Assalamu'alaikum semuanya.. perkenalkan nama aku Fatimah Azzahra, biasanya teman atau pun keluargaku memanggilku dengan sebutan Fatimah.
Tetapi? sebagian teman yang lainnya, mereka memanggilku dengan sebutan NAYANIKA.
Kata mereka, aku mempunyai mata yang indah. karena arti dari NAYANIKA adalah mata yang indah dan memancarkan daya tarik.
Itu menurut mereka tetapi? bukan menurutku. Menurutku, apa pun yang ada di dalam diri sendiri itu, syukurin apa adanya. Karna Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya.
Perlu kalian ingat satu hal, aku tidak suka melihat orang yang mengatakan kalau "PEREMPUAN ITU TIDAK BISA APA-APA,"
FLASHBACK..
Dulu aku mempunyai sebuah masalah yang sangat rumit di usia kecilku. Di mana semua anggota keluargaku berlomba-lomba untuk mendapatkan harta dan di situ lah awal dari kalimat itu.
Seseorang yang dengan entengnya mengucapkan perkataan itu dan membuat siapa saja yang mendengarnya merasa sakit hati sekaligus terkejut atas ucapannya.
"Perempuan itu tidak bisa apa-apa!!" Teriak seseorang itu marah dengan mata yang berkilat tajam.
Semua orang terkejut mendengar apa yang di katakan orang itu. Termasuk juga Ayah yang diam seribu bahasa sedangkan Mama? hanya diam. Aku bisa melihat kalau Mama menangis dalam diam.
Sedangkan aku? hanya mampu melihat dari balik tembok rumah itu. Aku hanya bisa berdo'a. Agar semuanya baik-baik saja.
Terlarut dalam pemikiranku sendiri, aku tidak menyadari bahwa ada temanku yang sedang menghampiriku...
"Assalamu'alaikum Fatimah, tumben sendirian aja. Yang lain pada kemana? dan kenapa loe menangis?" tanya Nila sambil menepuk keras bahuku dan di akhiri ekspresi bingung.
Aku pun terkejut, saat dia menepuk keras bahuku. Saat aku melihatnya kentara sekali ekpresinya itu dan aku pun tersadar bahwa aku sedang meneteskan air mata.
"Eh... Wa'alaikumussalam, yang lain masih ganti baju olahraga. Kamu tidak mengganti baju?" ujarku sambil mengusap air mata yang keluar tanpa izin.
"Gue? bentar lagi saja masih lama waktunya," ujar Nila enteng
"Terus, loe kenapa nangis?" Tanyanya menyelidik.
Sebenarnya dia tahu, kalau aku memiliki masa kecil yang kurang mengenakan. Dan biasanya aku menyebutnya dengan masa gelap untuk sebuah ungkapan kejadian yang pernah aku alami dulu.
Aku hanya diam, tanpa menjawab sedikitpun yang dia katakan.
Seakan tahu apa yang sedang menganggu pikiranku dia pun berujar "Fatimah, gue tahu loe masih sangat jelas mengingat kejadian itu. Tapi ingat Fatimah, loe tidak sendirian. Ada Allah tuhan pencipta alam, maha segala-galanya. Loe terpuruk, disaat loe melihat sepasang kekasih yang sedang ribut dan salah satu dari mereka menyebutkan kalimat itu. Jangan jadikan itu alasan untuk loe gak bangkit,"
Deg.....
"Seharusnya loe bisa membuktikan kepada semua orang bahwa perempuan itu tidak lemah, dia bisa melakukan apapun. Perempuan bisa menjadi sekuat baja kalau dia merasa terganggu dan bisa menjadi sangat lembut bagi orang yang baik dengannya," lanjutnya
Dan seketika aku tersadar bahwa apa yang aku lakukan ini adalah salah...
"Terima kasih, karna kamu telah mengingatkanku," ujar ku tersenyum tulus
"Namanya juga teman jadi selau saja," ujarnya dengan senyum.
Ya Allah terima kasih, engkau telah memberiku keluarga kecil serta teman yang baik.
Aku harus yakin, kalau aku pasti bisa melupakan kejadian yang membuatku menjadi tidak tenang saat mendengar ada orang yang berkata seperti itu.
Aku harus bisa!!!
Demi keluarga kecilku serta temanku. Batinku
***
Disisi lain..
"Gue tau loe kuat Fatimah," Batin Nila....
Sambil menatap sebuah objek yang sedang menyemangati dirinya sendiri.
Selang beberapa saat kami berbicara, barulah teman-teman yang lain pun datang..
"Nika, ikut gue yuk!" ujar seorang laki-laki yang sangat bersemangat itu, bernama Feran
"Kemana?" ujarku bingung
"Ke KUA," ujar mereka serentak dan sukses membuatku malu seketika.
Malu? tentu saja malu ketika mereka berkata dengan serentak dan jangan lupakan suara yang menggelegar sampai semua mata tertuju padaku.
"Huft, kalian kenapa sih? belum makan ya?" ujarku cemberut
"Loe cenayang? bagaimana loe bisa tau?" tanya Citra bingung
"Ternyata benar Fatimah, hahahhaha.." ujar Nila tertawa
Sedangkan aku hanya menggelengkan kepalaku saat melihat mereka yang tadinya menggombaliku buru-buru jalan ke arah kantin.
Rutinitas kelas kami, pada saat jam olahraga pasti pergi ke kantin dan hukumnya wajib. Kata mereka sih, berjuang itu butuh tenaga.
Aku sangat beruntung mendapatkan teman seperti ini menerima apa adanya. Susah, senang bersama.
Bahkan setelah kejadian yang sama persis, aku alami saat kecil terulang kembali. Lebih parah dari sebelumnya bahkan satu sekolahan pun tau tentang masalahku.
Aku tahu para warga sekolah pasti mencari tahu mengapa aku sering emosi saat mendengar kalimat PEREMPUAN ITU TIDAK BISA APA-APA!! Dan rasa penasaran mereka pun terjawab sudah.
Tepatnya seminggu yang lalu, orang yang membuatku terpuruk itu datang kembali. Dia menanyakan dimana kami tinggal sekarang. Dengan intonasi yang membuat siapa saja yang mendengar sakit hati.
Dia juga menanyakan dimana tempat tinggalku, kerja dimana? dan masih banyak lagi yang di tanyakannya denganku.
Yang hanyaku jawab "Kalau masalah itu, silahkan tanya dengan orang tua Fatimah, tanyakan hal itu dengan mereka," ujarku singkat
Karna semenjak kejadian di masa kecilku yang masih teringat jelas dimana mereka mengusir keluargaku dengan amat sangat jahat.
Bayangkan diusir pada malam hari, dengan membawa dua orang anak. Semenjak kejadian itu, yang awalnya aku tersenyum gembira kini menjadi senyum lirih terlebih kepada keluargaku.
Selang beberapa tahun kami pun mulai bangkit, tidak ada guna bersedih berlarut-larut. Usaha tidak pernah mengkhianati hasil bukan itulah yang aku rasakan.
Allah tidak akan menguji seorang hamba melampaui batas manusia itu sendiri.
Dengan kalimat itu aku memegang teguh keyakinanku.
Bayangkan Dia, berbicara lantang masalah pribadi itu dan sempat menyinggung kejadian kelam itu juga. Seolah-olah tidak tahu tempat, padahal ia berada di perkarangan sekolah.
Menangis itulah yang bisa aku lakukan. Do'a?pastinya. Malu? tidak usah di tanyakan lagi.
Bayangkan urusan pribadi keluarga, diumbar-umbar di muka umum yang di lihat oleh semua warga sekolah.
Setelah kejadian itu, mulai satu persatu dari merekaa membullyku. Bahkan mereka berbicara dengan kalimat yang paling aku benci. Tetapi tidak dengan teman-teman sekelasku.
Mereka berjuang agar aku tidak lagi bersedih hati, bahkan setiap harinya mereka menghiburku berupa candaan, banyaknya makanan kesukaanku, atau pun memainkan alat musik.
Musik adalah cara yang paling akhir untuk menghibur diriku sendiri.
Mereka membuat grub band tersendiri untuk langsung turun tangan saat aku mulai merasa sedih, mereka juga berusaha untuk menghiburku.
Melihat teman sekelasku yang tidak patah semangat membuatku tersenyum gembira.
Padahal, kalau orang lain melihatku tersenyum mereka pasti berfikir, pasti ada hal yang bahagia yang membuatku tersenyum.
Tetapi tidak denganku dan teman sekelasku yang mengetahui bahwa itu adalah senyuman palsu yang hanya bisa menutupi semua kesedihanku.
Setelah kejadian yang menimpaku saat di sekolah itu masih sangat membekas. Akankah aku bisa? untuk bisa melupakan kejadian itu. Terlalu sulit bagiku untuk melupakannya.
Apa dengan aku melupakannya, apa bisa hidupku baik-baik saja. Berdamai dengan masa lalu, itu sulit.
Seandainya ada orang yang menanyaiku apakah aku dendam atau tidak dengan orang yang membuat keluargaku sakit hati termasuk aku, jawabannya adalah tidak.
Karna dendam tidak akan menyelesaikan sebuah masalah, bahkan akan memperumit semua masalah yang ada.
Lagi pula seandainya aku membalas dendam dengannya, bisa saja aku melakukannya. Tapi aku sadar seandainya aku membalas dendam dengannya, apa bedanya aku dengan dirinya sama-sama orang jahat.
Saat ini aku berada di taman belakang rumahku, taman ini adalah salah satu tempat favoritku. Taman ini sangat menarik untuk sekedar dilihat. Dan biasanya aku selalu meluangkan waktuku untuk berjalan-jalan ditaman ini.
Aku jadi teringat saat kak Ali berbincang denganku kemarin, setelah aku pulang sekolah.
Flashback..
Kehidupan ini hanya sekedar skenario tuhan untuk menguji semua manusia di muka bumi ini. Itulah yang terjadi denganku skenario yang cukup unik yang mampu menggetarkan hati orang yang ada di dalam suatu permasalahan itu. Dan selesailah tulisan yang aku buat di buku diary itu.
Tanpa aku sadari ada seseorang yang kini tengah menatapku dengan senyuman khas miliknya. Entah apa yang sedang dia pikirkan laki-laki itu pun menghampiri sosok yang sedang mencuri perhatiannya itu.
"Fatimah?" panggil seorang laki-laki dewasa yang kini tengah duduk disamping
"Iya kak," jawabku pelan. Sedangkan dia hanya terkekeh geli saat mendengar jawabanku yang terdengar terkejut akibat ulahnya sendiri.
"Ekhemm. Hai cantik." godanya yang malah membuatku terkekeh geli
"Hai juga ganteng." balasku yang sontak menimbulkan rona merah.
Hahahhahah... Pecahlah tawaku saat melihat kakakku ini tengah menahan sesuatu.
"Jangan macam-macam Fatimah!" ujarnya pelan sedangkan aku masih terkekeh geli.
"Lain kali jangan suka gombalin orang lain, sekali di slebew langsung blushing." ujarku enteng yang malah menambah rona merah di pipinya itu.
"Btw ada apa kak?" tanyaku penasaran. Tumben sekali kak Ali menyempatkan waktunya untuk menemuiku, biasanya jam-jam ini sedang sibuk di kantornya.
Seketika suasana tenang mendadak berubah menjadi kekhawatiran yang dalam.
"Kakak mau kamu jujur," ujarnya to the poin.
Dengan alis mengkerut bingung sambil memperhatikannya, dan juga menunggu ucapannya. Aku penasaran apa yang mau di bicarakan kak Ali. Tidak biasanya dia seserius ini.
"Apakah Fatimah masih teringat tentang masa kelam itu?" ujar kak Ali to the poin.
Bagaikan petir di siang bolong yang membuatku terkejut seketika saat ucapannya terlontarkan untukku.
"Aa... aanuu.. kak.. e.. enggak gitu kok," jawab ku terputus-putus
Dia pun langsung memegang bahuku erat.
"Fatimah adiknya kakak, kakak tau apa yang kamu rasakan. Bukan hanya kamu yang merasa sakit di sini. Bahkan Ayah, Mama dan termasuk juga kakak di sini merasa sakit Faimah?" ujar kak Ali lembut namun ada nada yang terselip menyakitkan di kalimat itu.
"Kita berjuang dari nol, kamu pasti tahu akan hal itu. Sekarang kakak mau tanya mengapa kamu sangat emosi dengan sebuah ucapan PEREMPUAN ITU TIDAK BISA APA-APA," ujar kak Ali sambil menekan kata-katanya di akhir kalimatnya
"Fatimah masih tidak terima kak, hati Fatimah sakit saat mendengar ucapan itu," ujarku dan perlahan air mataku jatuh sederas-derasnya.
Dia pun mengusap air mataku sambil berucap "Kita sama Fatimah, sama-sama tidak bisa mendengar ucapan itu. Walaupun kakak laki-laki tapi kakak tahu perempuan itu tidak selemah yang di fikirkan orang-orang," ujarnya
"Memaafkan memang tidak akan bisa memperindah masa lalu, tapi akan terasa indah di masa yang akan datang. Itu pasti terjadi sayang," lanjutnya lembut
"Apa bisa Fatimah memaafkan mereka kak? terlalu banyak luka di hati Fatimah yang belum bisa di sembuhkan," ujarku lirih
"Kamu bisa, seorang Fatimah Azzahra yang di juluki NAYANIKA pasti bisa. Kamu harus yakin itu. Bahkan teman-temanmu, mereka selalu mendukungmu saat satu sekolahan yang membully kamu, mereka yang menghiburmu dan seandainya ada yang melukaimu pasti mereka maju. Itukan kata-kata mereka?" ujar kak Ali memberiku pengertian
Aku pun diam sejenak dan mengenang masa-masa itu. Benar apa yang di katakan Nila kalau aku itu harus bangkit dan kak Ali juga berkata demikian. Sedangkan teman-teman sekelasku berpendapat juga demikian.
Tanpa sadar aku pun tersenyum
"Fatimah pasti bisa kak tapi? itu butuh waktu," ujarku lirih
"Kakak yakin, Fatimah pasti bisa!" ujar kak ali yakin
Dan kak Ali pun mengajak ku masuk ke dalam rumah karna cuaca hari ini sangat mendung seperti hatiku.
Menurutku permintaan maaf itu tidak akan berarti, jika orang yang meminta maaf itu melakukan kesalahan yang sama...
Disisi lain.......
"Fatimah mengapa kamu bisa sangat-sangat benci dengan dia. Memang apa yang dia lakukan hari itu memang sangat keterlaluan dan hal itu yang menyebabkan Fatimah menjadi seperti ini," ujar seorang wanita paruh baya yang merasa tertekan akibat kondisi anak bungsunya itu.
"Istriku, Fatimah saat itu masih sangat kecil untuk bisa memahami semuanya. Tenanglah kita tidak sendirian. Ada aku, Ali dan kita punya Allah. kita serahkan semua sama allah, tugas kita hanya untuk membimbing Fatimah agar dia bisa berdamai sama masa gelap itu," ujar seorang laki-laki paruh baya yang berusaha menenangkan istrinya. Kalau di bilang hancur? Dia pasti sangat hancur melihat keluarganya yang masih dalam keadaan sama..
Diam seribu bahasa tanpa ada uang berani mengungkapkan semuanya.
"Ma.. apa yang di katakan ayah benar apa adanya, cepat atau lambat semua akan terbongkar. Kita tahu apa yang di rahasikan orang itu yang telah membuat keluarga kita di usir pada malam itu. Yang mirisnya terdengar oleh Fatimah dan juga perkataan itu," ujar seorang anak laki-laki dewasa yang sedari tadi menyimak percakapan orang tuanya dengan perasaan yang sulit dijelaskan.
"Apa yang dikatakan anakmu ini benar. Tenang lah istriku Insya Allah semua akan baik-baik saja," ujar laki-laki paruh baya itu dan langsung istrinya itu untuk menyalurkan rasa menguatkan satu sama lain.
Sedangkan Ali? hanya diam dan tersenyum melihat sebuah drama serta aksi di dalam keluarganya.
Dia berharap akan ada titik terang untuk menyelesaikan masalah ini.
Ya Allah banyak cobaan yang menimpa keluargaku. Aku tidak boleh menangis, aku harus bisa menyatukan keluarga ini kembali. Serta mengembalikan sikap Fatimah seperti sedia kala. Batin laki-laki tua itu
Insya Allah pasti bisa..
Apa pun yang ku lakukan ini hanya untuk keluargaku, walaupun akan terjadi dampak yang besar bagi diriku sendiri. Tidak masalah akan hal itu. Yang terpenting sekarang, aku harus bisa berdamai dengan masa lalu.
Di sinilah aku, di sekolah yang banyak memberiku inspirasi, bukan hanya mendapatkan pelajaran dari ilmu pengetahuan tapi juga, mendapatkan arti dari teman sejati.
Teman yang selalu mengingatkan tujuan utama ku di saat aku mulai lupa dengan tujuan itu. Banyak rintangan yang menghadang di lika-liku kehidupanku.
Mulai dari rasa kurang menyukai dengan kata-kata itu. Sampai sebuah masalah yang sangat-sangat aku ingin melupakannya perlahan muncul kembali.
Tidak terasa sampai lah di depan kelas.. aku pun mulai memasuki kelas dengan berucap
"Assalamu'alaikum semuanya," ujarku dengan riang
"Wa'alaikumussalam Fatimah," ujar mereka serentak tak kalah riangnya.
Hmm, sepertinya mereka membicarakan sesuatu saat aku belum datang. Batinku
"Fatimah tau gak di sekolah kita ada kedatangan murid baru loh, tepatnya si dari luar negeri. Tapi yaa.. gue lupa nama negaranya," ujar Reza semangat namun dia sedikit bingung soal info dari murid baru itu
"Owh iya.. bagus dong. Jadi kita semua ada teman baru," ujarku semangat
Owh ternyata ada murid baru. Batinku
"Fatimah, kok malah seneng sih?! seharusnya loe itu gak senang Fatimah!!" ujar Nila menahan emosi
Dan seketika ruang kelas itu pun menjadi senyap seakan menunggu penjelasan dari Nila.
"Nila.. maksud kamu apa?" tanyaku menanyai dengan hati-hati. Ntah mengapa perasaanku menjadi gelisah tak menentu.
Nila?
...
"Nil, jawab ada apa sebenarnya?" tanyaku bingung
Dan dia hanya menjawab "Loe akan tahu saat jam istirahat tiba," ujarnya sambil menahan sesuatu yang bergejolak dalam dirinya itu.
Sebenarnya apa yang terjadi, dan akan terjadi. Batinku
***
Tidak terasa jam istirahat pun tiba, mengapa perasaanku menjadi tidak karuan seperti ini. Batinku
Kami pun memutuskan untuk membooking meja di kantin untuk 20 orang. Kata mereka sudah lama tidak kumpul bareng-bareng di kantin.
Awalnya semua berjalan dengan lancar, tapi tidak berlangsung lama, ketika........
Dia....................
Datang.....
Gebrak?!!!
Suara itu membuat kami semua terkejut, karna suara itu timbul dari seseorang yang menggembrak meja makan tempat kami.
Angkuh, sombong itulah yang tepat untuk mendeskripsikan seorang perempuan yang berada di hadapanku ini.
"Fatimah Azzahra, masih ingat dengan gue?" tanya perempuan itu sombong
Aku hanya tersenyum saat mendengar perkataannya. "Wa'alaikumussalam Nabila Cantika, aku ingat kamu kok. Jadi tenang saja," ujarku santai
Tapi tidak dengan Nila yang sedang menahan emosinya yang sewaktu-waktu bisa meledak.
"Tentu, siapa sih yang tidak ingat dengan keluarga yang di usir dari rumahnya sendiri. Dan yang paling parahnya lagi mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Hahahhaha lucu tahu gak," ujarnya sambil tertawa terbahak-bahak.
Aku menjawab perkataannya dengan sangat santai. Aku yakin Allah tidak akan menguji seorang hamba melampaui batas kemampuan seorang hamba itu sendiri.
"Sebenarnya kami bukannya tidak bisa berbuat apa-apa. Mungkin dengan itu bisa melatih kami untuk mengikhlaskan sesuatu untuk orang lain," ujarku kelewat santai.
Dan lihatlah ekspresi puas dari teman sekelasku. Sedangkan yang mengumbar-umbar hal yang pribadi tadi, emosi seketika.
"Masih pantaskah, loe bilang seperti itu. Padahal loe sendiri tahu siapa yang bermasalah di sini?" ujar Shafa sinis
Selain Nila ada beberapa orang yang yang mengetahui yang ku alami, termasuk Shafa.
"Masih mau ngelak?" ujar Nila menantang
"Loe?! akan terima akibatnya Fatimah!!!" bentaknya marah dan juga menahan malu.
Karena semua orang di kantin menyorakinya, karna merasa terganggu atas sikapnya. Dia pun langsung pergi begitu saja sambil membawa rasa malu yang berlebihan.
Mengapa tidak? dia berucap seperti itu tidak mengenal tempat. Kantin? semua siswa maupun siswi pasti di kantin saat jam istirahat tiba.
"Fatimah? loe gak papa kan?" ujar Santi cemas karena melihatku diam setelah perkataanku tadi.
Aku menjawabnya dengan sebuah gelengan kepala menunjukkan tidak apa-apa.
"Anak baru songongnya kebangetan, heran gue." ujar Revan sambil melihat Nabila berjalan yang semakin menjauh
"Van!!" ujar ku memperingatkan
"Masih bisa loe belain dia Fatimah!!!" ujar Nila membentak
Mereka marah kepadaku. Karena menurut mereka aku terlalu baik.
Pernah dengar tidak, istilah BAIK BOLEH, TAPI TERLALU BAIK, JANGAN. KARNA BISA SAJA ORANG, AKAN MEMANFAATKAN KEBAIKANMU UNTUK KEPENTINGAN DIA SENDIRI.
Itu menurut mereka, tapi tidak menurutku. menurutku KALAU MEREKA BERBUAT JAHAT DENGAN KITA, JANGAN LAH KITA MEMBALASNYA. JIKA KITA MEMBALASNYA JADI? APA BEDA KITA DENGAN MEREKA. SAMA-SAMA JAHAT.
Kata-kata itulah yang selama ini aku ingat selalu, semua indah pada waktunya itu pasti. Akan ada terang setelah gelap. Sama seperti dengan kehidupan, ada masanya kita bahagia dan ada masanya kita terpuruk.
Dan tugas kita harus siap dalam semua kondisi itu. dengan ikhtiar serta usaha pasti akan bisa melewatinya.
"Sejahat-jahatnya dia, dia tetap sepupuku. Dan itu tidak bisa di ganggu gugat," ujarku singkat
"Gue gak habis fikir dengan loe Fatimah, dia udah buat loe itu malu! tapi kenapa loe bisa membela dia disaat kami menceritakannya?!" ujar Dila emosi
"Ntah lah, aku pun tidak tahu. Perasaan kasihan muncul begitu saja saat kalian menjelek-jelekan dia di hadapanku," ujarku sambil menunduk
"Kalau loe, bisa baik dengannya, walaupun salah satu dari yang menyebabkan loe paling anti dengan kata-kata itu adalah orang yang dekat dengannya. Mengapa loe gak bisa berdamai dengannya?" ujar Shafa spontan
Perkataan Shafa membuatku diam namun sedetik kemudian...
"Justru itu, aku memulainya dengan memaafkan orang yang membuatku menjadi seperti ini. Perlahan namun pasti itu akan bisa, insya Allah pasti bisa," ujarku yakin sambil menatap mereka yang mungkin tidak habis fikir tentangku.
Di sisi lain
Aku sangat penasaran dengan perempuan yang memakai hijab yang bernama fatimah azzahra. Sebenarnya dia itu mengapa tidak menyukai orang yang berkata "Perempuan itu tidak bisa apa-apa,"
Apa yang sebenarnya terjadi. Batinku
Aku harus mencari tahu tentangnya dan cewek yang marah-marah gak jelas tadi. Aku akan memanfaatkan dia untuk mencari semua informasi tentangnya. Batinku
Aku pun langsung pergi dari kantin itu membawa perasaan penasaran.
Jadikan masa lalu itu menjadi sebuah pelajaran agar kita tidak mengulang kesalahan yang sama.
Ingat satu hal waktu tidak bisa di ulang kembali. jadi perbaiki diri agar kita tidak terjerumus dalam hal yang sama pula.
Akan banyak terjadi peran dalam sebuah masalah, ada yang merasa di rugikan, di kucilkan bahkan bisa saja orang lain yang akan menjadi peran inti dalam skenario kehidupan.
Tidak tahu pastinya kapan, tapi itu akan terjadi. Anak-anak, remaja bahkan orang dewasa pun pasti memiliki masalah tersendiri. Walaupun begitu dengan itu kita bisa mengambil hikmah dari sebuah masalah itu.
Aku yakin, dengan kejadian di masa lalu itu akan ada hikmah yang harus aku ketahui. bagaikan seperti kepingan puzzle yang akan kita susun membentuk sebuah gambar yang indah, walau pun kita tahu tingkat kerumitannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!