan tak banyak bicara itu memilih tenggelam dalam lingkaran toxic, friendzone-nya, cih! Seperti bukan lelaki saja, gadis masih berserakan di muka bumi, Ru!
Senja mengayunkan langkahnya ke depan, dimana Maru berada. Dan tak ada yang cukup ngeuh dengan gelagat Arlan yang mendadak bangkit, kemudian duduk mendekati pintu depan, Jovi dan yang lain memang bo doh, hahaha!
Mereka berbincang dan berdiskusi tentang keberadaan bintang-bintang yang entah apa katanya.
Lain hal Maru yang berbicara secara hal rasional, sementara Senja justru mengatakannya sesuai hati. Itulah mungkin salah satu perbedaan lelaki dan perempuan, terlebih itu Senja. Senja juga terdengar seperti sedang memberikan penghiburan untuk lelaki yang bebal dinginnya itu. Jingga juga datar, tapi tak sekaku dan sebeku itu.
Hingga akhirnya,
Brak!
Daun pintu menghantam punggung Arlan sekerasnya, "aww!"
"Eh sorry! Lo juga, ngapain duduk disitu sih?!" Senja sewot namun tertawa tergelak. Tidak pagi, tidak siang, tidak malam dirinya dan Senja sudah pasti akan terlibat interaksi begini.
"Ya lo kenapa ngga permisi dulu, bilang punten kek, assalamu'alaikum kek! Permisi..." Arlan tak kalah sewot, dan Senja masih tergelak melihatnya mengusap-usap tulang punggung.
"Rasain! Kata Vio kalo duduk di gawang pintu pamali, nah kan kualat!" hardiknya mengutuk.
"Ribut terusss sih udah malem oy!" omel Alby.
Dari celah daun pintu ia melihat senyum tipis Maru yang kemudian kembali duduk di bangku teras, meski tak lama ia ikut masuk.
Sikap Senja yang paling kontras adalah ketika sepulang mereka voli, ketika pandangannya hanya tertuju pada Maru, Arlan bisa melihat itu, bahkan ia tak segan mengatakan tak sukanya pada salah satu gadis di desa itu yang terlalu menempel dengan Maru dan mengatakan berkali-kali jika Maru tampan di matanya, keren.
Belum lagi curi-curi dengarnya, Senja adalah tipe gadis yang murah sekali mengumbar pujiannya. Namun tak segan pula memuntahkan hinaannya.
"Suer sih, Maru gantengnya keterlaluan tau..."
"Lah, gue rela di posesifin kalo punya cowok kaya Lin Yi..."
"Ya ampun, keren banget ih elo...kalo diliat dari sedotan, Lan."
"Lo kaya bapak-bapak tps."
Arlan menyambangi dapur ketika semua sedang sibuk-sibuknya di depan untuk mencomot makanan kiriman bu Sri, bersamaan dengan Maru yang masuk ke dapur untuk mengambil minum.
"Dah beres?" tanya Maru digelengi Arlan, kebetulan sekali...ia bukan tipe manusia yang suka memendam isi hati. Suka atau tidak, maka Arlan akan langsung mengutarakannya.
"Ru, bisa ngomong sebentar di belakang?" pintanya, Maru pasti paham dengan raut wajah Arlan yang sama sekali tak menunjukan canda.
"Apa?" **always**! Papan penggilesan, kanebo kering.
Arlan keluar dari pintu belakang, dimana jemuran anak-anak posko masih mengucurkan tetesan airnya, ayam-ayam tetangga dan beberapa rumah sekitar menjadi pemandangan yang dilatari langit Widya Mukti menuju cerah.
"Gue cuma mau kasih paham sedikit sama lo, Ru..kalo lo ngga peka. Senja tuh anggap lain semua perhatian kecil lo, tolong lah sebagai temen---"
Maru mendengus tersenyum sambil membuang muka seperti mengejek.
"Denger dulu, Ru..." decak Arlan meminta Maru serius, "gue serius kali ini."
"Kalo lo ngga punya perasaan apapun, jangan gitu. Kasian tuh anak, baru diputusin cowoknya," Arlan menggeleng meralat, "diselingkuhin."
"Kalo sekarang dia berharap lebih karena nyaman sama lo. Lo mesti kasih dia paham, kalo lo bersikap begini karena kita satu kelompok satu rasa, kaya sodara. Lo ngga kasian apa?"
"Kalo gitu kenapa ngga lo tembak aja, jadiin Senja pacar lo?" tanya Maru justru membuat urat-urat di rahang Arlan muncul.
*Ngga gitu konsepnya, setan*! Umpatnya dalam hati.
"Kentara banget lo sayang sama dia. Dan gue yakin...dengan lo, dia bakalan seneng, terlindungi, nyaman."
"Lo ngga ngerti kah mo nyet? Lo ngga bisa liat, kalo dia tuh sukanya sama lo?" tak membentak namun sorot mata serius Arlan itu setengah mencibir dan menggebrak dinding kepekaan Maru.
Maru mele nguh, "Lan, Senja bukan abg labil, dia cukup tau dan menganggap kalau gue---" Maru sempat terdiam demi memilih kata yang tepat.
"Kalo gue cowok gamon, romantic hopeless. Jadi dia ngga akan terlalu gegabah buat mengharapkan gue."
"Tapi sikap lo itu, Ru...keliatan banget kaya cowok yang mau buka hati dan memulai kembali membuka lembaran baru dengan cewek baru, terutama Senja."
"Sekarang gue tanya, lo yang belain dia mati-matian, selalu ada, selalu usil karena pengen bareng terus, selalu pengen ada dipikiran Senja...apa yang lo lakuin sekarang? Jalan di tempat?" cecar Maru. Wajar! Maru calon advokat, ia pintar bicara.
Arlan menggeleng, "gue ngga bisa. Gue terlalu takut untuk nyakitin perasaan dia dengan semua sifat gue ini," Arlan seperti sedang menyelami dan mengamati dirinya sendiri.
"Gue takut bikin dia kecewa kalau gue tidak sesuai ekspektasi. Gue begini...dan akan selalu begini. Gue terlalu beda prinsip dengan Senja. Gue bukan orang yang suka diatur, ngga bisa menyesuaikan, ngga bisa beradaptasi, dan gue males untuk melakukan itu. Menjalin hubungan akan membuat gue maupun cewek gue nantinya jadi pribadi berbeda. Untuk saat ini, gue belum mau memulai komitmen itu dengan siapapun itu."
"Dan yang paling keliatan, lo buta?Ngga liat kemaren...Senja menganggap gue pengacau buatnya. Lebih baik seperti ini."
Maru mengangguk paham, "oke. Nanti gue kasih paham." Pria itu memang begitu, tak segan untuk langsung pergi meninggalkan Arlan sendiri di belakang.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
ieda1195
Arlan baik banget dehh, disaat dia menyukai senja, tpi dgn hati legowo dia bilang bgitu ke maru
2025-08-06
7
Attaya Zahro
Bang Maru..kamu mau kasih paham ke Senja tapi sebenarnya kamu sendiri yang belum paham tentang rasa hatimu sendiri.Kamu suka ma dia tapi kamu masih ragu akan hal itu.Dan kamu akan menyadarinya ntar setelah kamu berjauhan ma Senja ato bahkan ketikung ma orang lain lagi.Selami perasaanmu dan yakinkan hatimu,jangan sampe kamu kehilangan orang yang kamu sayang lagi
2025-08-06
0
mama_im
yups, sebenarnya disini yg paling bikin penasaran itu perasaannya maru. entah dia suka sebagai cowok apa cuma temen biasa aja ke senja. jangan sampai malah dua duanya gak jadi sama senja.
2025-08-06
1