Kemilau Pelangi Setelah Hujan
Suara tawa menerobos keheningan di sore hari. Sebuah tangan kecil mengetuk benda tertutup lebih tinggi 100 cm darinya. Tak kunjung datang membuka, suara tawa semakin menghantam keheningan petang. Ketukan bersuara lebih keras, mengalahkan tawa gaduh. Lima detik menunggu, benda itu dibuka oleh seorang adam. Dia yang mengetuk pintu menginjakkan kaki ke tembikar dingin. Pintu ditutup kembali oleh seorang adam, tangan kekar membelai surai si gadis.
Gadis berlari tersipu mengarah kamar. Ruang tamu dipenuhi oleh adam. Suara tawa berasal dari para adam tampan yang bersemayam di sofa.
"Det, mau ke mana? Makan dulu," seorang adam berteriak memanggil gadis yang berlari ke lantai atas. Ia menggeleng dengan tingkah laku adiknya.
Di depan televisi, salah seorang adam menyaksikan tingkah mereka. Sebelum Dety menaiki tangga, sepasang mata tertuju padanya-tidak ada yang tahu. Ia sempat tersenyum dengan sipuan Dety, entah apa yang perlu dirasa malu saat bertemu kawan-kawan Elzio.
"Lucu banget adik lo." Suara itu berhasil mendatangkan perhatian kepadanya. "Kasih gue dong man, mumpung lagi jomblo gue." Nathan tak pernah serius atas ucapannya, setiap berbicara ceplas-ceplos tanpa berpikir panjang.
Elzio mendaratkan buritnya ke sofa, berkumpul kembali bersama teman-temannya. "Sekalipun adik gue suka sama lo, nggak bakal gue restuin Than." Mereka tertawa atas jawaban Elzio.
"Dety namanya? Cocok tuh sama Corne. Mumpung jomblo Cor, gas sono, pepet sampai dapat." Tawa mereka menerobos sepinya senja untuk kesekian kali.
Cornelious tidak menanggapi Pendrik, bagi dia itu hanya candaan belaka, tidak ada perkataan serius keluar dari moncong sahabatnya.
Di tengah kebisingan, terdengar langkah kaki menuruni tangga seraya mengumpat sesuatu. Untuk kedua kalinya, pandangan para adam terpatok akan gadis. Pesonanya berhasil mengalahkan tawa yang memecah keheningan senja.
Seorang adam berdiri, menghampiri gadis yang hendak pergi menuju dapur. Sepasang mata itu tertuju pada seragam sekolah yang ia kenakan. Dahinya mengernyit, seolah tak setuju dengan seragam tak kunjung diganti.
"Mau ke mana kamu? Kenapa belum tukar seragam sekolah?" tanyanya menggunakan intonasi tak setuju. "Sudah berkali-kali kakak sampaikan, ganti pakaian kamu setelah sampai di rumah, Dety. Kamu udah besar, malu kakak ingatkan terus. Lagian kenapa belum ganti pakaian? Mau nge-date pakai seragam sekolah? Iya? Kakak nggak pernah larang kamu pacaran, tapi tolong jangan pakai seragam sekolah. Jadi ce-"
"Aku lapar, kenapa kakak nggak sisakan nasi untukku? Apa aku nggak berharga lagi bagi kakak?" Potongnya menggunakan nada kesal. "Kakak jahat, kakak hanya tahu marahi Dety! Tiap hari kerjanya marah, Dety nggak suka!" Mata cokelat itu tertuju pada Elzio.
Elzio menahan amarahnya, dia tidak mau menyakiti hati adik kecilnya. Pria ini sangat menyayangi adiknya, adik satu-satu yang ia punya. "Dety, maafkan kakak, kakak tahu kakak salah." Tangan kekar itu merapikan rambut Dety yang menghalangi wajah cantiknya. "Kakak belikan nasi kamu ya, tunggu di kamar. Oke?" Untuk menembus rasa bersalah, besar harapan Elzio supaya Dety menyetujui permintaan dirinya.
Gadis di depannya menggeleng dengan cepat, tersenyum hangat kepada sang kakak. "Dety bisa beli sendiri kok, kak. Nggak mungkin kakak ninggalin teman-teman kakak di rumah."
Mimik Elzio berganti tak setuju, ia mengambil gelas, lalu mengisi air ke dalamnya. "Justru kamu yang nggak sayang lagi sama kakak. Kamu mau keluar sama pacar kamu, kan? Dety, kakak udah bilangin ke kamu sampai tenggorokan kakak kering, Hans bukan pria yang baik, Dety. Tolong dengarkan kakak sekali ini saja, kakak mohon. Kamu harus melepas dia, dia udah nyakitin kamu berkali-kali, bahkan hampir tiap hari. Kakak nggak suka kamu nangis karena masalah cinta, apa untungnya buat kamu? Udah cari yang lain aja. Belum tentu dia jodoh kamu."
Dety mengangkat bahunya lelah, perkataan kakaknya seratus persen hampir benar, tapi apa yang bisa ia lakukan? Susah untuk melepas orang yang disuka selama bertahun-tahun.
"Kebetulan gue mau keluar, adik lo bisa numpang." Orang ketiga muncul dari balik dinding perbatasan ruang makan dan dapur. Sedari tadi dia menguping pembicaraan kakak-adik itu.
Elzio melirik adiknya, berharap dia setuju ikut dengan Cornelious.
Bertahun-tahun bersama, Dety sudah mengerti maksud tatapan kakaknya. Mau tak mau, Dety harus setuju. "Dety ganti pakaian dulu, sebentar." Dia berlari melewati pria yang tak ia kenali.
Cornelious menunggu Dety di dalam mobil miliknya. Sembari menunggu, Cornelious memutar lagu Bob Marley-Is This Love. Entah apa yang merasuki dia, hatinya kembali terbuka menerima orang baru. Sudah sangat lama dia menutup pintu hati karena ingin melanjutkan pendidikan di Velvet Crescent University.
Pintu belakang dibuka oleh Dety. Cornelious menoleh kepadanya, ia membiarkan lagu mengisi keranahan mereka. "Duduk di depan aja, gue nggak makan orang."
Tanpa mengatakan sepatah kata, Dety menyetujui permintaan Cornelious. Tidak ada rasa takut dalam diri Dety, jika kakaknya setuju, maka hal itu merupakan hal yang baik. Dety percaya Cornelious tidak akan melakukan apa pun padanya. Ditambah tampang Cornelious menyerupai anak baik.
Is this love? Is this love? Is this love?
Is this love that I'm feeling?
Is this love? Is this love? Is this love?
Is this love that I'm feeling?
~Bob Marley-Is This Love
Dety melirik Cornelious, dari lagu yang diputar, kemungkinan Cornelious sedang jatuh cinta. Dety ingin tertawa, dia merasa lucu ketika seseorang sedang jatuh cinta. Dia teringat akan kisah cintanya bersama Hans. Dia menyukai Hans sewaktu mereka SMP, di mana Hans selalu membantunya dalam kondisi apa pun. Dety pikir Hans juga menyukainya, saat dia memberitahu perasaannya kepada Hans, Hans menolak dia mentah-mentah, tapi Dety tak pernah menyerah. Dia selalu berjuang mendapatkan hati Hans, sampai-sampai ia mengikuti Hans daftar ke SMA Eterna, dan sekarang mereka berpacaran.
Cornelious sadar atas lirikan Dety. Ketika Dety mengganti pandangannya ke depan melihat jalan raya, Cornelious mencoba membuka pembicaraan. Bukan untuk mencuri perhatian Dety, tetapi dia ingin menunjukkan ramah-tamah kepada adik sahabatnya.
Cornelious berdehem pelan, berhasil menghancurkan lamunan Dety. "Nama lo Dety? Hanya Dety?" tanyanya aneh. Jujur Cornelious memendam rasa malu. Dari seribu pertanyaan, mengapa pertanyaan konyol keluar dari mulutnya.
Dety biasa saja dengan pertanyaan Cornelious, dia justru senang ada yang menanyakan namanya-mungkin untuk nama panjang. "Detyanna Eunoia, Detyanna Eunoia, Detyanna Eunoia. Ingat yaaa, nama aku Detyanna Eunoia..." jawabnya bersemangat. Dety menunjukkan senyum lebar di wajahnya.
"Kalau kamu? Nama panjang kakak apa? Cornelis de Houtman?" sambung gadis tersebut.
Tawa kala itu memecah kecanggungan mereka. Tidak ada yang menyangka Dety menyebut nama panjang Corne tanpa diberitahu dahulu oleh pemiliknya. Dety lantas bingung mengapa Corne tertawa. Dia tidak tersinggung, sedikit menampakkan gigi malu. "Jangan sembarangan ya lo, tapi kok bisa kepikiran sampai ke situ?"
Jari telunjuk kanan menggaruk kepala tuannya seraya menahan malu. "Maaf kak, aku hanya bercanda," balasnya.
"Cornelious Nicholas. Lo bisa manggil semau lo, terserah apa pun panggilan gue."
Sang gadis mendapat ide, ia menusuk tangan Corne menggunakan jari telunjuk kecilnya. "Nicho, Kak Nicho,"
Pandangannya kembali menatap jalan, tak mengucapkan sepatah kata kepada gadis itu. Belasan tahun menginjakkan kaki di bumi, dia orang pertama memanggil sebutan favoritnya, 'Nicho'. Harapannya dipanggil terus dengan nama itu, nama khusus dari Detyanna.
"Anna."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Aerik_chan
wah baru prolognya aja sudah seru....nggak sabar buat lihat chapternya....
yuk kak saling dukung "Crazy In Love"
2024-10-14
1