NovelToon NovelToon

Play To Lose

Bingung

Aku tak tau darimana kisah cinta yang begitu konyol ini.

Padahal aku hanya sekedar ramah menyapa orang baru tanpa terpikirkan untuk pacaran.

Padahal aku hanya sekedar mengucapkan berjuta omong kosong padanya.

Kenapa dia benar2 menganggap serius hubungan ini?

"Pagi sayang." Ucapnya.

Menjijikan.

Sejak aku bertanya "Boleh gak aku panggil kamu darling?", dia jadi kepedean seolah2 aku memberikan sinyal lampu hijau padanya.

Padahal kan aslinya nggak!

Aku kan nggak benar2 menganggapnya kekasihku.

Sebab...

"Menurutmu, cinta itu apa?" Tanyaku.

"Cinta itu permainan." Ucapnya.

Mendengarnya bicara begitu, alarm kewaspadaanku meningkat pesat.

Aku merasa ada yang nggak beres di sini.

Apa maksudnya dia bilang begitu?

Dia hanya menganggap cinta hanyalah permainan?

Atau sejak awal dia memang berniat menjadikan korbannya sebagai bidak di permainannya?

Tapi apa nyatanya?

Ya!

Aku berusaha keras mencari bukti agar aku bisa membenci dan menyingkirkannya di sisa hidupku.

Tuhan tak mengizinkan kami bersama.

Hidup pun begitu kejam hingga memisahkan kami.

Ortu pun tak setuju pacaran semudah ini.

"Kamu benar2 mencintainya?" Tanya papa.

Aku terdiam.

Pertanyaan itu begitu menamparku.

Sesaat aku tersadar aku memang tak benar2 mencintainya.

Ia pun sama.

Cinta yang dimilikinya bukanlah benar2 cinta murni.

Hanya obsesi dan nafsu bejat yang dibungkus dengan begitu rapih.

Hahaha!

Lucu sekali!

Jika aku wanita bodoh, bukankah aku akan sama naifnya dengan korban2 yang sebelum2nya?

Ah!

Jangan salah paham!

Aku melihat setajam ini dan berpikir kritis gini bukan karena aku cewe tomboy!

Aku begini ya karena aku tak mau terlanjur hancur seperti wanita2 di luar sana!

"Kyaaa! Crush gw! Dia ngeliat ke arah gw!" Ucap temanku.

Ya.

Perasaan seperti itu memang wajar.

Aku pun jika di posisinya juga bakal bersikap demikian.

Tapi...

Apa aku masih bisa bersikap menye2 kayak gitu sedangkan hatiku sudah mati rasa sejak awal?

"Muach! Muach!"

Hoek!

Urgh!

Serendah itu kah cewe zaman sekarang?

Masa dikit2 seks bebas sama cowo yang bahkan bukan suami sahnya?

"Pina, Lo dateng nggak bawa cowo Lo?" Tanya temenku.

"Ya Lo tau sendiri lah gw gimana kan?" Tanyaku.

"Iya. Gw tau Lo emang nggak mau nikah, nggak mau pacaran, nggak mau nge-date bareng cowo. Tapi kan Lo bisa sih setidaknya ajak cowo siapa kek kesini!" Ucap temenku.

"Oh ayolah! Gw kesini juga bukan tanpa alasan. Ada banyak urusan yang harus gw selesain." Ucapku.

"Sibuk banget sih Lo? Yaudah, tapi Lo harus dateng ke ruangan ballroom ya? Awas Lo kalo nggak dateng! Gw tempeleng Lo!" Ucap temenku.

"Bawel amat sih! Iya iya gw dateng, tapi nggak janji ya?" Tanyaku.

Urusan?

Aku sibuk?

Sebenarnya nggak sibuk2 amat sih, cuma...

Aku perlu menyusup ke ruangan rahasia buat cari tau motif utama si bos besar ini!

Soalnya dia nggak jauh beda denganku.

Sama2 culas!

"KRIET."

"1..."

"KRIETT."

"7..."

"KRIETT. KRIET. KRIET."

"3, 0, 1."

"Jadi 17301?" Pikirku.

Apa ya?

Sejak kecil, keadaan sudah membentukku jadi brengsek begini.

Puncaknya di masa remaja.

Aku jadi makin sering menyeludupkan ini itu, korupsi, memanipulasi keadaan, membunuh, menyiksa, menghapus jejak, membalikkan situasi, dan akting.

Gara2 terpapar lingkungan yang buruk, nyawaku sering terancam, dan hidup di jalan yang salah...

Aku jadi kehilangan moral.

Sisi kemanusiaanku juga semakin terkikis.

Belas kasih pun hilang.

Terkadang aku sering bertanya2.

Apa aku sebejat ini?

Oh lihatlah!

Semua motif utama bos besar ini mengarah pada balas dendam.

Tapi aku merasa balas dendam hanyalah alat untuk mewujudkan tujuan utamanya.

Baiklah!

Ini cukup menarik!

Ternyata bukan aku saja yang pendendam ya?

Bos besar ini pun pendendam rupanya!

Fufufu!

"Kan udah gw bilang anak ini bakal dateng! Sedikit saja kita ngebuatnya terbebani, dia pasti bertanggung jawab! Meski begitu, jangan coba2 manfaatin sobat gw ok? Gw takutnya ntar Lo mampus!" Ucap temenku.

"Jadi dia cewe yang Lo saranin?" Tanya cowo itu.

"Ya."

"Berapa persen kemenangannya?" Tanya cowo itu.

"1%."

"Baiklah. Masih ada harapan buat gw." Ucap cowo itu.

"Hei cewe!"

Apaan sih?

Pura2 nggak denger ah!

Lagipula cewe kan banyak!

Salah sendiri dia nggak nyebut nama!

"Sombong banget! Kenalan yuk!" Ucap cowo itu.

"Menyingkirlah!" Ucapku.

"Tapi aku ingin kenalan sama kamu. Nggak boleh ya?" Tanya cowo itu.

"Jangan berpura2 bego! Udah tau semuanya dari Lulu kan?" Tanyaku.

"Lulu siapa?" Tanya cowo itu.

"Cih! Nggak pintar bohong ternyata!" Ucapku.

Sejak saat itu, dia makin ngebet ngedeketin aku.

Rasa penasarannya itu sangatlah menjengkelkan!

Aku jadi heran.

Kenapa dia nggak ngedeketin Lulu ya?

"Coba duduk sini. Mau main truth or dare?" Tanyaku.

"Oke."

"Truth."

"Kamu emang dingin begini atau jual mahal?" Tanya cowo itu.

"Menurutmu?"

"Emang dingin?" Tanya cowo itu.

"Anggap aja benar." Ucapku.

"Giliranku. Dare." Ucap cowo itu.

"Kasih surat ini ke Lulu!" Ucapku.

"Apa isinya?" Tanya cowo itu.

"Kau buka pun tak akan mengerti. Lebih baik segera kasih dia dan bersikaplah tak tau apa2!" Ucapku.

Aku dan Lulu sudah dekat sejak kecil.

Saat liburan tiba, kami pernah belajar kode morse.

Itu menyenangkan!

Meski begitu, aku tetap berharap pria ini sama sekali tak tau apa2.

Sekalipun dia tau, usahanya takkan berarti apa2.

"Nih. Jalang itu ngasih ini ke Lo. Emang apa sih isinya?" Tanya cowo itu.

Aku tersenyum lebar.

Sungguh jelas sekali bahwa temenku itu berhasil kena gertakanku!

Ah!

Tenang saja!

Bukan sesuatu yang mengancam nyawanya kok!

Aku hanya menakutinya dengan kalimat "Antek2 Lo boleh juga ternyata."

"Gw mau Lo menghilang dari hidupnya sementara ini! Plis Jo! Gw mohon banget sama Lo!" Ucap temenku.

"Kenapa? Gw masih mau mainin hati jalang itu kok!" Ucap cowo itu.

"Gw nggak mau Lo terlibat dalam masalah. Sekali ini aja! Lo nurut sama gw!" Ucap temenku.

"Apaan sih? Kok Lo nyuruh2? Pokoknya gw mau dapetin hatinya lalu buang ke tong sampah!" Ucap cowo itu.

Wah...

Sebelas dua belas ya mereka ini?

Mau dipikir gimanapun, dua sejoli ini sangat cocok bukan?

Kali ini dia datang lagi padaku.

Benar2 luar biasa!

"Udah kasih Lulu?" Tanyaku.

"Udah."

"TRING! TRINGG!"

"Nggak diangkat?" Tanya cowo itu.

"Oh ayolah! Emangnya perlu ngangkat telpon saat nge-date begini?" Tanyaku.

"Serius nih? Kamu setuju nge-date bareng aku?" Tanya cowo itu.

"Yang nge-date kan kamu sama Lulu. Aku sih cuma pesan makan siang lalu ngurusin kerjaan." Ucapku.

"Lah? Tapi kan aku maunya sama kamu." Ucap cowo itu.

"Lupakan saja! Urus sana cewe Lo baik2!" Ucapku.

"Cewe mana? Lulu maksudnya?" Tanya cowo itu.

BERSAMBUNG

Coba Aja Dulu

Benar.

Ini bukanlah kisahku, tapi kisah Lulu.

Lulu yang mencintainya, bukan aku.

Masih ada hal yang lebih penting lagi daripada cinta2an!

Aku tak boleh terganggu apapun!

"Kak! Opa udah naik kereta." Ucap mama.

Begitu ya?

Paling2 opa bakal pulang lebih lama lagi.

Itu artinya, aku tak akan diberi uang jajan akhir2 ini.

Tapi tak apa.

Ini kesempatanku ngehasilin uang sendiri kan?

"Siapin uang 100K buat setor tunai ya?" Tanya papa.

Jika bisa jujur pada perasaanku, aku tak yakin apakah bisa nge-cover semua ini.

Nyiapin dana darurat.

Nyiapin uang cadangan buat ngekos.

Sisihin kalo mama minta setoran.

Belum lagi kebutuhan sekolah.

Sial!

Jadi gini ya memasuki masa dewasa?

Bahkan saking menyedihkannya, aku harus nahan nafsu biar nggak jajan supaya tetep bisa nabung rutin.

Minggu depan bakal ujian kenaikan kelas.

Aku pun harus ikut ujian kenaikan sabuk.

Ini melelahkan!

Tapi aku harus kuat kan?

Iya.

Aku harus kuat!

Memangnya siapa lagi yang mau berjuang untukku kalau bukan diriku sendiri?

"Ada apa dengan kakak? Kudengar kakak nggak lulus seleksi. Ini pasti nggak bener kan?" Tanya adik kelasku.

"Oh ya? Aku nggak tau infonya kalo bukan dari kamu. Makasih ya." Ucapku.

"Kok makasih? Guru kita juga tau siapa yang paling rajin ngerjain tugas dan hadir saat sesi kelas. Kenapa orang lain yang kepilih? Bukan kakak?" Tanya adik kelasku.

Aku hanya tersenyum.

Sudah jelas bukan jawabannya?

Adik ini masih terlalu polos ternyata!

Yeah...

Meski begitu, dengan mereka menyingkirkanku dengan cara ini, bukankah ini justru memudahkan kerjaanku?

Ya iyalah!

Aku bahkan tak perlu berurusan dengan pak tua itu!

Melihat mukanya hanya akan mengingatkanku pada segala kesalahanku di masa lalu!

Cih!

Ini menjengkelkan!

Aku pulang ke rumah dengan wajah kusut.

Memang menyakitkan rasanya ditolak, tapi beginilah hidup.

Terkadang harus ditolak dulu, baru mendapatkan yang terbaik.

Aku jadi teringat nasihat guruku.

"Tuhan tau apa yang terbaik bagi hambanya! Jangan pula kamu mendikte Tuhan pengen ini itu! Kalo kamu nggak dikasih apa yang kamu minta, Tuhan pasti memberikan yang lebih baik dari permintaanmu itu!" Ucap guruku.

Ha!

Sial!

Padahal selama ini aku mengira Tuhan ingin hidupku menderita, tapi apa nyatanya?

Aku terlalu berburuk sangka padanya!

Padahal kan aku lahir ke dunia ini juga berkat Tuhanku!

Masa sih aku nggak tau diri begini?

Memalukan saja!

Jadi?

Apa yang harus kulakukan?

Aku cuma bisa menangis tak kuat menahan rasa sakit.

Hati ini panas.

Hati ini begitu lelah berjuang.

Makan pun tak nafsu.

"Berhentilah cengeng! Masa gitu aja cengeng? Oh ayolah! Cewe nggak boleh cengeng! Kalo Lo cengeng, apa bedanya Lo sama cewe2 di luar sana? Mau nangis darah pun, emangnya semuanya akan berubah? Kalo Lo kelamaan nangis, ntar susah ngeliat loh! Cepatlah sadar! Lo emang gagal saat ini, tapi bukan berarti kedepannya Lo gagal terus kan? Hidup Lo masih harus berjalan! Lo masih nggak boleh berhenti cuma karna hal konyol beginian!" Batinku.

Hanya inilah caraku menguatkan diri.

Aku butuh menangis sepuasnya baru bisa bangkit.

Aku butuh marah2 kayak orang gila dulu, baru deh timbul dendam kesumat yang membuatku makin tahan banting.

Terkadang aku penasaran kenapa ada jiwa2 yang saling bertolak belakang di dalam tubuhku ini.

Saat aku melihat ke cermin...

Sosokku yang pemarah sangatlah menakutkan, tapi aku bisa berteman baik dengannya.

Sosokku yang pesimis sangatlah menjijikkan!

Aku pun benci ketika sosok ini muncul.

Itu hanya akan terlihat seperti pecundang yang penakut di mataku!

Aku ketiduran.

Gara2 kecapean nangis, aku ketiduran di sofa.

Mataku sembab dan makin sipit.

Yeah terserah lah.

Toh emangnya siapa yang peduli?

Kayak ada aja yang peduli sama aku yang cupu begini?

Hari ini aku les.

Di tempat les, banyak anak ambis dan beruntungnya, aku ketularan semangat mereka!

Aku jadi sadar.

Ini bukanlah akhir dari segalanya.

Aku masih bisa coba lagi!

Mungkin aku nggak ahli coding, tapi bukan berarti aku nggak jago di segala bidang!

Suatu hari nanti, aku pasti menemukan bidang yang membuat jiwaku bergairah!

Di saat itulah aku harus pastiin aku ahli di bidangku!

Huh!

Liat aja!

Aku pasti bersinar terang dengan versi terbaikku kok!

"DRT!"

"DRT! DRT!"

"Oi, Pina! Lo dah jawab nomor 23 belom? P! P! Read dong chat-an gw!" Bunyi notifikasi.

"Dih! Pina mah sok ngartis lagi. Sebel gw!" Bunyi notifikasi lainnya.

Hoam!

Membosankan!

Apa tak ada yang seru selain minta contekan?

Bahkan aku pun tak sudi lama2 ngerjain soal2 yang bikin pusing kepala begini!

Mendingan aku main game atau gak... scrolling medsos!

"JRENG!"

Kalo dirata2in, dapetnya 92,5 untuk semester ini.

Ada kenaikan dikit sih, tapi ini masih bukan apa2.

Tak ada yang perlu dibanggakan!

Bersikaplah seperti biasanya!

Lagipula ini hanya sebatas kertas doang kok!

Cuma kepake kalo daftar kuliah aja, nggak nyampe harus ngelampirin sepenuhnya di resume kan?

Kayak bakal dibaca aja sama HRD nya!

Paling cuma diliat IPK nya aja, nggak sedetail itu!

Toh udah pinter2 kalo pada akhirnya jadi pengangguran juga percuma!

"Apa kata gurunya?" Tanyaku.

"To the points. Baguslah! Nggak banyak bacot gurunya! Pusing juga gw dengernya!" Ucap mama.

"Udah di-fotocopy semuanya?" Tanyaku.

"Udah. Ntar sore, minta tanda tangan papa sana!" Ucap mama.

"Ya."

"Besok pagi siap2! Kita mau ke dokter! Udah waktunya pasang behel!" Ucap mama.

"Masih ada waktu 2 minggu sebelum ujian kenaikan sabuk. Kalo bisa secepatnya pasang behel! Biar bisa makan lagi tanpa rasa sakit!" Ucapku.

Ah!

Jangan salah paham!

Awalnya aku pun nggak suka sama pilihan ini.

Tapi aku teringat apa yang membuatku kuat hingga hari ini, yaitu hasrat akan balas dendam!

Aku sempat berniat bunuh diri 3 tahun yang lalu.

Jika bukan keparat2 itu meragukan kemampuanku, terus2an menghina, dan berusaha menjatuhkanku, mungkin aku tak akan hidup sampai sekarang!

Selain itu...

Alasan kenapa jiwa pesimisku tetap ada di tubuh ini ya karna aku tuh insecure.

Kata tante, aku tuh item manis.

Sayangnya, mana ada cowo yang suka sama cewe item, jelek, kere, gembel, dan miskin ini?

Meski berapa kalipun aku tersenyum riang di depan cermin dan mencintai diri ini, tetap saja aku kalah telak menghadapi cewe2 berkulit putih!

Tanpa susah payah tebar pesona pun, pasti ada aja cowo yang jatuh cinta!

Tapi tak apa!

Aku yang sekarang masih item dan jelek.

Aku yang sekarang masih gembel, kere, dan miskin.

Jika aku bisa ngehasilin banyak cuan dan gandain kekayaan, bukankah aku bisa lebih mudah beli skincare dan segala produk kecantikan apalagi ikut program perawatan tubuh?

Benar!

Aku hanya perlu banyak duit aja kan?

Jelek2 gini yang penting dompet harus tebal!

Dengan begitu, aku sebagai cewe nggak perlu bergantung sama cowo manapun!

Woahahaha!

Senangnya~

BERSAMBUNG

Jatah Gagal

"Bajingan! Sakit banget!" Batinku.

Biasanya jika aku benar2 kesal, aku pasti menggertakkan gigi.

Tapi kali ini nggak bisa!

Behel sialan ini begitu menyiksa!

Aku bahkan susah makan!

Masa makan bubur terus tiap hari?

Enak sih rasa masakan emak gw, tapi kan warnanya itu loh!

Masa kayak tai begini?

Gw yang ngeliat pun mau muntah jadinya!

Terus gw makan apa?

Gw nggak bisa makan apa2 selain bubur!

Hiks!

Se-menyedihkan inikah hidup gw?

Liat aja!

Aku pasti makan enak2 begitu rasa sakit ini benar2 hilang!

Selama itulah aku harus pikirin gimana caranya bisa bener2 hasilin cuan!

Soalnya kalo ngandelin nabung doang, itu bakal membutuhkan waktu yang tak sedikit!

Aku butuh uang banyak dan wujudin targetku sebelum hari kematianku!

Jangan nyampe pas mati masih gembel begini tanpa ninggalin warisan apa2!

Aku masih bersikukuh gimana caranya ngehasilin cuan meski masih pelajar.

Meski begitu, hari ujian kenaikan sabuk semakin dekat.

Ya mau nggak mau aku harus menunda rencana itu dan fokus pada ujian bukan?

Jangan nyampe udah susah payah latihan gila2an berbulan2 malah harus ngulang lagi di tahun depan!

Hamparan rumput membentang luas.

Banyak jajanan di tepi lapangan.

Pagi2 aku datang saja sudah berharap bisa makan sebungkus nasi uduk.

Andai saja aku bawa uang lebih di kondisi ini!

Pasti aku tak akan gigit jari bukan?

"Oi! Liat geh kakek tua itu! Keliatannya killer tau! Gw berharap nggak diawasi dia!" Ucapku.

"Mana? Yang mana?" Tanya si kacamata.

"Ih! Itu loh! Yang pake baju nyentrik itu! Vibes nya serem sih! Jadi gw mikir kalo dia tuh pengawas killer." Ucapku.

"Aih! Ada2 aja Lo ini! Doa yok! Semoga kita berenam bisa lulus bareng2 biar bisa foto jedag-jedug!" Ucap si kacamata.

"Banyak bener mau Lo!" Ucapku.

"Yodah. Berarti Lo gak diajak foto ya?" Tanya si kacamata.

"Serah Lo dah." Ucapku.

Padahal kami udah siap dari pagi2 buta.

Yeah meski ada yang ngaret juga datengnya, tapi kami bisa ngumpul bareng.

Itu aja udah membuatku senangnya minta ampun!

Bagian paling seru tuh pas ngambil nomor ujian!

Haha!

Kayak bagi2 sembako tau!

"Sumpah dah! Panjang banget bacotannya? Panas pula lagi lah! Tau gitu gw bawa payung!" Ucapku.

"Lo gila ya? Disita ntar payung Lo!" Ucap si jangkung.

"Bodo amat. Coba Lo hadap sana! Gw mau nyender sekalian tidur juga." Ucapku.

Ya.

Aku memang benci jadi cewe yang menye2, makanya aku cuma bisa pinjam punggung temanku ini.

Mumpung sama2 cewe, nggak ada masalah kan?

Toh dia cuma beda setahun lebih tua doang kok!

"Gw khawatir sun screen gw luntur. Udah item nambah item pula!" Ucapku.

"Ya gpp lah. Yang penting kita lulus, dapet sertifikat, terus pake sabuk baru kan?" Tanya si bibir jontor.

"Iya sih..."

Kalo dipikir2...

Katanya teman tuh menentukan siapa diri kita.

Makin kesini, entah kenapa aku jadi lebih sering ngeluh ya?

Apa aku yang terlalu sensi ya?

Kayaknya nggak separah itu deh?

Tau ah!

Aku pusing memikirkannya!

"Eh? Dia nggak ngeliat gw tidur kan?" Batinku.

Aku deg2an.

Pengawas sepertinya melihatku memejamkan mata saat di sela2 sesi sit-up.

Nggak masalah kan?

Soalnya pengawasnya cuma ngeliat bentar langsung pergi entah kemana.

Aku ragu kalo dia pengawas bagian kami.

"476!"

"Kamu nomor berapa?" Tanya pengawas.

"452."

Hiks!

Dia manggil anak itu buat apaan?

Dia catet nomor2 peserta, bukan untuk kandidat yang pantas disingkirin kan?

Kenapa vibes pengawasnya pada serem2 sih?

Mana ini pertama kalinya ujian di luar kota lagi lah!

Aku takut!

"Kalian boleh istirahat!" Ucap pengawas.

Horey!

Bisa makan, bisa minum, bisa jajan.

Senangnya aku~

Oiya!

Aku kan harus pake balsem habis makan kan?

Ntar kalo pingsan gawat juga gw!

Aku melihat senior2 sibuk jualan sabuk baru.

Padahal sekolah nggak begitu ngasah keterampilan segitunya.

Gara2 event beginian, mereka bisa manfaatin kesempatan buat ngembangin diri, dapetin cuan, dan tuntasin misi ya?

Harus kuakui, keren juga mereka!

"Drone! Oi sumpit! Drone tuh! Ayok gaya dulu kita!" Ucap si bocil.

"Ogah."

"Kyaaa! Drone!" Teriak si gembul.

"Napa teriak2 di kuping gw sih?" Tanyaku.

Jika bisa jujur pada perasaanku, aku juga kagum ngeliat drone canggih begitu.

Bisa memantau keadaan dari jauh tanpa harus turun tangan.

Andai aku bisa punya uang banyak!

Mungkin suatu hari aku bisa beli drone dengan uangku sendiri!

Ya siapa tau?

Nungguin pengumuman tuh lama banget!

Untung aja kamu berenam lulus semua!

Hiks!

Ini benar2 mengharukan!

Gimana nggak mengharukan coba?

Kami berenam tumbuh besar dan berjuang bareng selama ini.

Persaingan?

Apa2an persaingan itu?

Sekalipun ada persaingan di antara kami, aku nggak masalah kalo harus mengalah sesekali.

Ngalah untuk beginian sih nggak apa lah ya?

Yang penting kan kasusnya bukan ngewujudin target gw.

"Rekor! Kita lulus!" Teriak si kacamata.

Iya.

Memang benar kami semua lulusnya berbarengan.

Tapi ini masih belum cukup.

Masih ada yang lebih besar dari sebatas ujian begini doang!

Aku harus ngelamar kerjaan secepatnya!

Sebelum benar2 terjun, aku membaca begitu banyak tips & trick dari platform2 medsos yang bertebaran.

Percobaan 1-9: Gagal

Percobaan 10: Gak dikasih kepastian

Percobaan 11-21: Gagal

Percobaan 22-25: Dipanggil wawancara, eh ditolak semua

Percobaan 26-42: Gagal

Percobaan 43-49: Dipanggil wawancara, dapet 4 doang

Terkadang semua ini begitu miris bagiku.

Aku susah payah rela ngelamar kerjaan, ditolak, gak memenuhi syarat, skill nggak mumpuni, pengalaman masih cetek, di-ghosting saat temen2 sepantaranku masih asyik dengan masa mudanya.

Tapi aku sadar.

Aku tidaklah sendirian.

Masih ada anak2 seumuran denganku yang memilih kerja meski hanya sampingan.

"Nak, kamu jadi lebih sering keluar rumah dan pulang kesorean." Ucap papa.

"Nih."

Aku menyodorkan hasil kinerjaku.

Semua riset yang aku temukan di lapangan dan segala target yang berhasil aku capai sejauh ini.

Kutunjukkan pada papa sejelas2nya.

"Kamu diterima kerja?" Tanya papa.

"Ya."

"Di 4 tempat?" Tanya papa.

"Ya."

"Baguslah karena kamu nggak nongkrong2 sana-sini!" Ucap papa.

"Ya iyalah. Masa anak papa temenan sama anak yang nggak bener? Ntar ketularan, susah perbaikinya!" Ucapku.

"Nah itu tau." Ucap papa.

"Mba nggak peduli. Cepat atau lambat, mama bakal tau kalo mba udah kerja. Dia pasti akan mulai berharap dapet uang bulanan dari anaknya. Mama lah ditanya! Bener kata papa. Dia mah orangnya nggak mau rugi sedikitpun!" Ucapku.

"Betul tuh!"

"Mba nggak janji, tapi mba bakal usahain kalo dapet gaji, mba sisihin sebagian terus ditransfer ke papa. Terserah mau dipake mama apa adek!" Ucapku.

BERSAMBUNG

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!