Kejadian beberapa hari yang lalu membuatku semakin yakin untuk bisa berdamai dengan masa lalu. Walaupun tidak lah mudah tapi aku yakin, aku pasti bisa.
Taman sekolah, di sinilah tempat ku berada. Sambil menunggu yang lainnya menuju ke sini sambil membawa makanan. Kami memutuskan piknik di taman sekolah.
Menyenangkan bukan? di saat kita dalam keadaan terpuruk Allah mengirimkan orang-orang yang membantuku dalam keadaanku yang sedang kalut, tidak bisa berfikir jernih dan hal yang berbau negatif lainnya.
Bagaikan sebuah nektar yang mengundang banyak sekali serangga untuk datang mendekatinya. Tetapi jika sang bunga tidak menghasilkan sebuah nektar maka tidak ada sedikitpun serangga yang mendekatinya.
Seperti itulah kehidupan seluruh anggota keluargaku, walaupun mereka bukan dari keluarga inti. Tapi? ada bersangkut darah dengan orang tuaku.
Walaupun demikian, seburuk apa pun mereka, mereka tetap keluargaku dan itu tidak bisa di ganggu gugat.
Larut dalam kesendirian aku tidak menyadari kalau teman-teman yang lain sudah datang dan memperhatikanku seolah-olah merasakan apa yang kurasakan.
"Assalamu'alaikum Nayanika. Calon umi sholehah Masya Allahnya gue," ujar Feran menggoda sambil menaik turunkan alisnya.
"Wa'alaikumussalam, loh kalian dah lama di situ?" ujarku terkejut melihat mereka
"Fatimah. Jangan melamun terus ingat aja kata-kata semua indah pada waktunya," ujar Shafa
Aku melihat mereka dengan tatapan yang sulit diartikan, walaupun demikian aku harus bersikap seperti biasa. Biarlah apa yang aku rasakan ini hanya aku, keluargaku dan Allah yang tahu.
Mereka sudah terlalu banyak membantuku, walaupun mereka melakukannya dengan ikhlas.
"Fatimah yang cantik bagaikan Nayanika, loe jangan suka melamun. Nanti kesambet kumahak?" ujar Reno polos
"Heh?!! loe nyumpahin Fatimah!!" sentak Nila sambil melihat tajam kearah Reno
Sedangkan yang di lihat dengan tatapan yang tajam dan menghunus itu hanya cengengesan sendiri melihat Nila yang semakin melihat tajam kearahnya.
"Nila... abang gak nyumpahin Fatimah. Cuma gangguin aja," ujar Reno sambil mengedipkan matanya menggoda.
Sedangkan kami yang melihatnya hanya bisa memutar bola mata seketika.
"Abang-abang males gue dengarnya tau!" ujarnya ketus
"Udah-udah mending kita makan," ujarku menengah sambil menggelangkan kepala menatap sikap absurd mereka.
"Skuy lah," ujar mereka serentak
Kami memakan makanan itu dan juga sambil melihat sikap mereka yang membuatku tidak bisa menahan tawa saat melihat mereka.
Tanpa ku sadari ada orang yang memperhatikan, lebih tepatnya sedang memperhatikanku.
DI SISI LAIN...
Sudahku katakan, aku sudah sedari lama memperhatikannya. Aku penasaran dengan apa yang terjadi denganya dalam beberapa hari ini.
Hari-hari telahku lewati hanya untuk mencari tahu tentangnya serta memperhatikannya dari jauh. Tersiksa?!! ya aku tersiksa.
Aku tidak bisa mengendalikan perasaanku belakangan ini, walaupun dia juga tidak mengenaliku. Eh? tidak mengenali ku? hey!! siapa sih yang tidak mengenalku.
Seorang laki-laki yang memiliki paras nan tampan, kaya raya dan juga pemilik sekolahan ini. Apakah memang dia tidak mengenalku? waoww... ini adalah poin plus untuknya.
Mulai dari dia di labrak dengan seorang cewek yang katanya mengaku sebagai sepupunya. Ntah apa yang terjadi dengan keluarganya, namun aku merasa prihatin melihatnya.
Tunggu dulu prihatin? sejak kapan aku menjadi sosok yang prihatin? semua orang mengenalku dengan orang yang tak tersentuh, satu kali saja mereka mengangguku mereka akan tahu akibatnya.
Aku bukanlah orang yang baik seperti yang kalian fikirkan. Hanya saja aku merasa lebih terang saat aku melihat Fatimah Azzahra, seperti ada daya tarik untuk mendekati dia.
Termasuk aku, memiliki julukan NAYANIKA mata yang indah dan memancarkan daya tarik. Sangat pas saat aku menyebut namanya.
Fatimah apa aku boleh, menyukaimu sepenuh hatiku. Apakah bisa aku memilikimu walau aku tahu itu tidaklah mudah.
Fatimah engkau bagaikan cahaya yang menyinari hari di gelap kesunyian di dalam hatiku.
Tidak aku harus bisa mendapatkannya dengan cara apapun. Batinku yang semangat membara
"Tunggu aku calon umi sholehah, aku akan menjemputmu kelak." ujarku yakin dan berlalu pergi.
teeeeett........ teeett........
"Bel sudah berbunyi. Ayo kita bereskan semua dan langsung ke kelas," ujarku dan langsung di setujui mereka semua.
"Fatimah, kami duluan ya. Kami semua di panggil sama buk wina ke ruang BK," ujar Shafa
"Loh? kalian semua dipanggil?" ujarku terkejut
dan mereka mengangguk mengiyakan
"Terus Fatimah gak di panggil juga?" tanya ku bingung
Dan serentak mereka menggelengkan kepalanya..
"kita semua 20 orang dalam satu kelas, kenapa yang 19 orang di panggil sedangakan Fatimah tidak?" Tanyaku tiada henti
"Fatimah gue, kami semua tidak tahu mengapa kami di panggil kesana. Motif dan tujuannya aja kami gak tahu," ujar Dila
"Huh.. yaudah deh kalian pergi aja duluan aku nyusul nanti," ujarku tersenyum
Dan dengan berat hati mereka meninggalkanku di taman itu. Aku hanya melihat punggung mereka yang semakin lama, semakin menjauh dan hilang setelah melewati sebuah tembok.
Aku pun menyegerakan urusanku di sini agar cepat bisa menyusul mereka. Ntahlah aku merasa ada yang memperhatikanku belakangan hari ini, tapi aku tidak mau mengambil kesimpulan mana tau itu hanya perasaanku saja.
"Alhamdulillah siap juga akhirnya." ujarku sambil mengelap keringatku yang bercucuran.
Dan ketika aku ingin menyusul teman-teman yang lain aku tidak sengaja tersandung batu dan...
Gebrak!!!
"Astagfirullahal'adzim," ujarku terkejut dan seketika aku mendongak ke atas aku melihat seorang laki-laki yang menatap tajam ke arahku. Seketika itu aku langsung menunduk untuk memutus kontak mata diantara aku dan dia.
"Maaf ya kak, gak sengaja karna tadi ada batu," ujarku dengan menunduk
"Lain kali, kalau jalan itu liat-liat!" ujarnya ketus dan langsung meninggalkanku sendiri
Aku yang mendengarnya berbicara seperti itu tersenyum tanpa sadar.
"Eh, kok bisa senyum sih?" tanyaku dalam hati dan aku tidak ambil pusing dengang kejadian tadi dan langsung pergi dari tempat itu.
Di sisi lain
"Ini akan menjadi awal kita bertemu Fatimah. kamu harus menjadi milikku apa pun alasannya," ujar seseorang tadi sambil tersenyum dan langsung meninggalkan daerah taman itu. Serta senyuman yang khasnya membuat kaum hawa terpesona dengannya.
POV. FATIMAH
Mengapa perasaanku jadi tidak tenang begini, ya Allah semoga tidak terjadi apa-apa. Batinku
Setengah jam berlalu tapi tidak ada satu pun tanda-tanda mereka datang ke kelas...
"Ishhh kemana sih mereka kok gak muncul-muncul," ujarku yang mulai kesal
Dan tidak lama mereka masuk ke dalam kelas dengan raut wajah yang sulit di artikan. aku yang bingung pun bertanya dengan mereka.
"Kalian kenapa? ada masalah?" ujarku lembut
Dan mereka semua menatapku sedih seolah akan ada hal yang terjadi kepadaku
"Nika, kami sangat menyayangi loe, loe percayakan dengan kami ya?" ujar Reza frustasi
Sedangkan yang lain tidak sanggup berkata apa-apa..
"Kalian kenapa? apa yang terjadi?" ujarku bingung
Mereka langsung memelukku erat saat mendengar pertanyaanku itu.
"Ya sudah kalau kalian belum mau menceritakannya denganku. Aku siap untuk menunggu," ujarku tersenyum
Yang lain tersenyum lirih kepadaku
Ya Allah apa yang terjadi, mengapa mereka jadi pendiam? apa yang sebenarnya terjadi. Batinku berucap.
Rahasia timbul dari seseorang yang akan merencanakan sesuatu secara rapi. Walaupun begitu tidak jarang rahasia itu bisa terbongkar begitu cepat.
Tidak jarang ada orang yang ingin menutup rapat-rapat rahasia itu agar tidak menjadi penghalang untuk kemudian hari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments