Nayanika (Mata Yang Indah Dan Memancarkan Daya Tarik)
Assalamu'alaikum semuanya.. perkenalkan nama aku Fatimah Azzahra, biasanya teman atau pun keluargaku memanggilku dengan sebutan Fatimah.
Tetapi? sebagian teman yang lainnya, mereka memanggilku dengan sebutan NAYANIKA.
Kata mereka, aku mempunyai mata yang indah. karena arti dari NAYANIKA adalah mata yang indah dan memancarkan daya tarik.
Itu menurut mereka tetapi? bukan menurutku. Menurutku, apa pun yang ada di dalam diri sendiri itu, syukurin apa adanya. Karna Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya.
Perlu kalian ingat satu hal, aku tidak suka melihat orang yang mengatakan kalau "PEREMPUAN ITU TIDAK BISA APA-APA,"
FLASHBACK..
Dulu aku mempunyai sebuah masalah yang sangat rumit di usia kecilku. Di mana semua anggota keluargaku berlomba-lomba untuk mendapatkan harta dan di situ lah awal dari kalimat itu.
Seseorang yang dengan entengnya mengucapkan perkataan itu dan membuat siapa saja yang mendengarnya merasa sakit hati sekaligus terkejut atas ucapannya.
"Perempuan itu tidak bisa apa-apa!!" Teriak seseorang itu marah dengan mata yang berkilat tajam.
Semua orang terkejut mendengar apa yang di katakan orang itu. Termasuk juga Ayah yang diam seribu bahasa sedangkan Mama? hanya diam. Aku bisa melihat kalau Mama menangis dalam diam.
Sedangkan aku? hanya mampu melihat dari balik tembok rumah itu. Aku hanya bisa berdo'a. Agar semuanya baik-baik saja.
Terlarut dalam pemikiranku sendiri, aku tidak menyadari bahwa ada temanku yang sedang menghampiriku...
"Assalamu'alaikum Fatimah, tumben sendirian aja. Yang lain pada kemana? dan kenapa loe menangis?" tanya Nila sambil menepuk keras bahuku dan di akhiri ekspresi bingung.
Aku pun terkejut, saat dia menepuk keras bahuku. Saat aku melihatnya kentara sekali ekpresinya itu dan aku pun tersadar bahwa aku sedang meneteskan air mata.
"Eh... Wa'alaikumussalam, yang lain masih ganti baju olahraga. Kamu tidak mengganti baju?" ujarku sambil mengusap air mata yang keluar tanpa izin.
"Gue? bentar lagi saja masih lama waktunya," ujar Nila enteng
"Terus, loe kenapa nangis?" Tanyanya menyelidik.
Sebenarnya dia tahu, kalau aku memiliki masa kecil yang kurang mengenakan. Dan biasanya aku menyebutnya dengan masa gelap untuk sebuah ungkapan kejadian yang pernah aku alami dulu.
Aku hanya diam, tanpa menjawab sedikitpun yang dia katakan.
Seakan tahu apa yang sedang menganggu pikiranku dia pun berujar "Fatimah, gue tahu loe masih sangat jelas mengingat kejadian itu. Tapi ingat Fatimah, loe tidak sendirian. Ada Allah tuhan pencipta alam, maha segala-galanya. Loe terpuruk, disaat loe melihat sepasang kekasih yang sedang ribut dan salah satu dari mereka menyebutkan kalimat itu. Jangan jadikan itu alasan untuk loe gak bangkit,"
Deg.....
"Seharusnya loe bisa membuktikan kepada semua orang bahwa perempuan itu tidak lemah, dia bisa melakukan apapun. Perempuan bisa menjadi sekuat baja kalau dia merasa terganggu dan bisa menjadi sangat lembut bagi orang yang baik dengannya," lanjutnya
Dan seketika aku tersadar bahwa apa yang aku lakukan ini adalah salah...
"Terima kasih, karna kamu telah mengingatkanku," ujar ku tersenyum tulus
"Namanya juga teman jadi selau saja," ujarnya dengan senyum.
Ya Allah terima kasih, engkau telah memberiku keluarga kecil serta teman yang baik.
Aku harus yakin, kalau aku pasti bisa melupakan kejadian yang membuatku menjadi tidak tenang saat mendengar ada orang yang berkata seperti itu.
Aku harus bisa!!!
Demi keluarga kecilku serta temanku. Batinku
***
Disisi lain..
"Gue tau loe kuat Fatimah," Batin Nila....
Sambil menatap sebuah objek yang sedang menyemangati dirinya sendiri.
Selang beberapa saat kami berbicara, barulah teman-teman yang lain pun datang..
"Nika, ikut gue yuk!" ujar seorang laki-laki yang sangat bersemangat itu, bernama Feran
"Kemana?" ujarku bingung
"Ke KUA," ujar mereka serentak dan sukses membuatku malu seketika.
Malu? tentu saja malu ketika mereka berkata dengan serentak dan jangan lupakan suara yang menggelegar sampai semua mata tertuju padaku.
"Huft, kalian kenapa sih? belum makan ya?" ujarku cemberut
"Loe cenayang? bagaimana loe bisa tau?" tanya Citra bingung
"Ternyata benar Fatimah, hahahhaha.." ujar Nila tertawa
Sedangkan aku hanya menggelengkan kepalaku saat melihat mereka yang tadinya menggombaliku buru-buru jalan ke arah kantin.
Rutinitas kelas kami, pada saat jam olahraga pasti pergi ke kantin dan hukumnya wajib. Kata mereka sih, berjuang itu butuh tenaga.
Aku sangat beruntung mendapatkan teman seperti ini menerima apa adanya. Susah, senang bersama.
Bahkan setelah kejadian yang sama persis, aku alami saat kecil terulang kembali. Lebih parah dari sebelumnya bahkan satu sekolahan pun tau tentang masalahku.
Aku tahu para warga sekolah pasti mencari tahu mengapa aku sering emosi saat mendengar kalimat PEREMPUAN ITU TIDAK BISA APA-APA!! Dan rasa penasaran mereka pun terjawab sudah.
Tepatnya seminggu yang lalu, orang yang membuatku terpuruk itu datang kembali. Dia menanyakan dimana kami tinggal sekarang. Dengan intonasi yang membuat siapa saja yang mendengar sakit hati.
Dia juga menanyakan dimana tempat tinggalku, kerja dimana? dan masih banyak lagi yang di tanyakannya denganku.
Yang hanyaku jawab "Kalau masalah itu, silahkan tanya dengan orang tua Fatimah, tanyakan hal itu dengan mereka," ujarku singkat
Karna semenjak kejadian di masa kecilku yang masih teringat jelas dimana mereka mengusir keluargaku dengan amat sangat jahat.
Bayangkan diusir pada malam hari, dengan membawa dua orang anak. Semenjak kejadian itu, yang awalnya aku tersenyum gembira kini menjadi senyum lirih terlebih kepada keluargaku.
Selang beberapa tahun kami pun mulai bangkit, tidak ada guna bersedih berlarut-larut. Usaha tidak pernah mengkhianati hasil bukan itulah yang aku rasakan.
Allah tidak akan menguji seorang hamba melampaui batas manusia itu sendiri.
Dengan kalimat itu aku memegang teguh keyakinanku.
Bayangkan Dia, berbicara lantang masalah pribadi itu dan sempat menyinggung kejadian kelam itu juga. Seolah-olah tidak tahu tempat, padahal ia berada di perkarangan sekolah.
Menangis itulah yang bisa aku lakukan. Do'a?pastinya. Malu? tidak usah di tanyakan lagi.
Bayangkan urusan pribadi keluarga, diumbar-umbar di muka umum yang di lihat oleh semua warga sekolah.
Setelah kejadian itu, mulai satu persatu dari merekaa membullyku. Bahkan mereka berbicara dengan kalimat yang paling aku benci. Tetapi tidak dengan teman-teman sekelasku.
Mereka berjuang agar aku tidak lagi bersedih hati, bahkan setiap harinya mereka menghiburku berupa candaan, banyaknya makanan kesukaanku, atau pun memainkan alat musik.
Musik adalah cara yang paling akhir untuk menghibur diriku sendiri.
Mereka membuat grub band tersendiri untuk langsung turun tangan saat aku mulai merasa sedih, mereka juga berusaha untuk menghiburku.
Melihat teman sekelasku yang tidak patah semangat membuatku tersenyum gembira.
Padahal, kalau orang lain melihatku tersenyum mereka pasti berfikir, pasti ada hal yang bahagia yang membuatku tersenyum.
Tetapi tidak denganku dan teman sekelasku yang mengetahui bahwa itu adalah senyuman palsu yang hanya bisa menutupi semua kesedihanku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments