The Unexpected Pair : ArrabelLeo

The Unexpected Pair : ArrabelLeo

Hari Pertama Ospek

Terlihat di salah satu universitas ternama, segerombolan orang berpakaian putih-hitam memenuhi lapangan. Mereka terbagi menjadi dua barisan, laki-laki dan perempuan terpisah. Hari ini adalah hari pertama ospek bagi para mahasiswa dan mahasiswi baru—atau yang biasa disingkat maba.

"Perkenalkan, nama saya Biantara. Kalian bisa panggil saya Kak Bian. Saya menjabat sebagai ketua BEM di sini," ucap seorang pria berperawakan tinggi yang berdiri di hadapan mereka.

Auranya terlihat begitu kuat. Tatapan matanya tajam, hidungnya mancung, rahangnya tegas, dan alisnya tebal—membuat siapa pun akan segan padanya. Namun yang cukup menarik, pria itu memiliki lesung pipi saat tersenyum, meski hanya sekilas.

Terik matahari menyengat seluruh peserta karena mereka berada di ruang terbuka.

Di samping Biantara, sang ketua BEM, berdiri pula beberapa laki-laki dan perempuan yang merupakan panitia ospek. Ia kemudian meminta mereka untuk memperkenalkan diri satu per satu. Setelah semua panitia selesai memperkenalkan diri, tiba-tiba seorang mahasiswi mengangkat tangan.

"Kak, maaf, kepala saya pusing. Apa saya boleh istirahat sebentar?" tanya seorang gadis berambut panjang yang dikuncir dua dengan pita, serta memakai topi dari kertas koran.

"Kalau sakit, kenapa nggak izin dari awal?" tanya panitia perempuan bernama Monica.

"Maaf, Kak. Saya pusing karena nggak tahan dengan cuaca panas," jawab gadis itu.

"Siapa nama kamu?"

"Arra, Kak."

Ya, gadis itu adalah Arrabella, anak sulung dari keluarga Cassius—keluarga terkaya nomor empat di negara ini.

"Di sini juga semuanya kepanasan, bukan cuma kamu aja," ucap Monica dengan nada sinis.

Para maba yang lain menundukkan kepala, merasa ngeri melihat ekspresi wajah kakak tingkat mereka itu.

"Maaf, Kak." Arra akhirnya mengurungkan niatnya untuk beristirahat, meski kepalanya semakin pusing.

Tiba-tiba, seorang laki-laki dari barisan maba berdiri dan berjalan santai menuju barisan perempuan. Banyak mahasiswi dan panitia perempuan yang terpesona oleh ketampanan laki-laki itu. Wajahnya yang tersorot cahaya matahari tidak mengurangi kesempurnaan rupa ciptaan Tuhan satu ini.

Ia berhenti di samping Arra yang duduk di barisan paling pinggir.

"Berdiri," perintahnya pada Arra.

Arra terkejut melihat siapa yang berdiri di sampingnya. Tanpa suara, ia meminta laki-laki itu untuk pergi, namun tak dihiraukan.

"Hei, kamu yang di sana! Siapa yang ngizinin kamu berdiri di samping dia?" teriak seorang panitia laki-laki bernama Renald.

Laki-laki itu tetap tak menggubris Renald. Ia memalingkan wajah ke Arra.

"Arra, berdiri. Gue nggak mau lo pingsan di sini," ucapnya sambil menarik lengan Arra perlahan.

"Leo, kamu ngapain sih?" protes Arra dengan suara pelan agar hanya Leo yang mendengar.

Ya, laki-laki itu adalah Leo Rexander—sosok yang selalu menjadi bayang-bayang Arrabella di mana pun ia berada.

"Gue bilang berdiri, Arra. Kita istirahat bentar sampai kepala lo baikan," ujar Leo sambil membantunya berdiri.

"Kamu pikir ini kampus bapak kamu apa?!" teriak Renald, berjalan cepat mendekat.

Arra menunduk dalam. Hari pertama ospek dan dia sudah bikin keributan—gara-gara Leo.

Leo tak mengindahkan Renald sedikit pun. Para maba dan panitia mulai berbisik karena keberaniannya.

Renald menarik bahu Leo kasar agar berbalik menghadapnya.

"Lo tuli, ya? Nggak denger gue ngomong?!"

Leo menatap Renald datar. Wajahnya tanpa ekspresi.

"Gue cuma ngerti bahasa manusia. Kalau bahasa pohon, maaf, gue nggak paham."

Renald kaget.

"Jadi maksud lo, gue bukan manusia?"

"Bagus kalau lo sadar. Karena kalau panitia emang manusia, mereka nggak akan ngelarang orang sakit buat istirahat."

Renald mengepalkan tangan, menahan emosi.

"Kamu boleh istirahat," suara bariton Biantara tiba-tiba memecah ketegangan.

Arra melirik Bian dari balik wajah yang masih menunduk.

"Saya sudah nggak apa-apa, Kak. Maaf sudah bikin keributan," ucap Arra malu.

Tanpa diduga, Leo langsung menarik Arra pergi dari lapangan. Arra sempat protes, tapi Leo mengabaikannya.

Renald meninju angin, kesal dengan sikap Leo.

Bian mengamati kepergian mereka dengan tatapan elangnya. Ia cukup kagum dengan keberanian Leo.

Renald kembali ke barisan panitia, masih menggerutu.

Bian akhirnya memutuskan memberi waktu istirahat karena cuaca memang sangat panas.

"1 jam lagi semuanya kumpul di auditorium. Mengerti?" ucap Bian.

"Mengerti, Kak!" seru para maba.

---

"Leo, kamu apa-apaan sih?!" protes Arra saat mereka duduk di salah satu kantin kampus.

Leo tak menjawab, langsung menuju stand makanan dan minuman.

Arra menghela napas kesal dan menyandarkan kepala di atas meja.

Tak lama kemudian, sebotol air mineral dan susu stroberi sudah berada di hadapannya. Ia mendongak, melihat Leo duduk di seberangnya.

Leo membuka air mineral dan menyodorkannya.

"Minum."

Arra buang muka, enggan mengambilnya.

"Apa perlu gue bantu minum?" tanya Leo.

Arra mendecak kesal lalu mengambil botol itu dengan kasar dan meminumnya hingga setengah.

Leo memperhatikannya dengan tangan terlipat dan punggung bersandar di kursi.

Setelah meletakkan botol dengan kasar, Arra masih terlihat kesal.

"Ini pesanannya," ucap seorang wanita ber-apron sambil meletakkan nasi goreng.

"Terima kasih," sahut Arra sopan.

"Makan," perintah Leo.

"Leo! Kamu dari tadi nyuruh-nyuruh terus! Nyebelin tahu nggak?!"

Leo tetap diam, hanya tatapannya yang berbicara bahwa ia tidak ingin dibantah.

Dengan wajah masam, Arra mulai menyantap nasi gorengnya perlahan.

"Habiskan. Kalau nggak, lo nggak boleh lanjut ospek hari ini," ujar Leo datar.

Arra hanya mengomel dalam hati. Dia kesal karena Leo terus mengikutinya, bahkan sampai masuk ke kampus yang sama.

"Wah, si gadis manja lagi asyik makan, ya. Nggak sadar baru aja bikin keributan," sindir suara dari belakang.

Monica dan dua temannya sudah berdiri di samping meja.

Arra menghentikan makan dan berdiri.

"Maaf, Kak."

"Kalau lo pikir karena anak orang kaya bisa seenaknya, mending suruh bokap lo bikin kampus sendiri," ejek Monica.

Arra diam, merasa bersalah.

"Iya, Kak. Saya minta maaf."

Monica melirik Leo.

"Lo juga, songong banget sama kakak tingkat. Lo pikir lo siapa?"

Leo mengangkat alis, tangan terlipat di dada.

"Gue bakal ikut campur kalau itu menyangkut pacar gue. Selebihnya, gue nggak peduli."

Monica tertawa sinis. "Oh, ini pacar lo? Rendah banget selera lo."

"Rendah itu kalau ada cowok yang suka sama ani-ani kayak lo."

Arra menyesali mulut tajam Leo.

Monica mengepalkan tangan, murka.

"Lo bilang apa?! Gue ani-ani?!"

"Gue nggak peduli lo siapa. Gue cuma peduli pacar gue."

Monica maju, hendak menampar, tapi—

"Ada apa ini? Mau lanjutkan perdebatan dari lapangan ke sini?"

Biantara muncul. Monica langsung menurunkan tangannya.

"Maaf, Kak. Tapi dia yang duluan. Dia hina saya."

Bian menatap Leo, memberi kode.

"Lo percaya omongan dia?" balas Leo cuek.

"Heh, nggak sopan banget lo!" bentak Monica.

"Kak, maaf, ini cuma salah paham," potong Arra. Ia ingin meredam suasana.

Bian menatap Arra. "Kamu masih pusing?"

"Sudah nggak, Kak. Maaf sudah buat keributan."

"Syukurlah. Kalau masih pusing, bisa ke ruang kesehatan."

"Nggak perlu perhatian dari lo. Gue cukup buat jaga dia," sahut Leo.

Keduanya saling tatap.

"Takut gue rebut pacar lo?" tantang Bian.

Leo menyeringai. "Ngapain? Pacar gue nggak pernah lirik cowok lain."

"Arra," panggil Bian.

Arra menengadah.

"Lo lihat?" kata Bian pada Leo.

"Tapi lo nggak perhatikan baik-baik. Dia nggak liat muka lo, tapi ke samping lo."

Leo langsung menarik Arra pergi.

Bian mematung. Baru kali ini ada orang yang tak menatapnya langsung. Dan itu… mengusik.

Monica juga terdiam. Ia kesal dan berniat memberi pelajaran pada dua maba itu nanti.

Terpopuler

Comments

Wy Ky

Wy Ky

keren

2024-11-08

0

Hafifah Hafifah

Hafifah Hafifah

silahkan lw kamu berani

2024-10-31

1

💕 bu'e haresvi 💕

💕 bu'e haresvi 💕

leo si mulut pedas dlawan🤣🤣

2024-10-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!