Mendadak Jadi Ibu Susu
"Kejar terus wanita itu!" teriak pria berbaju hitam.
Wanita yang tengah menggendong bayi terus berlari. Meski napasnya tersengal ia tak mau tertangkap sama sekali. Kakinya terus mengayun langkah lebar demi menghindar dari dua pria yang tengah mengincarnya.
Ia tak akan menyerah. Semua demi masa depan bayi yang harus ia perjuangkan. Melihat area pemakaman. Wanita itu masuk begitu saja. Padahal hari hampir gelap. Ia tak peduli, ketakutan akan tertangkap pria-pria jahat itu lebih menyeramkan baginya ketimbang menghadapi gelap di pemakaman.
"Ayo Louisa, kamu harus bisa menyelamatkan anakmu. Sebentar lagi, pasti Juan akan datang menjemputmu," batin wanita itu menyemangati diri.
Langkahnya terus bergerak maju, sesekali menoleh untuk melihat jarak antara dirinya dan dua pria bengis yang mengejarnya sudah cukup jauh.
"Argh ...." Langkah Louisa terhenti. Ia jatuh tersungkur karena tersandung.
Untung saja bayi dalam gendongannya masih tertidur lelap. Hanya sedikit berjingkat karena kaget, tapi Louisa segera menenangkan dengan menepuk-nepuk pantat bayinya.
Louisa menarik napas dalam. Mencoba mengurangi lelah yang terasa. Ia menoleh ke belakang, memastikan jika dua pria yang mengejarnya belum terlihat.
Louisa meraih ponsel di dalam mantelnya. Sayang sekali ponsel miliknya telah mati. Harapan untuk dijemput oleh sang suami sirna sudah.
Ia mulai pesimis dengan langkahnya. Bagaimana jika ia tertangkap. Bagaimana dengan nasib bayinya nanti. Sejujurnya kalau ia yang harus mati itu tak mengapa asal bayinya bisa selamat, tapi siapa yang akan menyelamatkan bayinya?
Air matanya pun jatuh tanpa suara. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Mencari tempat aman untuk sembunyi. Nihil. Tak ada tempat sembunyi di pemakaman ini. Sampai tatapannya jatuh pada seseorang yang tengah duduk bersimpuh di depan sebuah makam. Otaknya bekerja cepat demi jalan keluar. Rencana pun tersusun kilat.
Ia tatap baik-baik wajah bayi yang seminggu ini ia lahirkan. Bayi laki-laki tampan serupa suaminya.
"Dia mirip sekali denganmu, Juan," ujar Louisa lirih. Air mata sempat akan kembali menetes. Namun ia halau begitu saja dengan jarinya. Saat ini ia harus kuat.
Ia selipkan ponsel mati miliknya ke dalam selimut pertama yang membalut tubuh sang anak. Waktu memutuskan untuk membawa kabur bayinya dari rumah sakit tadi, Louisa melapisi sang bayi dengan dua selimut tebal. Ia juga melepaskan cincin pernikahannya dan memasukkannya ke dalam selimut bersama dengan ponsel tersebut.
Ia kecup pipi bayi tampan itu dengan penuh haru. "Maafkan Ibu, Nak. Ibu yakin ayahmu akan menemukanmu."
Louisa segera mengakhiri keharuan itu. menghapus lagi air mata yang sempat luruh saat ia mengecup bayinya untuk terakhir kali. Sebab setelah ini, Louisa akan berkorban untuk keselamatan sang bayi.
Tanpa ragu Louisa menghampiri orang yang duduk bersimpuh di depan sebuah makam. "Permisi, apa aku bisa meminta tolong sebentar?" ujar Louisa.
Wanita dengan mata yang sembab itu mendongak. Menatap Louisa heran, tapi mengangguk juga.
"Tolong jaga anakku sebentar saja, aku ingin ke toilet. Sejak tadi aku sudah menahannya." Louisa memperlihatkan mimik yang meyakinkan.
"Aku akan kembali nanti," sambung Louisa.
Wanita berbaju hitam itu kembali mengangguk. Tanpa curiga menerima bayi yang Louisa ulurkan.
Louisa mengambil selimut terluar bayi itu dan memberikan bayinya. "Terima kasih," ujar Louisa. Sebelum pergi, Louisa sempat mengecup pipi bayinya lagi.
Wanita yang kini menggendong bayi Louisa hanya menatap kepergian Louisa ke arah pintu keluar makam, karena memang di sanalah ada toilet umum. Ia menunggu ibu bayi dalam gendongannya kembali.
*
Louisa sendiri keluar dari area pemakaman sembari terus menggendong selimut kosong dalam dekapan. Ia melihat dua pria yang tengah mengejarnya tadi. Sengaja ia memperlihatkan diri untuk mengelabui.
"Hei, berhenti!" teriak salah satu pria. Louisa terus berlari. Menjauh dari area pemakaman. Kali ini langkahnya lebih terasa ringan sebab ia pikir telah menyelamatkan bayinya. Tak mengapa jika ia harus ditangkap dan mati.
"Berhenti, kau, dasar j*lang!" teriak pria besar itu lagi.
Louisa tak menggubris. Ia terus mengayun langkah agar jauh dari pemakaman. Namun, secepat apa pun Louisa berlari, nyatanya tubuhnya tak lagi bisa kompromi. Ia terlalu lelah. Selain fisiknya yang lemah setelah melahirkan, mentalnya juga dihajar habis-habisan karena ketakutan.
Langkah Louisa harus kembali terhenti. Bersembunyi di balik pohon tabebuya. Ia mengatur napasnya yang ngos-ngosan. Tatapannya turun ke bawah saat ia merasakan sesuatu mengalir di antara kakinya. Matanya membelalak lebar melihat cairan warna merah menetes dari sela kakinya.
"Ya Tuhan, apa ini ...," ujarnya lirih.
Konsentrasi pelariannya pun buyar. Ia lupa kalau sekarang dalam pengejaran orang-orang jahat. Ia bingung dengan yang terjadi pada tubuhnya.
Di saat itulah, kedua pria bengis yang mengejarnya muncul dan dengan cepat menangkap Louisa.
"Mau lari ke mana, lagi kau j*lang!" teriak salah satu pria berbaju hitam.
"Lepaskan aku!" Louisa meronta.
Tapi dua pria itu tak mau mendengarkan. Ia terus membawa Louisa dengan selimut dalam gendongannya.
"Lepas!"
Salah satu dari pria itu terus menarik tangan Louisa untuk dibawa pergi, tapi belum sempat berjalan jauh tubuh Louisa melemah. Ambruk begitu saja karena pria yang memegang tangan Louisa juga tak siap.
"Hei, apa yang terjadi?" teriak pria yang mengikuti kawannya menyeret Louisa.
"Aku juga tidak tahu."
"Lihat, ada darah di kakinya." Satu pria yang tadi berjalan di belakang menunjuk kaki Louisa.
"Bagaimana sekarang?"
"Kita hubungi Tuan saja."
Temannya pun mengangguk setuju. Dari panggilan telepon mereka di arahkan untuk membawa Louisa pergi dari tempat itu. Di saat akan mengangkat tubuh Louisa, mereka baru sadar jika yang sejak tadi dipeluk oleh wanita itu hanyalah selimut kosong. Keduanya semakin panik, karena mereka tahu yang diincar oleh tuannya adalah bayi wanita ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Sumini Mini
lanjut kk
2025-04-30
1