Chapter 15

Setelah berpelukan, Rudi menoleh melihat Santi yang juga menangis sambil tersenyum getir, dia juga menoleh melihat Rina, Meli dan Sari yang juga tersenyum,

“Trus si Lisna gimana kabarnya ?” tanya Rudi.

“Semenjak itu dia menghindar dari kita bedua,” jawab Santi.

“Dia ngerasa ga enak karena dia yang ngajak Eko, aku denger dia ngomong ama Rahman di kelas sambil nangis, trus sejak itu dia ga pernah dateng ke kampus lagi,” tambah Farah.

“Gila bener, kacau bener si Doni,” ujar Rudi geram.

“Kak...”

Rina memberi kode kalau ada Meli di sebelahnya pada Rudi dan mencegah Rudi supaya tidak meneruskan umpatannya.

“Sori Mel,” ujar Rudi.

“Ga apa apa kak,” balas Meli.

“Oh lo adenya si Doni, kemana abang lo ? malem malem nongkrong di depan rumah gue udah kayak jagoan, beraninya ama cewe, kalo ga di cegah kak Farah udah abis tuh orang,” ujar Arya geram.

“Rya..udah, dia kaga salah, bukan berarti gara gara dia ade si Doni trus lo lampiasin ke dia, lo juga tau gue kan Rya, lo tau kalo gue marah kayak apa kan, lo ama gue satu almamater,” ujar Rudi.

“Iya kak, sori kak, (menoleh melihat Meli) sori yeh,” ujar Arya kepada Rudi dan Meli.

“Iye, ga apa apa,” balas Meli.

Tiba tiba seorang polisi menghampiri semuanya, dia mengatakan waktunya sudah habis dari tadi karena seharusnya hanya 15 menit. Akhirnya mereka pamit kepada Rudi, Farah dan Rina berpelukan dengan Rudi sebelum pergi. Setelah semua pergi, Rudi kembali duduk bersila di atas tikar, hatinya benar benar panas dan dia ingin sekali keluar dari penjara secepatnya untuk mencari Eko si biang masalah.

“Oi Neos, bisa ga lo keluarin gue sekarang ?” tanya Rudi di kepalanya.

[Harap bersabar, sebentar lagi selesai.]

“Aaaaah paling ga bikin gue pingsan kek, mending gue bunuh bunuh apa gitu di dalem mimpi,” ujar Rudi.

[Affirmative]

Tiba tiba kepala Rudi menjadi pusing dan dia membaringkan dirinya di atas tikar bersiap siap memasuki dunia mimpi buruknya.

******

Rudi terbangun, dia melihat dirinya berada di kantor Neos yang hancur lebur, kantor sewaktu tutorial. Dia berdiri dan melihat Neos sedang bermain main dengan seorang anak kecil perempuan berwajah tengkorak dengan rambut panjang di kepang satu.

“Lah anak siapa itu ?” tanya Rudi heran.

“Ah kenalkan dia Nara, anakku,” jawab Neos.

“Hah...lo punya anak ?” tanya Rudi.

“Baru saja aku punya anak,” jawab Neos.

“Maksud lo ?” tanya Rudi.

“Dia anak yang ada di kandungan Farah, aku mengambilnya kemudian mengangkatnya menjadi anakku,” jawab Neos.

“Hah apa ? lo gila ya ? lo bunuh anak Farah ?” tanya Rudi.

“Bunuh ? dia ku angkat menjadi anakku sebab kalau tidak ini yang akan terjadi,” jawab Neos.

“Blung,” sebuah layar hologram keluar menampilkan cuplikan seorang anak gadis berusia 10 tahun yang sedang duduk sendirian di meja makan sebuah rumah gubuk yang sangat jorok dan memakai seragam sd yang lusuh, dia merayakan ulang tahun memakai roti yang dia beli di warung dan di beri lilin putih untuk menerangi rumah kalau mati lampu, anak itu meniup lilinnya dengan wajah yang sedih dan menangis. Anak itu di telantarkan oleh ayahnya yang pergi entah kemana dan ibunya meninggal ketika melahirkan karena pendarahan. Rudi yang melihatnya langsung trenyuh, selain itu dia tahu kalau Farah akan meninggal karena melahirkan.

“Gila bener si Doni, dia nelantarin anaknya,” gumam Rudi sambil menggenggam pisau di tangannya dengan kuat.

“Itulah sebabnya aku mengambilnya dan mengasuhnya di sini sebagai anakku, benar tidak Nara,” ujar Neos.

Gadis perempuan berwajah tengkorak itu mengangguk dan terlihat senang sambil menggoyang goyangkan kedua tangannya yang di pegang oleh Neos.

“Saat itu, Doni tidak memiliki pekerjaan dan tidak sanggup mengurus anaknya, dia memilih pergi menelantarkan anaknya, jadi biarkan Nara di sini bersamaku, aku akan menjamin dia sampai dia di lahirkan kembali nanti,” ujar Neos.

“Gue mengerti, tolong rawat dia Neos, trus kok gue di sini ? kenapa ga tugas ?” balas Rudi.

“Seperti yang ku katakan sebelumnya, hari ini libur, besok baru bertugas, lagipula tugas baru yang baru di input, belum bisa di lakukan karena tingkat kesulitannya agak tinggi, kamu harus berevolusi dengan menjalankan tugas rutin, bersabar saja semua pasti akan beres,” ujar Neos.

“Tapi kenapa gue di bawa kesini ?” tanya Rudi.

“Ah, bukannya tadi kamu minta supaya di buat pingsan dan pergi ke dunia mimpi ?” tanya Neos.

“Alah...kan gue bilang gue mau bunuh bunuh melampiaskan kesal,” jawab Rudi.

“Apa sekarang masih kesal ?” tanya Neos.

“Nggg...ga juga sih, lo kenalin gue ama Nara, jadi emosi gue rada turun, bener ga Nara,” ujar Rudi sambil mengelus kepala Nara.

Nara menoleh dan melihat Rudi kemudian mengangguk, wajahnya terlihat tersenyum walau terngkorak dan sedikit mengerikan.

“Tapi berarti janin di perut Farah....dia keguguran dong,” ujar Rudi.

“Tidak, kalau keguguran janin itu akan mati, seperti yang ku bilang, aku mengambilnya, dia hidup, tapi di sini sampai dia di lahirkan lagi nanti,” ujar Neos.

“Au ah, gue mabok denger omongan lo, dah maen ajalah ama Nara,” ujar Rudi.

Akhirnya mereka bermain main bersama, Rudi yang awalnya beremosi tinggi sekarang terlihat menikmati bermain bersama Nara walau tempatnya mengerikan.

*****

Sementara itu, di luar polsek, ketika sedang menunggu taksi online tiba, Farah termenung, dia memegang perutnya dengan wajah bingung, Rina yang berdiri di sebelahnya melihat Farah,

“Kenapa kak ?” tanya Rina.

“Aneh...kok rasanya lain ya, susah sih jelasinnya,” ujar Farah sambil mengusap ngusap perutnya.

“Lah kok ? sakit ga kak ?” tanya Rina.

“Ga terasa apa apa, tapi justru itu jadi aneh...kenapa aku merasa aku tidak hamil ya ?” tanya Farah bingung.

“Yang bener lo Far,” celetuk Santi.

“Um...gue ke toilet bentar ya, ntar kalau mobilnya dateng lo duluan aja, gue ama Arya aja,” ujar Farah.

“Loh aku mau ke tempat temen kak,” ujar Arya.

“Udah kamu temenin aku dulu sebentar, abis itu kamu jalan lagi, ya ?” ujar Farah.

“Ya udahlah, sono cepetan ke toilet,” balas Arya.

Farah kembali masuk ke polsek dan mengatakan meminjam toilet sebentar kepada polisi yang berjaga di meja depan. Ketika sudah di toilet, Farah langsung memeriksa bagian bawahnya, tiba tiba dia menutup mulutnya dengan tangan dan air matanya mengalir deras, dia langsung berlari keluar dari kamar mandi setelah merapihkan celananya. Setelah di luar dia langsung menghampiri Santi yang belum pergi dan masih menunggu taksi online bersama yang lain, dia langsung mendekatkan wajahnya ke telinga Santi dan berbisik, wajah Santi langsung berubah,

“Hah lo jadi pe....”

“Ssssst, jangan keras keras,” ujar Farah sambil menutup mulut Santi.

Santi melepaskan tangan Farah, kemudian dia menarik Farah sedikit menjauh dan berbisik di telinganya,

“Lo perawan lagi ? serius lo ?” tanya Santi.

“Iya, barusan gue cek, pantes gue ngerasa kok kayaknya gue ga hamil dan perut gue rasanya kosong, ga kayak kemaren kemaren,” jawab Farah.

“Kok bisa ? gimana caranya?” tanya Santi.

“Gue juga ga tau, ini keajaiban San, gue bersyukur banget San, hik...hik...gue pulih San....hik....” ujar Farah menangis.

Keduanya langsung berpelukan dan saling mendekap. Rina, Meli, Sari dan Arya melihat dari kejauhan, Rina menoleh melihat ke arah polsek kemudian menoleh lagi melihat Farah yang sedang berpelukan dengan Santi, dia meletakkan tangannya di dagu dan dahinya sedikit mengerut.

Terpopuler

Comments

miyamura kun~

miyamura kun~

hmmm

2024-03-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!