Benar.
Ini bukanlah kisahku, tapi kisah Lulu.
Lulu yang mencintainya, bukan aku.
Masih ada hal yang lebih penting lagi daripada cinta2an!
Aku tak boleh terganggu apapun!
"Kak! Opa udah naik kereta." Ucap mama.
Begitu ya?
Paling2 opa bakal pulang lebih lama lagi.
Itu artinya, aku tak akan diberi uang jajan akhir2 ini.
Tapi tak apa.
Ini kesempatanku ngehasilin uang sendiri kan?
"Siapin uang 100K buat setor tunai ya?" Tanya papa.
Jika bisa jujur pada perasaanku, aku tak yakin apakah bisa nge-cover semua ini.
Nyiapin dana darurat.
Nyiapin uang cadangan buat ngekos.
Sisihin kalo mama minta setoran.
Belum lagi kebutuhan sekolah.
Sial!
Jadi gini ya memasuki masa dewasa?
Bahkan saking menyedihkannya, aku harus nahan nafsu biar nggak jajan supaya tetep bisa nabung rutin.
Minggu depan bakal ujian kenaikan kelas.
Aku pun harus ikut ujian kenaikan sabuk.
Ini melelahkan!
Tapi aku harus kuat kan?
Iya.
Aku harus kuat!
Memangnya siapa lagi yang mau berjuang untukku kalau bukan diriku sendiri?
"Ada apa dengan kakak? Kudengar kakak nggak lulus seleksi. Ini pasti nggak bener kan?" Tanya adik kelasku.
"Oh ya? Aku nggak tau infonya kalo bukan dari kamu. Makasih ya." Ucapku.
"Kok makasih? Guru kita juga tau siapa yang paling rajin ngerjain tugas dan hadir saat sesi kelas. Kenapa orang lain yang kepilih? Bukan kakak?" Tanya adik kelasku.
Aku hanya tersenyum.
Sudah jelas bukan jawabannya?
Adik ini masih terlalu polos ternyata!
Yeah...
Meski begitu, dengan mereka menyingkirkanku dengan cara ini, bukankah ini justru memudahkan kerjaanku?
Ya iyalah!
Aku bahkan tak perlu berurusan dengan pak tua itu!
Melihat mukanya hanya akan mengingatkanku pada segala kesalahanku di masa lalu!
Cih!
Ini menjengkelkan!
Aku pulang ke rumah dengan wajah kusut.
Memang menyakitkan rasanya ditolak, tapi beginilah hidup.
Terkadang harus ditolak dulu, baru mendapatkan yang terbaik.
Aku jadi teringat nasihat guruku.
"Tuhan tau apa yang terbaik bagi hambanya! Jangan pula kamu mendikte Tuhan pengen ini itu! Kalo kamu nggak dikasih apa yang kamu minta, Tuhan pasti memberikan yang lebih baik dari permintaanmu itu!" Ucap guruku.
Ha!
Sial!
Padahal selama ini aku mengira Tuhan ingin hidupku menderita, tapi apa nyatanya?
Aku terlalu berburuk sangka padanya!
Padahal kan aku lahir ke dunia ini juga berkat Tuhanku!
Masa sih aku nggak tau diri begini?
Memalukan saja!
Jadi?
Apa yang harus kulakukan?
Aku cuma bisa menangis tak kuat menahan rasa sakit.
Hati ini panas.
Hati ini begitu lelah berjuang.
Makan pun tak nafsu.
"Berhentilah cengeng! Masa gitu aja cengeng? Oh ayolah! Cewe nggak boleh cengeng! Kalo Lo cengeng, apa bedanya Lo sama cewe2 di luar sana? Mau nangis darah pun, emangnya semuanya akan berubah? Kalo Lo kelamaan nangis, ntar susah ngeliat loh! Cepatlah sadar! Lo emang gagal saat ini, tapi bukan berarti kedepannya Lo gagal terus kan? Hidup Lo masih harus berjalan! Lo masih nggak boleh berhenti cuma karna hal konyol beginian!" Batinku.
Hanya inilah caraku menguatkan diri.
Aku butuh menangis sepuasnya baru bisa bangkit.
Aku butuh marah2 kayak orang gila dulu, baru deh timbul dendam kesumat yang membuatku makin tahan banting.
Terkadang aku penasaran kenapa ada jiwa2 yang saling bertolak belakang di dalam tubuhku ini.
Saat aku melihat ke cermin...
Sosokku yang pemarah sangatlah menakutkan, tapi aku bisa berteman baik dengannya.
Sosokku yang pesimis sangatlah menjijikkan!
Aku pun benci ketika sosok ini muncul.
Itu hanya akan terlihat seperti pecundang yang penakut di mataku!
Aku ketiduran.
Gara2 kecapean nangis, aku ketiduran di sofa.
Mataku sembab dan makin sipit.
Yeah terserah lah.
Toh emangnya siapa yang peduli?
Kayak ada aja yang peduli sama aku yang cupu begini?
Hari ini aku les.
Di tempat les, banyak anak ambis dan beruntungnya, aku ketularan semangat mereka!
Aku jadi sadar.
Ini bukanlah akhir dari segalanya.
Aku masih bisa coba lagi!
Mungkin aku nggak ahli coding, tapi bukan berarti aku nggak jago di segala bidang!
Suatu hari nanti, aku pasti menemukan bidang yang membuat jiwaku bergairah!
Di saat itulah aku harus pastiin aku ahli di bidangku!
Huh!
Liat aja!
Aku pasti bersinar terang dengan versi terbaikku kok!
"DRT!"
"DRT! DRT!"
"Oi, Pina! Lo dah jawab nomor 23 belom? P! P! Read dong chat-an gw!" Bunyi notifikasi.
"Dih! Pina mah sok ngartis lagi. Sebel gw!" Bunyi notifikasi lainnya.
Hoam!
Membosankan!
Apa tak ada yang seru selain minta contekan?
Bahkan aku pun tak sudi lama2 ngerjain soal2 yang bikin pusing kepala begini!
Mendingan aku main game atau gak... scrolling medsos!
"JRENG!"
Kalo dirata2in, dapetnya 92,5 untuk semester ini.
Ada kenaikan dikit sih, tapi ini masih bukan apa2.
Tak ada yang perlu dibanggakan!
Bersikaplah seperti biasanya!
Lagipula ini hanya sebatas kertas doang kok!
Cuma kepake kalo daftar kuliah aja, nggak nyampe harus ngelampirin sepenuhnya di resume kan?
Kayak bakal dibaca aja sama HRD nya!
Paling cuma diliat IPK nya aja, nggak sedetail itu!
Toh udah pinter2 kalo pada akhirnya jadi pengangguran juga percuma!
"Apa kata gurunya?" Tanyaku.
"To the points. Baguslah! Nggak banyak bacot gurunya! Pusing juga gw dengernya!" Ucap mama.
"Udah di-fotocopy semuanya?" Tanyaku.
"Udah. Ntar sore, minta tanda tangan papa sana!" Ucap mama.
"Ya."
"Besok pagi siap2! Kita mau ke dokter! Udah waktunya pasang behel!" Ucap mama.
"Masih ada waktu 2 minggu sebelum ujian kenaikan sabuk. Kalo bisa secepatnya pasang behel! Biar bisa makan lagi tanpa rasa sakit!" Ucapku.
Ah!
Jangan salah paham!
Awalnya aku pun nggak suka sama pilihan ini.
Tapi aku teringat apa yang membuatku kuat hingga hari ini, yaitu hasrat akan balas dendam!
Aku sempat berniat bunuh diri 3 tahun yang lalu.
Jika bukan keparat2 itu meragukan kemampuanku, terus2an menghina, dan berusaha menjatuhkanku, mungkin aku tak akan hidup sampai sekarang!
Selain itu...
Alasan kenapa jiwa pesimisku tetap ada di tubuh ini ya karna aku tuh insecure.
Kata tante, aku tuh item manis.
Sayangnya, mana ada cowo yang suka sama cewe item, jelek, kere, gembel, dan miskin ini?
Meski berapa kalipun aku tersenyum riang di depan cermin dan mencintai diri ini, tetap saja aku kalah telak menghadapi cewe2 berkulit putih!
Tanpa susah payah tebar pesona pun, pasti ada aja cowo yang jatuh cinta!
Tapi tak apa!
Aku yang sekarang masih item dan jelek.
Aku yang sekarang masih gembel, kere, dan miskin.
Jika aku bisa ngehasilin banyak cuan dan gandain kekayaan, bukankah aku bisa lebih mudah beli skincare dan segala produk kecantikan apalagi ikut program perawatan tubuh?
Benar!
Aku hanya perlu banyak duit aja kan?
Jelek2 gini yang penting dompet harus tebal!
Dengan begitu, aku sebagai cewe nggak perlu bergantung sama cowo manapun!
Woahahaha!
Senangnya~
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments