Pagi-pagi sekali, Alea mengemasi barang dan pergi dari rumah mendiang suaminya. Tak banyak barang yang ia bawa, hanya beberapa potong baju untuk Shane dan beberapa potong roti yang masih ia punya. Ia tidak mau repot dengan banyak barang sementara ia harus menggendong Shane.
Kepergian Alea bukan tanpa alasan. Semua karena kecurigaan Marta yang sudah mengetahui jika ia merawat seorang bayi. Juga karena telepon tadi malam.
Alea terkejut melihat nama yang tertera di layar ponsel milik ibunya Shane, 'My Husband'. Saat itu Alea langsung panik, tapi ia enggan mengangkat panggilan itu. Ia takut jika ayah Shane datang dan mengambil Shane darinya. Sementara ia sudah terlanjur sayang. Tentu Alea tak mau dipisahkan dari Shane. Selamanya anak itu adalah anaknya.
Ketakutan itulah yang mendasari Alea pergi dari rumah yang ia tempati bersama Mike dulu. Tidak ingin berpisah dengan Shane! Titik!
Dengan sisa uang yang ia miliki, Alea pergi meninggalkan tempat tinggalnya yang lama. Ia berharap bisa memiliki hidup baru dengan Shane di kota lain.
"Jadi kau akan membayar uang sewa untuk dua bulan ke depan?" tanya seorang wanita yang sudah tua pada Alea.
Alea mengangguk. "Iya, Bibi, aku akan bayar uang sewa selama dua bulan di muka. Bagaimana, apa ku setuju?"
Wanita tua itu tak langsung menjawab. Ia justru menilik penampilan Alea dari atas sampai bawah, lalu tatapannya berhenti pada bayi dalam gendongan Alea.
"Apa dia anakmu?" tanya wanita tua itu.
Alea cukup tersentak dengan pertanyaan wanita tua tersebut. Pasalnya banyak kasus penculikan bayi yang sedang marak di kota ini Mungkin karena terlalu khawatir dan tak ingin terlibat dengan polisi, wanita itu menanyakan hal tersebut.
"Ehm ... ten-tentu saja. Memangnya kenapa?"
Wanita itu terdiam sebentar, lalu bertanya lagi. "Dimana suamimu?"
"Sudah meninggal," jawab Alea tanpa ragu.
"Oh ...." Meski terlihat percaya tapi tatapan aneh wanita pemilik rumah itu masih membuat Alea risih.
"Bisakah aku menempati kamar ini sekarang, kurasa anakku haus. Aku harus segera meny*suinya." Alea menempelkan jari telunjuknya pada dagu Shane. Bayi itu memberikan respon dengan gerakan seakan mencari sesuatu yang bisa membuatnya kenyang. Dan wanita tua itu melihatnya.
"Tentu, ini kuncinya." Wanita itu mengulurkan kunci kamar yang Alea sewa.
Usai wanita itu pergi, Alea segera masuk. Ia letakkan tas yang ia bawa secara asal. Ia segera duduk di sofa yang sudah usang untuk mencari posisi nyaman saat memberikan asi. Benar dugaan Alea, bayinya begitu kehausan. Shane minum dengan lahap. Sampai bayi itu kenyang dan tertidur lagi.
Alea masuk ke kamar dan menidurkan Shane di ranjang. Sementara ia kembali keluar untuk mengambil tas. Dibukanya tas yang ia bawa dari rumah Mike. Ia keluarkan roti dan air mineral yang ia bawa sebelumnya. Setelah memberikan asi, ia sendiri merasa lapar. Untuk sementara roti ini bisa mengganjal perutnya.
Sembari makan, Alea menatap ke setiap sudut kamar. Ia tak menyangka akan ada di kota asing ini sendiri tanpa Mike. Padahal. Sebelumnya ke mana pun ia pergi, Mike selalu menemani.
Kota ini adalah impian Mike dan Alea. Dulu mereka berencana pindah ke kota ini untuk memperbaiki nasib. Namun saat itu, Alea tengah hamil, jadi Mike memutuskan mereka akan pindah setelah Alea melahirkan. Sayangnya semua hanya tinggal rencana, karena Mike dan bayinya telah meninggalkan Alea lebih dulu.
Kini Alea justru datang ke kota ini bersama Shane. Berharap kehidupan lebih baik dari tempat sebelumnya.
Tatapan Alea tertuju pada Shane yang terlelap. Ia mulai memikirkan tentang masa depan bayi itu. Ia sudah sejauh ini pergi, tidak mau jika hanya akan membawa kesengsaraan untuk Shane.
Satu per satu pekerjaan mulai ia pikirkan. Sebab di sini ia harus membayar uang sewa kamar. Yang di tempati Alea sekarang ini mirip seperti apartemen, tapi diperuntukkan untuk kalangan bawah sepertinya. Untuk itu, ia harus punya penghasilan.
Alea memikirkan pekerjaan yang bisa membawa Shane serta. Tidak mungkin membiarkan bayi yang masih minum asi itu sendirian. Kalau harus menyewa pengasuh, Alea belum mampu. Ia belum cukup banyak uang. Saat ini saja uang yang Alea punya sudah menipis sebab ia sudah membayarkan untuk sewa kamar ini.
"Kau jangan khawatir Shane, aku tidak akan menyia-nyiakanmu. Aku akan merawatmu dengan baik," ujar Alea menatap Shane yang tertidur di ranjang.
Alea kembali membuka tas. Diambilnya cincin peninggalan ibunya Shane. "Suatu saat nanti, cincin ini pasti berguna."
Sengaja Alea tidak meninggalkan cincin tersebut bersama dengan ponsel milik ibunya Shane. Benda pipih itu Alea tinggalkan di rumah lamanya karena takut ayah Shane akan menghubungi lagi. Ia tidak mau ada yang mengambil Shane darinya. Sedangkan cincin yang ia pegang sekarang ini, pasti bisa bermanfaat. Setidaknya jika nanti ia membutuhkan uang.
Sebelum Shane terbangun, Alea buru-buru memasukkan cincin itu lagi ke dalam tas. Menyelesaikan makannya, kemudian segera membersihkan ruangan yang akan ia tempati ini.
*****
Mansion Fernandes
Juan segera meminta anak buahnya untuk melacak ponsel milik sang istri. Ia yakin ponsel itu masih ada.
Benar saja, pagi ini orang suruhan Juan sudah ada di rumah lama Alea. Mereka mencari keberadaan pemilik rumah itu. Sebab dari hasil pelacakan lokasi ponsel milik Louisa ada di daerah ini.
"Tuan, kalian mencari siapa?" tanya Marta yang tiba-tiba datang menghampiri dua pria misterius yang mondar-mandir di depan rumah Alea.
"Di mana pemilik rumah ini?"
Marta menatap curiga pada dua pria misterius itu, tapi menjawab juga. "Sudah dua hari wanita itu pergi membawa bayi yang entah bayi siapa. Dua hari lalu aku melihatnya tengah menggendong bayi. Aku yakin itu bukan bayi Alea. Dia pasti telah mengambil bayi milik orang lain ...." Marta terus saja bicara. Seperti orang tengah bergosip.
Mendengar penuturan Marta, dua pria itu tanpa ijin membuka pintu rumah Alea.
"Tuan, apa yang kalian lakukan. Kenapa kalian membuka pintu rumah Alea?" tanya Marta heran, tapi tak bisa mencegah. Ia hanya ikut masuk untuk melihat apa yang akan dua pria itu lakukan.
Keduanya dengan sigap menggeledah seisi rumah. Mereka keluar setelah menemukan sebuah ponsel yang diduga milik dari istri tuannya.
"Eh, Tuan, kalian membawa apa itu?" tanya Marta yang sejak tadi ikut masuk. Ingin tahu tentang apa yang terjadi.
Kedua pria misterius itu enggan menjawab pertanyaan Marta. Mereka segera pergi dan mengabaikan wanita tukang gosip itu.
"Tuan ...," panggil Marta yang di tinggal sendiri di depan rumah Alea.
Sampai di mobil, dua orang itu segera menghubungi Juan. "Tuan, kami menemukan ponsel milik Nyonya Fernandes."
"Baik, Tuan, kami akan segera membawanya pada Tuan." Panggilan di akhiri. Sesuai perintah, kedua orang itu segera berangkat ke rumah Juan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Sumini Mini
semangat KK..lanjut
2025-05-05
1