Keanu Wiratmadja
Presdir muda yang tak pernah tertarik pada seorang wanita selama hidupnya, tiba-tiba hatinya tergerak dan ingin sekali memilikinya. Karena dia wanita pertama baginya.
Keana Winata
Putri semata wayang yang sangat disayangi ayahnya, tapi bukan berarti dia putri yang manja. Dia berbeda, sehingga dapat membuat seseorang tergerak hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ade eka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10
"Ok baiklah akan ku beritahu. Kotak ini akan aku berikan pada seseorang. Dan aku membutuhkan bantuan ayahku tersayang ini",ucap Ana sambil bergelayut manja di lengan ayahnya.
***
Ana meninggalkan kotak beludru itu di hadapan ayahnya dan mendudukkan diri di kursi di samping ayahnya.
"Tolong berikan itu pada Presdir Keanu, ya yah", pinya Ana dengan wajah agak serius.
Lantas Tuan Danu dibuatnya heran. Sejak kapan putrinya itu mengenal Ken. Pasalnya dia tidak pernah mempertemukan mereka. Dan hadiah ini, bagaimana bisa putrinya sampai memiliki kesan pada Ken. Tuan Danu berkutat dengan pikirannya sendiri.
"Ayah", panggil Ana.
"Ayah", panggilnya lagi.
"AYAAAHH!", Ana meninggikan suara karena tak mendapat respon dari ayahnya.
"Hey, nak! Ayahmu ini belum tuli", ucap Tuan Danu sambil menggoyang-goyangkan telingannya.
"Bagaimana kau bisa mengenalnya, Ana? Bahkan ayah belum pernah mengenalkannya padamu", lanjutnya.
"Hanya tahu saja ayah! Katakan saja padanya kalau itu dari fans beratnya", ucap Ana terkekeh.
"Yasudah, kenapa tidak kau saja yang memberikannya langsung?!", ayah sukses membuat pipi Ana merona.
Ana memalingkan wajahnya. "Tentu saja karena aku menyukainya, ayah. Jadi aku malu. Masa ayah tidak peka, sih. Oh Tuhan, tolong bantu agar ayah mengerti", gerutu Ana pelan.
"Hey bicara apa kau! Ayah masih bisa mendengarnya!", tegur Tuan Danu sambil tersenyum usil. Ana terbelalak kaget, dia merutuki mulutnya sendiri.Tuan Danu makin tertawa dibuatnya.
"Hey, suka apa! Malu apa! Jadi putriku juga bisa seperti anak gadis lainnya?!", Tuan Danu menggoda Ana. Ana membulatkan mata ke arahnya, tanda protes kalu sedang digoda. Tuan Danu makin tertawa.
"Putriku, lebih baik kau memberikannya langsung. Jadi kau bisa bertemu dengannya, kurasa itu akan lebih baik", kali ini mimik mukanya serius. Tuan Danu menghentikan tawanya.
"Kalau aku mau, aku sudah melakukannya sendiri ayah! Aku malu! Lagipula aku hanya mengaguminya saja. Jadi tolong ayah jangan berpikir berlebihan", ucap Ana tegas.
"Jadi aku tidak mau tahu, pokoknya ayah harus menolongku! Aku kan jarang sekali ayah membuat permohonan padamu, ayah", tambahnya lagi.
Tuan Danu sedikit terenyuh dengan perkataan Ana. Karena memang benar, Ana jarang sekali meminta apa pun darinya. Dia putri yang mandiri dan tidak manja. Ana sosok putri semata wayang yang sangat dibanggakannya. Tak pernah sekali pun Ana menyusahkannya. Ana selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk ayahnya.
"Baiklah, baiklah! Ayah akan memberikannya. Lalu apa yang harus ayah katakan jika dia bertanya dari siapa hadiah ini?", Tuan Danu akhirnya mengiyakan Ana.
"Katakan saja dari fans beratnya, itu sudah cukup", jelas Ana. Tuan Danu mengangguk mengerti sambil tersenyum melihat tingkah putrinya.
FALSHBACK OFF
Sarah terlihat lebih dulu sampai di restoran itu. Dia sedikit ragu untuk melangkah masuk. Karena seumur hidupnya, baru kali ini dia menginjakkan kaki di tempat mewah seperti ini.
"Selamat siang nona! Apakah anda sudah melakukan reservasi?", seorang pelayan menyambutnya.
"Ahh iya, sepertinya sudah. Atas nama Ana, Keana", jawab Sarah sedikit kikuk.
Si pelayan terlihat memeriksa di bukunya. "Baiklah, nona Keana Winata telah melakukan reservasi untuk meja nomer 15. Mari saya antar ke mejanya, nona. Silahkan ikuti saya", si pelayan mengantar Sarah menuju meja di paling ujung tapi di sisinya menghadap ke jendela kaca restoran.
"Ini buku menunya, nona. Jika sudah siap memesan makanan, silahkan panggil kami kembali", ucap si pelayan ramah.
"Terima kasih", ucap Sarah dan mendudukkan diri. Si pelayan pun pergi meninggalkan Ana sendiri.
"Huh, kenapa dia lama sekali yah?! Atau aku yang terlalu cepat?! Tidak tahu kah dia kalau aku sangat gugup tadi. Seumur hidup baru kali ini aku datang ke tempat seperti ini. Mana ku tahu bagaimana caranya masuk hingga duduk sekarang. Untungnya aku cukup pintar membaca situasi, hehe", gerutunya sambil tersenyum sendiri.
Sarah sedang asik melihat-lihat menu yang harganya bernilai fantastis. Dia menelan ludah sendiri membayangkan bagaimana jika harus dirinya yang membayar nanti. Uang adalah hal mewah baginya, jadi dia akan sangat menghargainya. Lebih baik makan di pinggir jalan tapi enak, daripada harus menghambur-hamburkannya. Begitulah isi pikiran wanita sederhana ini.
Di tengah kegiatannya mebalik-balikkan buku menu, satu tangan menepuk pundaknya keras, "plak" . Dia terbelalak kaget, tubuhnya memaku. Dia menoleh untuk melihat ke arah pemilik tangan yang menepuknya tadi.
"Huh, dasar kau ini! Kupikir siapa", ucap Sarah mengendorkan tubuhnya.
"Memangnya kau pikir siapa?! Penculik?! Mana ada yang mau menculik wanita rakus yang makannya banyak sepertimu ini, hah", ucap Ana sambil tertawa. Kemudian dia mendudukkan dirinya di hadapan Sarah.
"Heh! Tentu saja mereka tidak akan rugi. Meskipun aku makan banyak, tapi aku masih cantik, mungkin hargaku masih mahal", ucap Sarah santai sambil tertawa.
"Memangnya berapa hargamu?!", tanya Ana meladeni guruan Sarah.
"Tentukan saja sendiri, nona. Mungkin 1 milyar cukup", jawab Sarah terkekeh.
"Waahh, jadi kau hanya seharga itu?", Ana terkekeh kembali.
"Memangnya berapa harga yang pantas untukku, nona?", tanya Sarah yang terkekeh.
"Kau itu tak ternilai harganya. Kau sangat penting bagiku, nona!", ucap Ana yang kali in mimik wajahnya berubah serius.
"Waahh, lihatlah! Nona kami pintar merayu rupanya. Kau itu sangat romantis nona. Sebentar lagi mungkin aku akan jatuh cinta padamu", ucap Sarah masih terkekeh.
"Ooh, ayolah Sarah. Jangan bercanda terus. Aku serius. Kau sangat berharga bagiku, Sarah. Hanya kau teman yang kupunya saat ini. Jadi baik, dan bersahabatlah denganku. Kau sudah kuanggap seperti keluargaku, Sarah", ucapan Ana spontan membuat wanita di seberangnya memaku. Cairan bening terlihat menggenang di matanya.
"Ana, apa kau tau dengan apa yang kau katakan barusan?", Sarah sangat terharu dengan ucapan Ana. Dia bukan siapa-siapa, dia hanya orang biasa yang tanpa sengaja bertemu dan diberi pertolongan oleh Ana. Bahkan dia tahu bahwa Ana adalah seorang nona besar. Tapi apa, apa yang barusan dia dengar. Ana begitu menghargainya, orang biasa ini begitu terharu. Hatinya seperti dihujani kasih sayang yang belum pernah ia rasakan. Air matanya menetes tanpa ijin.
"Hey, mengapa kau malah menangis! Harusnya kau bahagia, bukan!", tanya Ana heran.
Sarah terkekeh mendengarnya. "Kau ini bodoh atau apa?! Tentu saja aku bahagia, sangat bahagia mungkin. Dan aku menangis karena aku bahagia", ucap Sarah dan Ana pun terkekeh sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Tapi aku bukan siapa-siapa, Ana. Sedangkan kau adalah seorang nona besar. Siapa pun pasti akan dengan senang hati menjadi temanmu", ucap sarah merasa rendah diri. Dia menundukkan kepalanya.
Ana menaikkan dagu Sarah dan tersenyum. "Mereka akan dengan senang hati berteman denganku, tapi dengan tujuan mereka masing-masing, Sarah. Berbeda dengan dirimu. Aku sudah bertemu banyak orang, dan hanya kau yang tulus berteman denganku", ucapan Ana menghangatkan hati Sarah. Mereka saling melempar senyum.
"Baiklah, kau pilih menunya. Aku akan ke toiler dulu", ucapnya lagi.
"Tapi aku tidak tahu apa saja yang harus ku pesan", ucap Sarah terlihat bingung sambil membolak-balikkan buku menu.
"Terserah kau saja. Semua menu di sini enak. Sudah ya, aku tidak tahan lagi", ucap Ana sambil berlalu pergi. Dia sudah tidak kuat menhan hajat yang sudah berada di pintu keluar. Dia berlari kecil meninggalkan Sarah yang hanya menggeleng kan kepalanya.
***
Di toilet, Ana terlihat sudah selesai menuanikan urusannya. Dia akan mencuci tangannya di wastafel. Dia mengambil beberapa tetes sabun dan menggosoknya di tangan sehingga menimbulkan sedikit busa. Kemudian Ana menepuk-nepuk kerannya, keran dengan sensor otomatis keluar air saat ada tangan di dekatnya. Beberapa kali menepuk tapi masih tidak keluar juga. Sungut Ana mulai keluar. Ana menepuknya sedikit keras di bagian atas keran. Sialnya air keluar begitu derasnya hingga mengenai pakaian Ana. Ana menepuk-nepuk kerannya lagi agar berhenti mengeluarkan air, kerannya pun menurut dan berhenti bekerja.
"Cih, sial! Harusnya diberi peringatan 'keran sedang dalam masa perbaikan'. Kan jadi basah begini pakaianku", dia berdecak kesal.
Ana berjalan keluar dari toilet sambil mengeringkan pakaiannya dengan beberapa gulung tisu. Dia terus menggerutu kesal tanpa melihat ke arah jalan. Hingga tiba-tiba dia menabrak seseorang dari belakang. Tubuh yang ditabrak begitu kekar, hingga Ana jatuh tersungkur ke lantai. Yang ditabrak pun membalikkan badannya. Ana terkejut, matanya membulat hampir keluar.