3. Felicia Anastasya.

Marcus perlahan mencoba bangkit dari berbaringnya, hidungnya terasa sakit sekali, mencium aroma bau busuk yang menyengat tersebut.

Mendadak tubuh Marcus kembali ambruk, dan kembali terbaring.

Ternyata tubuhnya belum benar-benar pulih, dadanya terasa kembali sakit lagi.

"Tuan, anda baik-baik saja kan? apakah anda tidak bisa bernafas?" tanya wanita itu dengan nada yang begitu khawatir.

Wajah wanita itu kembali mendekat ke wajah Marcus, tangannya meraih kalung yang melingkar di leher Marcus.

"Mau apa kamu?" sentak Marcus, reflek memegang tangan wanita itu.

Kalung yang selalu di pakai Marcus, adalah kalung peninggalan Kakek, dari pihak Ibunya.

Sebelum Kakeknya meninggal, kalung itu di berikan kepadanya sebagai warisan yang harus di jaga Marcus, walau apapun yang terjadi.

Sepotong kalung giok yang memiliki pasangan, peninggalan leluhur dari Kakeknya, yang sampai saat ini, Marcus belum menemukan pasangan dari giok miliknya tersebut.

Apa bila ia menemukan pasangan dari giok itu, dan menyatukannya, kalung itu akan menunjukkan kekuatannya, dan ia akan mendapat kekuatan dari kalung tersebut.

"Saya akan membantu anda kembali pulih, Tuan!" ujar wanita itu.

Perasaan familiar akan suara wanita itu, Marcus akhirnya mengingat siapa wanita itu.

Wanita itu, Asisten pribadi Ibunya, gadis muda yang di angkat Ibunya menjadi orang kepercayaan Ibunya.

"Felicia..Felicia Anastasya!" gumam Marcus tanpa sadar.

Sekarang ia mengenali wanita itu, karena tidak memiliki keluarga lagi, Ibunya memberikan Felicia nama belakang Ibunya, Anastasya, pada nama Felicia.

"Akhirnya anda mengenali saya, Tuan!" ucap Felicia menangis dengan sedihnya.

"Maafkan aku Felicia!" ucap Marcus.

Karena hasutan tunangannya, Marcus dengan kejam mengusir Felicia dari Mansion Norton.

Marcus memejamkan matanya, mencoba menenangkan perasaannya, mengingat cara ia mengusir Felicia untuk pergi dari keluarganya.

Marcus memerintahkan anak buahnya menyiksa Felicia terlebih dahulu, setelah itu menyeretnya keluar dari Mansion.

Dia memang seorang pecundang, yang hanya mendengarkan apa yang di katakan tunangannya.

Sedikitpun, ia tidak ingin mendengarkan penjelasan Felicia saat itu.

Sehingga ia dan Ibunya bertengkar hebat, karena mengusir Asisten pribadi Ibunya itu.

"Maafkan aku!" gumam Marcus lagi, dadanya terasa semakin sakit lagi, dan tubuhnya kembali merasakan sakit yang luar biasa.

Marcus mendadak merasakan sulit untuk bernafas, dengan cepat tangan Felicia mengambil sesuatu dari lehernya.

Ternyata sebuah kalung juga.

Felicia menyatukan kalung Marcus dengan kalung miliknya, setelah itu Felicia mendekatkan wajahnya pada wajah Marcus.

Felicia menempelkan bibirnya pada bibir Marcus, lalu membuka mu-lut Marcus.

Dan Felicia meniupkan nafasnya ke dalam mu-lut Marcus.

Sekarang Marcus tahu, benda lembab yang tadi ia rasakan, adalah bibir Felicia.

Tiba-tiba seberkas cahaya, keluar dari kalung yang di satukan Felicia.

Mata Marcus terbelalak, tidak mempercayai apa yang dialaminya saat ini.

Ternyata selama ini, Felicia sudah mengetahui sesuatu, tentang kalung yang di pakainya.

Dia benar-benar bodoh sekali, telah tertipu dengan perkataan manis tunangannya selama ini.

Felicia memiliki potongan kalung yang sama dengan dirinya, berarti Felicia lah jodohnya yang sebenarnya.

Tangan Marcus menarik tengkuk Felicia, memperdalam ciumannya pada bibir Felicia.

Krrrt!!

Bum!!

Cahaya yang semakin besar, dan seperti mercusuar keluar dari kalung yang di satukan Felicia, dan membumbung tinggi ke langit.

Tubuh mereka berdua di selimuti cahaya yang begitu menyilaukan, dan mengangkat tubuh mereka berdua ke udara beberapa inci dari tanah.

Marcus merasakan tubuhnya begitu bugar, dan merasakan tubuhnya begitu sangat ringan.

Tempat limbah manusia tidak di kenal itu, terlihat sangat terang sekali, oleh cahaya dari tubuh mereka berdua.

Marcus melepaskan ciumannya, karena merasa tubuhnya benar-benar tidak merasakan sakit lagi.

Marcus merasakan tulang-tulangnya yang patah, kembali lagi ke semula.

Perlahan tubuh mereka berdua turun ke bumi, dan dengan lembut kaki mereka menyentuh tanah.

Felicia mengalungkan kalung giok, yang sudah menyatu itu ke leher Marcus.

Kembali cahaya keluar dari giok tersebut, dan meresap masuk ke tubuh Marcus.

Membuat tubuh Marcus sesaat bergetar, oleh cahaya yang merayap memasuki tubuhnya.

Beberapa detik kemudian, Marcus merasakan, kalau matanya bisa melihat benda yang cukup jauh, di depannya dengan jelas.

Marcus mengangkat tangannya, tanpa sadar ia mengepalkan tangannya dengan erat.

Bum!

Seberkas cahaya keluar dari kepalan tangannya, dan dengan iseng Marcus melayangkan tinjunya ke depan.

Bum!

Cahaya itu melayang dengan cepat menghantam pohon, yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri, dan menghanguskan pohon tersebut.

"Tuan, akhirnya anda memiliki kekuatan, sekarang anda bukan lagi seorang pecundang yang di remehkan banyak orang!" ujar Felicia tersenyum senang.

Marcus juga tersenyum, akhirnya dia bisa membalaskan dendamnya.

Bersambung.....

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***