Angel Like You
Januari 2015, tahun dimana kehidupan seseorang mulai menjadi neraka.
"cepat masuk!!" Rambutnya di Jambak dan di paksa masuk kedalam tempat karaoke.
"Tidak mau, lepaskan, aku tidak mau!!" Dia di lempar sampai membentur meja dan langsung merangkak sambil memohon untuk tidak di tinggalkan.
"Jalang Sialan, sudah gue bilang kalau tugas Lo itu disini." Dia menamparnya sampai pipinya memerah lagi.
"Oke cukup, biar kita yang mengambil alih dari sini." Ucap lelaki yang menahan tangannya dan menyeret gadis berkacamata itu.
"ARGHHHH, TIDAK MAU, aku mohon jangan lakukan ini lagi." Dia memohon sambil menggosok kedua tangannya dan berlutut kepada mereka semua.
Baju yang sudah berantakan, kancing baju yang sudah terbuka dan rambut yang acak-acakan, wajahnya basah dengan air mata dan sudut bibirnya yang sobek.
"Lakukan dengan benar, jangan sampai dia tersedak air kotor mu seperti kemarin malam." Tunjuk wanita itu yang sama-sama memakai seragam sekolah lalu pergi menutup pintu karaoke.
"TIDAK, TIDAK MAU, ARGHHHH...." dia di tinggalkan dengan lelaki yang berjumlah 5 orang, kemarin hanya satu atau dua dan tiga, setiap harinya mereka selalu bergiliran dan bertambah.
"Anya, Anya." Bisik mereka.
"Anya leher mu____"
September 2020
"ANYA BANGUN!!!" Teriak seseorang dan dia langsung membuka matanya dan lari tanpa melihat ke bawah sampai dia terjatuh karena pusing.
Dia mempunyai darah renda, karena tidak ada jeda saat bangun dia langsung ambruk di lantai karena kepalanya sangat pusing dan pandangannya sangat gelap, butuh beberapa detik untuk penglihatan nya kembali.
"Kakak gak papa?? Makannya jangan tiba-tiba bangun." Ucapnya membantu seseorang yang dia panggil kakak.
"Sekolah mu gimana??" Tanyanya duduk di meja makan.
"Kak Lena, kamu pikir aku siapa??" Ucapnya dengan santai.
"Jangan sampai bajingan itu lepas, atau aku akan membunuh mu." Ucap seseorang yang di panggil Lena.
Dia bersiap-siap untuk pergi ke suatu tempat dan ternyata itu adalah tempat museum lukisan yang sering di pamerkan setiap bulan.
Perusahaan ini memamerkan lukisan yang unik dan menarik, hanya beberapa orang yang bisa membeli lukisannya, tidak sembarangan orang bisa membelinya.
"Quin....." gumamnya melihat lukisan yang di pajang di dinding, lukisan yang sering membuat hati gadis itu seakan hancur, dia melihat lukisan ini seperti kekosongan dirinya, lukisan tanpa emosi.
Seorang staf melihat anak itu seperti sedang tertarik dengan lukisannya, dia datang menemuinya, tapi anak gadis itu malah berbicara duluan.
"Hallo kak, saya mau bertemu dengan orang yang melukis ini, ahhh, atau bilang saja saya mau membeli lukisannya, tolong kirimkan ke alamat ini kalau dia mengijinkan." Ucap Anya.
Anya memberikan alamat beserta kertas yang ternyata itu cek uang sebesar 1 miliar yang membuat staffnya terdiam lalu dia berlari ke arah boss nya berada.
Mereka melihat kepergian Anya dan hanya terdiam lalu pergi tanpa bertanya untuk apa uang itu, dan kenapa dia menginginkan lukisan itu sampai membelinya dengan harga yang tidak masuk akal.
Satu Minggu setelah kenaikan kelas, Anya sedang berdandan di depan cerminnya dan merapihkan dasinya serta rok abu yang pendek dan baju putih yang ketat, dia seperti bukan anak siswi biasa, seperti tuan putri yang akan sekolah dengan popularitas yang tinggi.
"Anak-anak tolong jangan berisik, hari ini kita kedatangan murid baru." Ucap pak guru Adam wali kelas mereka.
"Hah? Bukannya kelas 3 tidak bisa pindah??"
"Idiot, ini sekolah yang isinya orang kaya, yang miskin yang gak bisa masuk ke sekolah ini." Ucap salah satu yang berambut pendek.
"Iya ya, tahun kemarin juga ada yang pindah, padahal 2 Minggu lagi Ujian Nasional."
"Lo pikir kepala sekolah disini cuma mau menerima orang-orang berprestasi?? Mereka juga menginginkan uang, menjilatinya dan bersujud seperti pembantu." Ucap salah satu yang mulutnya sama sekali tidak bisa di jaga.
"Helena tolong tutup mulut teman kamu." Ucap pak Adam.
"Baik pak." Ucapnya lalu dia menampar temannya dengan santai.
Setelah itu tak lama anak baru itu masuk ke dalam kelas, penampilan yang berbeda dari mereka, rambut hitam yang mengkilat, mata coklat, kaki jenjang dan paras wajah yang cantik.
"Ayo perkenalkan diri kamu."
"Hallo, nama saya Anya, salam kenal semuanya." Senyumnya.
Kalau yang datang anak siswi miskin, penampilan culun dan burik, mereka pasti sudah menatapnya dengan tatapan jijik, tapi sebelum perkenalan mereka sedang menatapnya seakan-akan dia hanya wanita tercantik yang pernah mereka lihat.
"Anya sekarang kamu duduk di kursi samping jendela." Ucapnya.
"Baik pak, terimakasih."
Saat istirahat mereka langsung mengerubuninya dan memuji kecantikannya, dia seperti malaikat yang datang ke kelas mereka.
"Hai, nama gue Helena." Ucap seorang gadis dengan rok pendek dan rambut panjangnya yang berkilau.
"Gue Cristin." Dia memberikan tangannya dan mereka duduk berhadapan.
"Anya Lo tinggal dimana?? Kata pak Adam murid baru kita jago bahasa Inggris." Ucap salah satu laki-laki.
"Ahhh, dari kecil sampai SMP aku tinggal di Kanada, tapi mamah asli Jakarta jadi bisa bahasa Indonesia juga." Terus mereka berbisik-bisik karena ternyata orang yang masuk ke sekolah mereka beneran orang kaya.
"Hebat juga Lo, ini apa??" Tanya Cristin membuka lembar bukunya.
"Wah gila, ini pak Adam lagi ngajar?? Lo jago lukis?" Ucapnya membuat Anya tersipu malu.
"Mau main ke karaoke nanti malam gak??" Tanya Helena saat Cristin mencoba menanyakan lukisannya.
"Boleh ko." Ucap Anya.
"Tapi Lo traktir ya??" Bujuk Helena.
Terus Anya berpikir sebentar dan dia hanya mengangguk sambil tersenyum di depan mereka, mungkin kalau jadi anak baru dia harus mentraktir anak-anak supaya bisa lebih dekat.
Setelah pulang sekolah mereka tidak pulang ke rumah masing-masing, mereka malah pergi jalan-jalan ke dalam mall dan membeli beberapa baju.
"Bukannya kita mau ke tempat karaoke??" Tanya Anya.
"Bodoh, Cristin bakal traktir kita beli baju dulu habis itu baru main keliling kota." Ucap Rebecca teman Helena juga.
Anya melihat Cristin dan Helena yang melihat Anya merasa kebingungan mendekatinya lalu merangkulnya ke dalam ruang ganti pakaian.
"Tenang aja, Cristin anak baik, btw Anya??" Ucap Helena membuat dia deg degan.
"Apa?"
"Apa Lo gak tau siapa Cristin??" Tanyanya.
"Memang dia siapa??" Terus Helena menepuk jidatnya.
"Dia itu artis terkenal, sekarang dia sedang memainkan drama baru." Ucapnya membanggakan temannya sendiri.
"Wahh?? Jadi Cristin artis juga?? Kalau begitu aku mau nawarin dia jadi model ku untuk karya ku selanjutnya." Ucap Anya.
"Karya?? Maksudnya lukisan itu??" Tanya Helena.
"Iya, kenapa??" Sesaat Helena seperti berpikir dan menatapnya lagi seperti menggodanya.
"Gue juga calon artis, Cristin sudah memasukan lamaran dan gue lulus ujian, mereka juga menawarkan drama bagus." Bisik Helena.
"Keren, nanti aku akan meminta tandatangan mu." Ucap Anya dan mereka keluar setelah ganti baju.
Kota Jakarta Selatan yang di penuhi wangi makanan karena hari ini ada festival yang sangat meriah.
Mereka berjalan-jalan sambil bermain dan tertawa, kadang berfoto dan makan bersama.
"Bel?? Rokok gue mana??" Tanya Helena.
"Ada, Lo mau ngerokok disini??" Tanya bela teman mereka.
Di sana mereka jalan-jalan bersama Helena, Cristin, Rebecca dan bela, sangat ramai membuat Anya tersenyum ceria.
"Pernah merokok??" Tanya Helena menarik Anya ke tempat gang yang sepi.
"Belum pernah." Ucap Anya.
"Sini gue ajarin." Ucap Helena terus Anya menatap Cristin yang hanya diam sibuk dengan hp nya, mungkin dengan pacarnya.
"Uhuukkk uhukkk." Anya batuk sangat kencang dan mereka hanya tertawa.
"Lo Bener bener anak Soleh, hahahaha bukannya anak Kanada orangnya gak bener semua??" Tanya bela.
"TOLONG, ARGHHHH, TOLONG HIKS...." Seseorang berteriak sangat kencang dan ternyata itu seorang gadis dengan darah yang mengucur di dahinya.
"Tolong, tolong aku!!!" Dia memohon sambil bersujud untuk bersembunyi.
"Sembunyi di balik tong sampah itu." Ucap Helena dan dia menuruti perkataannya.
Tak lama datang 2 gadis SMA yang sama dengan seragam gadis yang berdarah sebelumnya.
"Heh jalang, kemana perginya bocah sialan itu??" Tanyanya kepada Rebecca.
"Tanya dia." Ucap Rebecca menunjuk Helena.
"Disana!!" Tunjuknya menunjuk tong sampah.
Suara tangisan itu langsung keluar saat gadis itu menyeretnya keluar dari sana.
"PEMBOHONG, KENAPA LO GAK BISA NOLONGIN GUE??" Teriak gadis itu.
"Bajingan sialan, Lo pikir gue siapa?? Malaikat?? Dari pada Lo besok mati di pukulin, gak ada salahnya kan mati sekarang." Ucap Helena sambil merokok.
Anya yang melihatnya mengepalkan lengannya, dia terluka parah di kepalanya, baju putih sekolahnya sudah bukan berwarna putih lagi, darah segar dan kotor membuat baju itu sudah tidak bisa di tebak lagi berwarna apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments