AKANKAH AKU BISA

Setelah kejadian yang menimpaku saat di sekolah itu masih sangat membekas. Akankah aku bisa? untuk bisa melupakan kejadian itu. Terlalu sulit bagiku untuk melupakannya.

Apa dengan aku melupakannya, apa bisa hidupku baik-baik saja. Berdamai dengan masa lalu, itu sulit.

Seandainya ada orang yang menanyaiku apakah aku dendam atau tidak dengan orang yang membuat keluargaku sakit hati termasuk aku, jawabannya adalah tidak.

Karna dendam tidak akan menyelesaikan sebuah masalah, bahkan akan memperumit semua masalah yang ada.

Lagi pula seandainya aku membalas dendam dengannya, bisa saja aku melakukannya. Tapi aku sadar seandainya aku membalas dendam dengannya, apa bedanya aku dengan dirinya sama-sama orang jahat.

Saat ini aku berada di taman belakang rumahku, taman ini adalah salah satu tempat favoritku. Taman ini sangat menarik untuk sekedar dilihat. Dan biasanya aku selalu meluangkan waktuku untuk berjalan-jalan ditaman ini.

Aku jadi teringat saat kak Ali berbincang denganku kemarin, setelah aku pulang sekolah.

Flashback..

Kehidupan ini hanya sekedar skenario tuhan untuk menguji semua manusia di muka bumi ini. Itulah yang terjadi denganku skenario yang cukup unik yang mampu menggetarkan hati orang yang ada di dalam suatu permasalahan itu. Dan selesailah tulisan yang aku buat di buku diary itu.

Tanpa aku sadari ada seseorang yang kini tengah menatapku dengan senyuman khas miliknya. Entah apa yang sedang dia pikirkan laki-laki itu pun menghampiri sosok yang sedang mencuri perhatiannya itu.

"Fatimah?" panggil seorang laki-laki dewasa yang kini tengah duduk disamping

"Iya kak," jawabku pelan. Sedangkan dia hanya terkekeh geli saat mendengar jawabanku yang terdengar terkejut akibat ulahnya sendiri.

"Ekhemm. Hai cantik." godanya yang malah membuatku terkekeh geli

"Hai juga ganteng." balasku yang sontak menimbulkan rona merah.

Hahahhahah... Pecahlah tawaku saat melihat kakakku ini tengah menahan sesuatu.

"Jangan macam-macam Fatimah!" ujarnya pelan sedangkan aku masih terkekeh geli.

"Lain kali jangan suka gombalin orang lain, sekali di slebew langsung blushing." ujarku enteng yang malah menambah rona merah di pipinya itu.

"Btw ada apa kak?" tanyaku penasaran. Tumben sekali kak Ali menyempatkan waktunya untuk menemuiku, biasanya jam-jam ini sedang sibuk di kantornya.

Seketika suasana tenang mendadak berubah menjadi kekhawatiran yang dalam.

"Kakak mau kamu jujur," ujarnya to the poin.

Dengan alis mengkerut bingung sambil memperhatikannya, dan juga menunggu ucapannya. Aku penasaran apa yang mau di bicarakan kak Ali. Tidak biasanya dia seserius ini.

"Apakah Fatimah masih teringat tentang masa kelam itu?" ujar kak Ali to the poin.

Bagaikan petir di siang bolong yang membuatku terkejut seketika saat ucapannya terlontarkan untukku.

"Aa... aanuu.. kak.. e.. enggak gitu kok," jawab ku terputus-putus

Dia pun langsung memegang bahuku erat.

"Fatimah adiknya kakak, kakak tau apa yang kamu rasakan. Bukan hanya kamu yang merasa sakit di sini. Bahkan Ayah, Mama dan termasuk juga kakak di sini merasa sakit Faimah?" ujar kak Ali lembut namun ada nada yang terselip menyakitkan di kalimat itu.

"Kita berjuang dari nol, kamu pasti tahu akan hal itu. Sekarang kakak mau tanya mengapa kamu sangat emosi dengan sebuah ucapan PEREMPUAN ITU TIDAK BISA APA-APA," ujar kak Ali sambil menekan kata-katanya di akhir kalimatnya

"Fatimah masih tidak terima kak, hati Fatimah sakit saat mendengar ucapan itu," ujarku dan perlahan air mataku jatuh sederas-derasnya.

Dia pun mengusap air mataku sambil berucap "Kita sama Fatimah, sama-sama tidak bisa mendengar ucapan itu. Walaupun kakak laki-laki tapi kakak tahu perempuan itu tidak selemah yang di fikirkan orang-orang," ujarnya

"Memaafkan memang tidak akan bisa memperindah masa lalu, tapi akan terasa indah di masa yang akan datang. Itu pasti terjadi sayang," lanjutnya lembut

"Apa bisa Fatimah memaafkan mereka kak? terlalu banyak luka di hati Fatimah yang belum bisa di sembuhkan," ujarku lirih

"Kamu bisa, seorang Fatimah Azzahra yang di juluki NAYANIKA pasti bisa. Kamu harus yakin itu. Bahkan teman-temanmu, mereka selalu mendukungmu saat satu sekolahan yang membully kamu, mereka yang menghiburmu dan seandainya ada yang melukaimu pasti mereka maju. Itukan kata-kata mereka?" ujar kak Ali memberiku pengertian

Aku pun diam sejenak dan mengenang masa-masa itu. Benar apa yang di katakan Nila kalau aku itu harus bangkit dan kak Ali juga berkata demikian. Sedangkan teman-teman sekelasku berpendapat juga demikian.

Tanpa sadar aku pun tersenyum

"Fatimah pasti bisa kak tapi? itu butuh waktu," ujarku lirih

"Kakak yakin, Fatimah pasti bisa!" ujar kak ali yakin

Dan kak Ali pun mengajak ku masuk ke dalam rumah karna cuaca hari ini sangat mendung seperti hatiku.

Menurutku permintaan maaf itu tidak akan berarti, jika orang yang meminta maaf itu melakukan kesalahan yang sama...

Disisi lain.......

"Fatimah mengapa kamu bisa sangat-sangat benci dengan dia. Memang apa yang dia lakukan hari itu memang sangat keterlaluan dan hal itu yang menyebabkan Fatimah menjadi seperti ini," ujar seorang wanita paruh baya yang merasa tertekan akibat kondisi anak bungsunya itu.

"Istriku, Fatimah saat itu masih sangat kecil untuk bisa memahami semuanya. Tenanglah kita tidak sendirian. Ada aku, Ali dan kita punya Allah. kita serahkan semua sama allah, tugas kita hanya untuk membimbing Fatimah agar dia bisa berdamai sama masa gelap itu," ujar seorang laki-laki paruh baya yang berusaha menenangkan istrinya. Kalau di bilang hancur? Dia pasti sangat hancur melihat keluarganya yang masih dalam keadaan sama..

Diam seribu bahasa tanpa ada uang berani mengungkapkan semuanya.

"Ma.. apa yang di katakan ayah benar apa adanya, cepat atau lambat semua akan terbongkar. Kita tahu apa yang di rahasikan orang itu yang telah membuat keluarga kita di usir pada malam itu. Yang mirisnya terdengar oleh Fatimah dan juga perkataan itu," ujar seorang anak laki-laki dewasa yang sedari tadi menyimak percakapan orang tuanya dengan perasaan yang sulit dijelaskan.

"Apa yang dikatakan anakmu ini benar. Tenang lah istriku Insya Allah semua akan baik-baik saja," ujar laki-laki paruh baya itu dan langsung istrinya itu untuk menyalurkan rasa menguatkan satu sama lain.

Sedangkan Ali? hanya diam dan tersenyum melihat sebuah drama serta aksi di dalam keluarganya.

Dia berharap akan ada titik terang untuk menyelesaikan masalah ini.

Ya Allah banyak cobaan yang menimpa keluargaku. Aku tidak boleh menangis, aku harus bisa menyatukan keluarga ini kembali. Serta mengembalikan sikap Fatimah seperti sedia kala. Batin laki-laki tua itu

Insya Allah pasti bisa..

Terpopuler

Comments

Langit

Langit

lanjuttttt

2023-07-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!