Play To Lose

Play To Lose

Bingung

Aku tak tau darimana kisah cinta yang begitu konyol ini.

Padahal aku hanya sekedar ramah menyapa orang baru tanpa terpikirkan untuk pacaran.

Padahal aku hanya sekedar mengucapkan berjuta omong kosong padanya.

Kenapa dia benar2 menganggap serius hubungan ini?

"Pagi sayang." Ucapnya.

Menjijikan.

Sejak aku bertanya "Boleh gak aku panggil kamu darling?", dia jadi kepedean seolah2 aku memberikan sinyal lampu hijau padanya.

Padahal kan aslinya nggak!

Aku kan nggak benar2 menganggapnya kekasihku.

Sebab...

"Menurutmu, cinta itu apa?" Tanyaku.

"Cinta itu permainan." Ucapnya.

Mendengarnya bicara begitu, alarm kewaspadaanku meningkat pesat.

Aku merasa ada yang nggak beres di sini.

Apa maksudnya dia bilang begitu?

Dia hanya menganggap cinta hanyalah permainan?

Atau sejak awal dia memang berniat menjadikan korbannya sebagai bidak di permainannya?

Tapi apa nyatanya?

Ya!

Aku berusaha keras mencari bukti agar aku bisa membenci dan menyingkirkannya di sisa hidupku.

Tuhan tak mengizinkan kami bersama.

Hidup pun begitu kejam hingga memisahkan kami.

Ortu pun tak setuju pacaran semudah ini.

"Kamu benar2 mencintainya?" Tanya papa.

Aku terdiam.

Pertanyaan itu begitu menamparku.

Sesaat aku tersadar aku memang tak benar2 mencintainya.

Ia pun sama.

Cinta yang dimilikinya bukanlah benar2 cinta murni.

Hanya obsesi dan nafsu bejat yang dibungkus dengan begitu rapih.

Hahaha!

Lucu sekali!

Jika aku wanita bodoh, bukankah aku akan sama naifnya dengan korban2 yang sebelum2nya?

Ah!

Jangan salah paham!

Aku melihat setajam ini dan berpikir kritis gini bukan karena aku cewe tomboy!

Aku begini ya karena aku tak mau terlanjur hancur seperti wanita2 di luar sana!

"Kyaaa! Crush gw! Dia ngeliat ke arah gw!" Ucap temanku.

Ya.

Perasaan seperti itu memang wajar.

Aku pun jika di posisinya juga bakal bersikap demikian.

Tapi...

Apa aku masih bisa bersikap menye2 kayak gitu sedangkan hatiku sudah mati rasa sejak awal?

"Muach! Muach!"

Hoek!

Urgh!

Serendah itu kah cewe zaman sekarang?

Masa dikit2 seks bebas sama cowo yang bahkan bukan suami sahnya?

"Pina, Lo dateng nggak bawa cowo Lo?" Tanya temenku.

"Ya Lo tau sendiri lah gw gimana kan?" Tanyaku.

"Iya. Gw tau Lo emang nggak mau nikah, nggak mau pacaran, nggak mau nge-date bareng cowo. Tapi kan Lo bisa sih setidaknya ajak cowo siapa kek kesini!" Ucap temenku.

"Oh ayolah! Gw kesini juga bukan tanpa alasan. Ada banyak urusan yang harus gw selesain." Ucapku.

"Sibuk banget sih Lo? Yaudah, tapi Lo harus dateng ke ruangan ballroom ya? Awas Lo kalo nggak dateng! Gw tempeleng Lo!" Ucap temenku.

"Bawel amat sih! Iya iya gw dateng, tapi nggak janji ya?" Tanyaku.

Urusan?

Aku sibuk?

Sebenarnya nggak sibuk2 amat sih, cuma...

Aku perlu menyusup ke ruangan rahasia buat cari tau motif utama si bos besar ini!

Soalnya dia nggak jauh beda denganku.

Sama2 culas!

"KRIET."

"1..."

"KRIETT."

"7..."

"KRIETT. KRIET. KRIET."

"3, 0, 1."

"Jadi 17301?" Pikirku.

Apa ya?

Sejak kecil, keadaan sudah membentukku jadi brengsek begini.

Puncaknya di masa remaja.

Aku jadi makin sering menyeludupkan ini itu, korupsi, memanipulasi keadaan, membunuh, menyiksa, menghapus jejak, membalikkan situasi, dan akting.

Gara2 terpapar lingkungan yang buruk, nyawaku sering terancam, dan hidup di jalan yang salah...

Aku jadi kehilangan moral.

Sisi kemanusiaanku juga semakin terkikis.

Belas kasih pun hilang.

Terkadang aku sering bertanya2.

Apa aku sebejat ini?

Oh lihatlah!

Semua motif utama bos besar ini mengarah pada balas dendam.

Tapi aku merasa balas dendam hanyalah alat untuk mewujudkan tujuan utamanya.

Baiklah!

Ini cukup menarik!

Ternyata bukan aku saja yang pendendam ya?

Bos besar ini pun pendendam rupanya!

Fufufu!

"Kan udah gw bilang anak ini bakal dateng! Sedikit saja kita ngebuatnya terbebani, dia pasti bertanggung jawab! Meski begitu, jangan coba2 manfaatin sobat gw ok? Gw takutnya ntar Lo mampus!" Ucap temenku.

"Jadi dia cewe yang Lo saranin?" Tanya cowo itu.

"Ya."

"Berapa persen kemenangannya?" Tanya cowo itu.

"1%."

"Baiklah. Masih ada harapan buat gw." Ucap cowo itu.

"Hei cewe!"

Apaan sih?

Pura2 nggak denger ah!

Lagipula cewe kan banyak!

Salah sendiri dia nggak nyebut nama!

"Sombong banget! Kenalan yuk!" Ucap cowo itu.

"Menyingkirlah!" Ucapku.

"Tapi aku ingin kenalan sama kamu. Nggak boleh ya?" Tanya cowo itu.

"Jangan berpura2 bego! Udah tau semuanya dari Lulu kan?" Tanyaku.

"Lulu siapa?" Tanya cowo itu.

"Cih! Nggak pintar bohong ternyata!" Ucapku.

Sejak saat itu, dia makin ngebet ngedeketin aku.

Rasa penasarannya itu sangatlah menjengkelkan!

Aku jadi heran.

Kenapa dia nggak ngedeketin Lulu ya?

"Coba duduk sini. Mau main truth or dare?" Tanyaku.

"Oke."

"Truth."

"Kamu emang dingin begini atau jual mahal?" Tanya cowo itu.

"Menurutmu?"

"Emang dingin?" Tanya cowo itu.

"Anggap aja benar." Ucapku.

"Giliranku. Dare." Ucap cowo itu.

"Kasih surat ini ke Lulu!" Ucapku.

"Apa isinya?" Tanya cowo itu.

"Kau buka pun tak akan mengerti. Lebih baik segera kasih dia dan bersikaplah tak tau apa2!" Ucapku.

Aku dan Lulu sudah dekat sejak kecil.

Saat liburan tiba, kami pernah belajar kode morse.

Itu menyenangkan!

Meski begitu, aku tetap berharap pria ini sama sekali tak tau apa2.

Sekalipun dia tau, usahanya takkan berarti apa2.

"Nih. Jalang itu ngasih ini ke Lo. Emang apa sih isinya?" Tanya cowo itu.

Aku tersenyum lebar.

Sungguh jelas sekali bahwa temenku itu berhasil kena gertakanku!

Ah!

Tenang saja!

Bukan sesuatu yang mengancam nyawanya kok!

Aku hanya menakutinya dengan kalimat "Antek2 Lo boleh juga ternyata."

"Gw mau Lo menghilang dari hidupnya sementara ini! Plis Jo! Gw mohon banget sama Lo!" Ucap temenku.

"Kenapa? Gw masih mau mainin hati jalang itu kok!" Ucap cowo itu.

"Gw nggak mau Lo terlibat dalam masalah. Sekali ini aja! Lo nurut sama gw!" Ucap temenku.

"Apaan sih? Kok Lo nyuruh2? Pokoknya gw mau dapetin hatinya lalu buang ke tong sampah!" Ucap cowo itu.

Wah...

Sebelas dua belas ya mereka ini?

Mau dipikir gimanapun, dua sejoli ini sangat cocok bukan?

Kali ini dia datang lagi padaku.

Benar2 luar biasa!

"Udah kasih Lulu?" Tanyaku.

"Udah."

"TRING! TRINGG!"

"Nggak diangkat?" Tanya cowo itu.

"Oh ayolah! Emangnya perlu ngangkat telpon saat nge-date begini?" Tanyaku.

"Serius nih? Kamu setuju nge-date bareng aku?" Tanya cowo itu.

"Yang nge-date kan kamu sama Lulu. Aku sih cuma pesan makan siang lalu ngurusin kerjaan." Ucapku.

"Lah? Tapi kan aku maunya sama kamu." Ucap cowo itu.

"Lupakan saja! Urus sana cewe Lo baik2!" Ucapku.

"Cewe mana? Lulu maksudnya?" Tanya cowo itu.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

like plus subscribe 👍🥰

2025-08-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!