Aku mendatangi rumah guruku.
Menyiapkan segala berkas yang diperlukan untuk daftar kuliah.
Hoki?
Apa aku akan hoki kali ini?
Jika tidak, bisakah aku membuat keberuntungan bagi diriku sendiri?
"Semuanya udah siap." Ucapku.
Semua prosedurnya sudah kujalani.
Tapi aku tak bisa bangga.
Ini masih belum ada apa2nya.
Setelah administrasi dan ujian...
Aku setidaknya harus lulus persyaratan minimal saat tes kesehatan!
Jangan sampai semua latihan gila2an yang kulakukan selama ini berakhir sia2!
"Kita nginap di rumah om?" Tanyaku.
"Iya. Kemas barang2mu, nak!" Ucap papa.
Bukannya benci om, tapi mengingat aku yang bukan siapa2 dan kekayaanku masih belum seberapa...
Aku jadi nggak punya muka melihat adik sepupuku yang dilahirkan di keluarga menengah ke atas.
Bahkan sialnya aku tak tau bagaimana harus berhadapan dengan adik sepupuku yang masih bayi mungil itu!
Ha!
Haha!
Lucu juga ya?
1,5 tahun yang lalu, saat aku ke sini, aku masih pengangguran dan struggle mati2an supaya nggak bergantung secara finansial ke papa.
Tapi sekarang?
Aku sudah berhasil ciptain 3 sumber penghasilan pertamaku!
Mau dipikir gimanapun, bukankah ini sudah lebih baik dari diriku yang sebelumnya?
HM...
Benar juga ya?
Ternyata aku terlalu merendahkan diri ini ya?
Cih!
Memalukan saja!
"Belum banyak yang berubah ya? Gedungnya masih megah seperti dulu! Aku jadi makin bersemangat!" Batinku.
Ya.
Aku bersemangat mengejar karir setinggi langit.
Meski pada akhirnya aku gagal masuk kedinasan, aku tetap harus fokus ngebangun karirku dan secepatnya jadi mapan!
Katanya, sebelum tes kesehatan, aku harus benar2 menjaga kesehatan tubuhku terlebih dahulu.
Aku jadi penasaran.
Akankah aku dapat melihat anak2 yang sudah mati2an berlatih gigih demi lulus tes dan bertahan sampai akhir?
Apakah mereka sudah begitu hebat seperti kakak2 cogan yang kutemui tiap pagi saat latihan di stadion?
Sial!
Ini saja sudah membuatku makin terpacu untuk jadi yang terbaik di bidangku!
Tunggu saja!
Aku tak akan bilang pada siapapun tentang perjuanganku selama ini, kecuali aku sudah membuahkan hasil!
Sebab...
Tak semuanya ingin melihatku berhasil!
Itulah kenapa aku harus berhati2 kedepannya!
"Atur napas, Pina! Kamu pasti bisa! Bertahanlah! Sedikit lagi! Lo harus bertahan nyampe akhir!" Batinku.
"Gila!" Gumamku.
Aku...
Aku mampu menyeimbangi anak2 cowo yang sejak dulu menyiapkan diri segila ini?
Haha!
Sulit dipercaya!
Jika aku telat sedikit saja, mungkin aku bisa tertinggal jauh dan gak akan mungkin menginjakkan kaki di sini!
Sialan!
Haruskah aku berterimakasih?
Selama ini aku menahan nafsu biar bisa nabung sebanyak mungkin dan mengelola keuanganku dengan bijak.
Selama ini juga aku menunda kesenangan untuk nggak terdistraksi apapun seperti gaya hidup hedon, hura2, nongki, ngedugem, mabuk2an, pacaran, apalagi seks bebas!
Kalo nginget2 kejadian itu, yang ada gw jadi makin sakit hati seolah2 hidup ini nggak adil.
Ah sial!
Sejak kapan hidup ini adil sialan?
Tes lagi dan lagi.
Banyak bener tahapannya.
Tapi ini benar2 menantang!
Aku diharuskan mendobrak batasanku sendiri.
Jika tidak begini, bagaimana mungkin aku bisa berdiri sejajar dengan anak2 hebat seperti mereka?
"Gw lulus?" Tanyaku.
"Iyaa! Lo tuli atau apa? Kan udah gw bilang Lo lulus sama kayak gw!" Ucap peserta lain.
Aku ingin berteriak keras.
Menggila kesetanan.
Guling2 saking senangnya.
Tapi apalah arti semua itu?
Perjalananku masih panjang.
Ini semua masih nggak ada apa2nya.
Apakah aku bisa bangga dengan pencapaian tak seberapa ini?
Tidak.
Tujuan utamaku masih belum terwujud.
Aku hanya berjalan sedikit demi dikit menujunya.
Belum sampai benar2 terwujud.
Jadi, aku tak bisa euphoria seperti peserta2 lainnya!
"Opa sih optimis aja. Pina pasti bisa!" Ucap opa.
"Mba pasti bisa lah!" Ucap papa.
Hiks!
Mengingat ucapan papa dan opa yang benar2 percaya pada kemampuanku, aku jadi tersentuh.
Kurasa ini lebih baik daripada hinaan, cemooh, dan label negatif yang mama kasih!
Sebab semua itu menghasilkan emosi yang memanaskan hati.
Sedangkan kepercayaan dari papa dan opa, itu benar2 menyejukkan hatiku.
Aku benar2 bersyukur ada orang2 yang tulus tanpa syarat seperti mereka.
"Om dengar kamu lulus." Ucap om.
"Ya."
"Tinggal di sini aja gimana?" Tanya tante.
"Gak deh tante. Makasih tawarannya, tapi Pina lebih pilih ngekos aja. Pina tau ini pasti ngeberatin papa karna mau nggak mau harus ngirim bulanan, tapi inilah kesempatan Pina untuk mandiri secara keuangan! Pina harus pastiin kalo Pina tuh bisa lulus kuliah dan di saat yang sama dapetin penghasilan sendiri!" Ucapku.
"Jangan salah paham, om tante. Pina cuma nggak mau ikut campur keluarga om sama tante. Ana kan juga bakal tumbuh besar, dia pasti butuh ruangnya sendiri untuk terus berkembang. Pina nggak mau ribut sama keluarga sendiri apalagi untuk masalah yang sepele." Ucapku.
"Yaudah. Tapi sering2 main ke sini ya? Pina udah kami anggap anak sendiri." Ucap om.
Anak sendiri?
Konyol!
Jelas2 om bersikap seolah2 aku nggak bakal bisa ngebeli rumah sendiri.
Tapi sekarang?
Dia malah bersikap bagai paman yang murah hati dan penuh belas kasih?
Ha!
Hahaha!
Aku benar2 makin muak melihat wajahnya yang penuh topeng itu!
Meski begitu...
Bukankah aku juga sama saja?
Aku menciptakan narasi panjang lebar seolah2 aku memikirkan kepentingan keluargaku di atas kepentingan diriku sendiri.
Tapi mereka pun tak tau.
Sisi gelapku pada dasarnya benar2 parasit, culas, munafik, gak mau rugi, dan meditnya minta ampun!
Paling2 yang tau cuma mama doang.
Sebab aku dan mama tuh bagai pinang dibelah dua!
Kami sebelas duabelas tau!
Akhirnya!
Eh?
Kenapa aku dimasukin ke asrama?
Bukannya sejak awal berencana ngekos?
Kenapa papa mama mengirimku masuk asrama?
Sial!
Jadi ini semua gara2 keuangan lagi ya?
Fuck off!
Aku muak hidup susah!
Benci hidup gembel begini!
Liat aja!
Aku harus pastiin begitu lulus kuliah sialan ini, aku harus udah ngebangun kekayaanku sendiri!
Gak akan aku biarkan keparat2 itu tertawa melihatku gembel begini di masa depan!
Aku harus benar2 mapan!
Ya.
Memang usiaku udah mulai memasuki dewasa awal, tapi kadang kala, aku bertindak kekanakan.
Aku masih kesal karna aku harus masuk asrama!
Ini akan sangat menyulitkanku untuk mengeksekusi setiap rencana yang sudah kutetapkan!
Ha!
Lagi2 aku harus beradaptasi ya?
Kalo gitu aku hanya berharap semoga kewarasanku tetap terjaga sampai akhir nanti!
"Mama nginap di sini?" Tanyaku.
"Sampai kamu bisa dilepas sendiri, mama bakal ngasih tau caranya bertahan hidup di dunia yang keras ini sendirian!" Ucap mama.
Terserah lah.
Terserah mama aja.
Melihat wajah kusutnya yang semakin menua itu aja udah ngebuat darahku naik pitam.
Bawaannya mau marah aja.
Tapi aku harus tetap mempertahankan wajah datarku ini!
Sampai ketika mama yakin aku bisa dilepas dari kekangan memuakkannya, semua permainanku akan dimulai!
Yeah!
Ini saatnya menunjukkan betapa gilanya aku!
Woahahaha!
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments