Ospek hari ini berjalan lancar. Semua mahasiswa baru sudah dipersilakan pulang. Arra dan Gladys melangkah keluar dari auditorium bersama.
Sejak tadi mereka banyak mengobrol. Arra, yang biasanya tertutup, bisa merasa nyaman dengan gadis berdarah Sunda itu.
"Lo dijemput atau pulang sendiri?" tanya Gladys ringan.
"Aku pulang sama Leo," jawab Arra sambil mengedarkan pandangan, mencari sosok Leo di antara kerumunan.
"Ih, enak banget sih lo bisa pulang sama pacar. Jadi pengen punya pacar juga deh," celetuk Gladys, membuat Arra tersenyum kecil.
"Dia bukan pacar aku, sih. Kami memang udah terbiasa bareng dari SMA."
"What? Serius dia bukan pacar lo? Tapi tadi dia ngakuin lo di depan semua orang!" Gladys tampak kaget.
Arra mengangguk, "Dia emang selalu kayak gitu dari dulu. Jadi aku udah terbiasa."
Gladys tertawa, "Kalau gue yang diakuin sama Leo, udah gue sebarin ke seluruh dunia. Seganteng itu, loh. Rugi banget kalau enggak diumumin."
Baru saja Arra ingin membalas, seseorang tiba-tiba muncul dan membuat mereka terkejut.
"Temen lo aja pintar, kenapa lo nggak bisa mikir kayak dia, hm?"
Mata Arra membelalak. Leo sudah berdiri sangat dekat di sampingnya, wajahnya hanya beberapa inci dari wajahnya.
Gladys langsung menutup mulutnya, menahan tawa karena terlalu gemas melihat adegan di depannya.
"Harusnya lo juga ngakuin gue ke semua orang, biar gue nggak harus capek-capek nyingkirin cowok yang coba deketin lo," ucap Leo sebelum meniup wajah Arra, membuat gadis itu langsung tersadar dari lamunannya.
"Gue duluan ya. Nggak sanggup liat kalian, bisa mati baper. Bye Arra, sampai besok!" seru Gladys, lalu berlari meninggalkan mereka.
Arra hanya bisa terdiam, belum sempat menjawab apa-apa.
"Ayo pulang," ajak Leo sambil menggenggam tangan Arra tanpa peduli pada tatapan orang-orang di sekitar mereka.
Arra menunduk malu. Ia melihat Biantara berdiri tak jauh dari mereka, menatap ke arah mereka dengan ekspresi yang sulit ditebak. Hari ini benar-benar melelahkan secara emosional.
Setibanya di parkiran, Leo membantu Arra mengenakan helm merah muda yang selalu ia bawa khusus untuk gadis itu. Setelah memastikan Arra duduk dengan aman, Leo naik dan menyalakan motor sport hitamnya.
Mereka melaju dengan kecepatan sedang. Arra melingkarkan tangannya di perut Leo, sebuah kebiasaan yang sudah lama tertanam.
Jalanan cukup padat, namun lancar. Tapi suara klakson yang terus berbunyi dari belakang membuat Leo melirik spion.
Seorang pria di motor sport hijau tampak seperti sedang mengejar mereka.
"Leo, itu siapa? Kok kayak ngejar kita?" tanya Arra, khawatir.
"Mungkin cuma kebetulan searah. Nggak usah diliatin," jawab Leo, menambah kecepatan.
Tapi kekhawatiran Arra terbukti benar. Saat mereka berbelok ke jalan yang lebih sepi, motor hijau itu tiba-tiba menghadang.
Leo mengerem mendadak. Arra menjerit pelan, kepalanya membentur helm Leo, membuatnya sedikit pusing.
"Lo nggak apa-apa?" tanya Leo tanpa menoleh.
Arra mengangguk pelan. "I-iya..."
Seorang pria turun dari motor hijau. Wajah Leo mengeras saat pria itu membuka helm.
"Kak Renald?" gumam Arra, mengenali sosok itu.
"Turun lo," bentak Renald, marah.
Leo tidak bergerak. Dia hanya menatap tanpa ekspresi.
"Gue bilang turun, bngst!" Renald berteriak.
"Leo, dia mau apa?" bisik Arra ketakutan.
Leo menggertakkan rahangnya, "Apa mau lo?"
"Balas dendam. Lo pikir lo siapa udah berani ngatain gue di kampus?" Renald mencengkram kerah Leo.
Arra terisak panik. "K-kak, jangan kayak gini... kami minta maaf..."
"Maaf? Setelah cowok lo mempermalukan gue? Nggak cukup. Minimal gue bikin hidung dia patah dulu!"
"Leo..." Arra mencengkram tas Leo, air matanya mulai jatuh.
Melihat itu, Leo menurunkan standar motornya. Ia menepis tangan Renald lalu turun.
Ia membelai wajah Arra dengan lembut, menyeka air matanya.
"Tunggu di sini. Jangan turun. Gue selesain ini sebentar," ucap Leo lembut, lalu berjalan ke arah Renald.
Dengan cepat Leo menarik kemeja Renald dan mendorongnya mundur.
"Lo bikin pacar gue ketakutan. Sekarang ayo, gue ladenin lo."
Renald langsung menyerang. Tapi Leo menghindar dan menendang punggung Renald sampai pria itu jatuh.
Renald bangkit, mencoba memukul lagi. Leo menangkis dan membalas pukulan ke wajahnya, lalu menendang perutnya tanpa tenaga berlebih. Renald kembali terjatuh.
"Udah puas? Atau lo masih mau lanjut? Pacar gue kepanasan. Gue nggak mau dia pingsan nontonin cowok lemah kayak lo."
"Leo, udah! Kasian Kak Renald!" teriak Arra, takut kejadian itu jadi besar. Beberapa kendaraan bahkan sudah berhenti menonton.
Leo menatap Renald dengan dingin. "Jangan cari masalah lagi. Ini pertama dan terakhir."
Ia berbalik, meninggalkan Renald yang masih terkapar.
"Sialan! Gue bakal balas lo!" teriak Renald.
---
Setibanya di rumah Arra, Leo membantu gadis itu turun dari motor. Mereka masuk karena pintu sudah terbuka.
Keriuhan terdengar dari dalam.
"Mom," panggil Arra melihat Alyssa berdiri di ruang tengah, berkacak pinggang.
"Kakak!" Alyssa baru menyadari kehadiran mereka.
"Kenapa, Mom?"
"Zayn. Dia main tepung," jawab Alyssa, lelah.
"Zayn!" seru Leo.
Tak lama, tubuh mungil muncul dari belakang bufet. Zayn dengan pipi gembulnya tampak malu.
"Zayn sini," panggil Leo sambil jongkok.
"Maap Yoyo. Jain nakal..." ucap Zayn dengan suara cadel.
"Kalau nakal harus apa?"
Zayn menjawab polos, "Halus tanggung jawab."
Arra dan Alyssa hampir tertawa, tapi Leo tetap serius.
"Dengan sembunyi, Zayn udah tanggung jawab?"
Zayn mengangguk—padahal jawabannya tidak sesuai.
Leo menahan senyum, "Minta maaf sama Mommy. Janji nggak ngulang lagi."
Zayn mendekat, memeluk Alyssa. "Momi, Jain minta maap..."
Alyssa mengecup pipi Zayn. "Tapi lain kali jangan main tepung lagi, ya. Itu makanan, bukan mainan. Zayn ngerti?"
"Iya, Momi!" serunya lucu.
"Kamu mau minum?" tanya Arra pada Leo.
Leo menggeleng. "Nggak, gue pulang aja. Besok pagi gue jemput."
Arra mengangguk.
"Mom, aku pulang dulu ya," pamit Leo.
"Nggak makan dulu?" tawar Alyssa.
"Lain kali, Mom. Bye, Zayn."
"Tata Yoyo..." lambaian tangan mungil Zayn mengiringi kepergian Leo.
Sebelum pergi, Leo mengusap kepala Arra dengan lembut, lalu melangkah pergi.
Arra yang kelelahan segera pamit naik ke kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
vj'z tri
renald salah pilih lawan anda 🤭🤭🤭🤭 jangan senggol senggol arra atau Leo maju 🤭🤭🤭
2024-10-20
1
Mama lilik Lilik
lanjut Thor,bagus karyamu
2024-10-19
1
Atik R@hma
klg Cassius mau di lawan😁😁😁
2024-10-19
1