Suasana auditorium sudah terlihat ramai. Para mahasiswa baru yang sebelumnya berkeliaran di area kampus, kini mulai kembali berkumpul di tempat yang telah ditentukan oleh panitia ospek.
Arra dan Leo juga sudah berada di dalam. Mereka duduk di pojok ruangan, memperhatikan kerumunan mahasiswa lain yang mulai membentuk barisan.
Tak lama kemudian, pintu auditorium terbuka. Para panitia masuk satu per satu. Arra langsung berdiri dan berlari kecil untuk bergabung bersama kelompok mahasiswi lainnya, sementara Leo hanya berjalan santai tanpa memperdulikan sekitar.
"Ayo, semuanya kumpul sesuai barisannya! Yang perempuan di sebelah kiri, laki-laki di sebelah kanan!" seru Renald lewat alat pengeras suara agar terdengar jelas oleh seluruh maba.
Dalam hitungan menit, para mahasiswa baru telah berbaris dengan rapi.
"Silakan duduk," ucap Renald.
Auditorium mendadak hening. Suara langkah kaki menggema, menciptakan gaung yang nyaring di ruangan besar itu. Semua menoleh ke arah pintu. Biantara baru saja masuk.
Renald hendak menyerahkan pengeras suara pada Biantara, namun pria itu hanya memberi isyarat agar Renald melanjutkan kegiatan.
Renald kembali menatap para mahasiswa.
"Sekarang, bentuk kelompok berisi enam orang. Kalian akan saling memperkenalkan diri dan menunjukkan bakat masing-masing. Ini akan berlangsung selama tiga hari ke depan. Ayo, mulai bentuk kelompoknya sekarang!" perintahnya.
Ruangan kembali riuh. Para maba mulai mencari teman kelompok. Arra yang belum terbiasa dengan situasi seperti ini tampak bingung.
"Eh, lo belum ada kelompok, kan?" sapa seorang gadis tiba-tiba.
Arra menoleh dan mengangguk pelan.
"Kalau gitu, bareng gue aja, ya. Udah pada pas ber-enam, tinggal kita berdua," lanjutnya sambil merangkul lengan Arra.
Arra sedikit terkejut dengan sentuhan itu. Ia tidak terbiasa disentuh oleh orang lain.
"Oh iya, gue Gladys. Lo siapa?"
"Arrabella. Tapi kamu bisa panggil aku Arra."
"Oke, Arra. Sekarang kita teman," ucap Gladys sambil tersenyum lebar.
Arra ikut tersenyum. Teman barunya ini tampak ramah dan menyenangkan.
"Siapa yang kelompoknya belum lengkap, kurang dari enam orang?" tanya Renald, membuat suasana kembali tenang.
Gladys langsung angkat tangan, membuat Renald menoleh ke arah mereka.
"Kalian berdiri di sini," arah Renald menunjuk baris depan.
Gladys menarik Arra ke depan.
"Cuma kalian berdua?" tanya Monica dengan nada sinis.
Gladys mengangguk. "Iya, Kak. Tinggal kami berdua."
"Yang laki-laki, ada yang belum lengkap kelompoknya?" Renald melanjutkan.
Tak lama, Leo maju dengan wajah datar.
"Mana kelompok lo?" tanya Renald.
"Nggak ada."
Arra hanya bisa menggeleng. Dia tahu betul, Leo bukan tidak dapat kelompok—tapi memang tidak mau berkelompok.
"Jadi lo sendirian?"
"Nggak lihat ini ruangan isinya berapa banyak orang? Udah pasti gue nggak sendirian."
Renald menarik napas kesal.
"Oke. Kalau begitu, kelompok yang belum lengkap akan maju lebih dulu untuk memperkenalkan diri. Mulai dari lo," katanya pada Leo, sambil menyodorkan mic.
Leo malas-malasan menerima mic lalu berkata, "Gue Leo Rexander." Setelah itu, ia langsung mengembalikan mic.
"Cuma gitu doang? Perkenalan dong yang bener," celetuk Monica.
"Nggak ada yang perlu kalian tahu selain nama gue," ucap Leo datar, lalu mundur.
Renald menghela napas panjang dan beralih pada Gladys dan Arra. "Sekarang giliran kalian."
Gladys mengambil mic dan memperkenalkan diri dengan penuh percaya diri. "Halo semua, gue Gladys Anindita Putri. Asal dari Bandung. Hobi gue menari."
Arra mulai gugup. Ini pertama kalinya ia bicara di depan banyak orang.
"Bagus, Gladys. Berikutnya," ujar Renald.
Arra menerima mic dari Gladys, tangannya sedikit gemetar. Ia mengedarkan pandangannya sebentar. Saat matanya tertumbuk pada Leo, entah kenapa rasa gugupnya sedikit berkurang.
"Hai semua. Nama saya Arrabella Calista, panggil saja Arra. Saya dari kota ini, dan hobi saya menyanyi," ucapnya, matanya masih menatap Leo.
"Oke. Sekarang giliran menunjukkan bakat. Gladys duluan."
Gladys mengangguk. "Kak, boleh pakai musik?"
"Boleh. Mau lagu apa? Biar saya putarkan," jawab Renald, menyerahkan ponselnya.
Gladys memilih lagu, lalu berdiri di tengah. Musik mulai mengalun—lagu dari girl group Korea Selatan. Ia mulai menari. Gerakannya lincah dan memukau. Banyak yang terpesona, bahkan ada yang bertepuk tangan di tengah penampilannya.
Setelah lagu selesai, riuh tepuk tangan memenuhi ruangan. Arra mengacungkan jempolnya. "Kamu keren banget!"
Gladys tersenyum meski masih terengah. "Thanks! Lagu itu favorit gue, tiap hari gue latihan pake lagu ini."
"Berikutnya, Arra."
Tubuh Arra menegang. Ini bukan hal yang mudah baginya. Hanya mommy dan adik kembarnya yang pernah mendengar ia bernyanyi.
"Arra," panggil Renald karena Arra masih diam.
Tiba-tiba, Leo maju ke depan. Semua menatapnya.
"Nama lo Arra?" celetuk Monica.
"Gue yang main gitar, dia yang nyanyi," jawab Leo.
Leo menatap Arra seolah berkata: Percaya sama gue.
Gladys memberi semangat, dan panitia menyiapkan gitar dan standing mic. Leo menyetel gitarnya, lalu berkata pelan, "Gue di sini. Kalau lo gugup, liat aja ke gue."
Arra mengangguk pelan dan membisikkan lagu yang ingin dinyanyikannya. Leo mulai memetik gitar. Musik lembut mengalun.
Arra menatap Leo. Suaranya mulai terdengar. Ia hanya fokus pada Leo.
> [Lagu “Nothing’s Gonna Change My Love For You” dinyanyikan Arra]
Semua terpana. Leo pun ikut tersenyum sepanjang lagu. Beberapa mahasiswi bahkan mulai berbisik-bisik, membicarakan ketampanan Leo.
Saat lagu selesai, tepuk tangan kembali membahana. Arra tersenyum lega.
Gladys langsung memeluknya. "Lo jago banget, suaranya merdu!"
"Lo masih mau di situ?" tegur Renald ke Leo.
"Gue mau nyanyi satu lagu buat pacar gue," ucap Leo santai.
Renald mengernyit. "Ini bukan kafe—"
Namun Biantara memberi isyarat agar Leo diizinkan. Renald mendesah, lalu mengalah.
Arra menunduk, malu bukan main. Gladys menggoda terus, membuat pipi Arra makin merah.
Leo mulai memetik gitar. Suara beratnya terdengar syahdu.
> [Lagu “Number Two” dinyanyikan Leo]
Arra menatapnya. Lagu itu favoritnya. Dadanya berdebar. Suara Leo serak dan dalam.
Saat lagu berakhir, auditorium kembali dipenuhi tepuk tangan. Semua kagum, kecuali Renald dan Monica. Mereka tampak enggan memberi reaksi.
Leo berdiri, meletakkan gitar, lalu sebelum kembali ke tempatnya—ia mengedipkan mata ke arah Arra. Suara jeritan kecil terdengar dari beberapa mahasiswi.
Arra hanya bisa menunduk, wajahnya merah padam. Hari ini benar-benar membuat jantungnya bekerja ekstra.
"Wah, pacar lo keren banget, Ra! Udah ganteng, romantis pula. Duh, gue jadi pengen punya pacar juga," celetuk Gladys.
Arra tersenyum tipis. "Tapi kalau kamu tahu aslinya dia... aku yakin kamu bakal mikir dua kali buat punya pacar kayak dia."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
vj'z tri
iiiiiiiii aaaaa gemes gemes gemes gemes Leo arra 🥰🥰🥰🥰
2024-10-20
1
Ami Aja
penasaran bakalan ada banyak drama GK ya sama pasangan ini,semangat Thor👉
2024-10-18
1
Za-aja
so sweet Leo,,,bikin Ara terjeduk2 ❤️
2024-10-18
1