ADIK IPARKU, ISTRI KEDUAKU

“Aduh…Sakit !” Nadia menangis ketika Kaysan berusaha mengobati tangannya.

Kaysan jadi aneh sendiri jika Nadia tertusuk pecahan vas bunga, mengapa lukanya begitu banyak sekali ?

“Sudah tahan sedikit lagi !” Kaysan berusaha mengeluarkan pecahan vas bunga yang tertancap di tangan Nadia.

Setelah beberapa saat kemudian, Kaysan berhasil mengeluarkan semua pecahan vas bunga tersebut dan mulai mengobati tangan Nadia.

“Aaaa…perih !” pekik Nadia ketika Kaysan membersihkan tangan Nadia dengan alkohol.

“Ini agar luka mu tidak infeksi !” kata Kaysan tanpa melihat Nadia.

“Tahu dari mana ? Dokter juga bukan !” jawab Nadia cepat sembari menahan rasa sakit di tangannya.

“Tapi setidaknya Papa Ku seorang dokter adik ku juga seorang dokter !” jawab Kaysan apa adanya.

“Aku gak nanya !” kata Nadia lagi yang membuat Kaysan langsung menjitak kening Nadia.

Cletak

“Auuww !”

Nadia memegangi keningnya.

“Cerewet ! Mau sembuh apa tidak ?” kata Kaysan menatap Nadia begitu intens.

“Iya…iya ! Cepat lah !” ucap Nadia cepat.

Kaysan kemudian kembali mengobati Nadia sampai selesai. Kaysan membalut tangan Nadia dengan perban secara hati-hati.

“Lain kali hati-hati.” Ucap Kaysan dengan lembut yang membuat Nadia terdiam dan menatap Kaysan saat itu juga Kaysan mengangkat wajahnya dan menatap Nadia.

Sumpah demi Tuhan, Kaysan sendiri bingung ada apa dengan dirinya. Sejak kejadian ia mencium Nadia tempo hari, membuat Kaysan selalu terbayang wajah adik iparnya itu.

Berulang kali Kaysan melupakan bahkan mengalihkan fokusnya pada hal lain. Tetap saja wajah Nadia selalu muncul dalam pikirannya.

Tapi Kaysan berusaha menahan dirinya sebab ia pun memiliki istri yang harus ia jaga perasaannya.

Kaysan kemudian berdiri dari duduknya dan menuju kamarnya di lantai atas. Sedangkan Nadia sendiri hanya menatap punggung Kaysan yang mulai menjauh dari pandangan matanya.

Nadia memegangi dadanya dimana detak jantungnya kini berdegup kencang tak beraturan.

“Ada apa ini ? Kenapa dengan jantung ku ? Apa Aku sakit jantung ?” ucap Nadia seorang diri.

Mirna baru berani mendekati Nadia ketika majikannya sudah kembali ke lantai atas. Mirna langsung prihatin dengan keadaan Nadia.

“Ya Allah…Non..sabar ya !” Mirna langsung memeluk Nadia. Mirna menyaksikan sendiri bagaimana Soraya menyiksa Nadia. Mirna tak habis pikir sebegitu bencinya kah Soraya pada adik sendiri, walaupun Nadia hanyalah adik tirinya.

“Bibik…” lirih Nadia

“Ayo Non, kembali ke kamar saja ! Biar nanti bibi bersihkan pecahan vas bunganya !” kata Mirna mengajak Nadia ke kamarnya dan Nadia pun menurut.

“Ternyata Nyonya Soraya itu jahat ya ! Suka bermuka dua ! Di depan suaminya di terlihat baik sekali dengan Non Nadia, tapi kalau tidak ada suaminya…Nauzubillah sekali kelakuannya !” Bik Marni jadi emosi sendiri sebab ia adalah orang yang menyaksikan kejadian itu.

“Bik sudah…Bibik diam aja ya ! Jangan kasih tahu siapa-siapa ! Nanti Kak Soraya marah !” lirih Nadia, ia takut Bik Marni bercerita akan hal itu pada orang lain.

“Kamu itu hatinya terbuat dari apa sih Non ? Sudah di perlakukan seperti itu saja, Kamu masih memikirkan Nyonya Soraya !” kata Marni jadi kesal melihat Nadia yang terlalu lemah lembut.

“Almarhum Ayah dulu pernah bilang, Nadia harus sayang sama Kak Soraya ! Karena dulu Kak Soraya pernah menyelamatkan Nadia !” kata Nadia apa adanya, yang membuat Marni mengerutkan keningnya.

Dulu, sebelum Ayah Nadia menikahi Serina (Mamanya Soraya). Nadia hampir di tabrak mobil, dan Soraya yang menyelamatkan Nadia kala itu. Dari sanalah Ayah Nadia dan Serina saling kenal dan pada akhirnya keduanya memutuskan untuk menikah.

Lalu mengapa Soraya tidak menyukai Nadia ? Jawabannya adalah, karena rasa iri dan dengki ketika Soraya melihat kehidupan Nadia yang ternyata berasal dari keluarga yang berada. Ayah Nadia cukup kaya raya, dan tentu saja hidup Nadia sangat berkecukupan.

Hal itu membuat Soraya jadi tidak suka pada Nadia. Semenjak mereka menjadi saudari tiri, Soraya sering sekali mengambil hak Nadia. Apapun yang Nadia punya akan Soraya ambil. Bahkan ketika Ayah Nadia meninggal, Soraya semakin menjadi-jadi menguasai semua yang menjadi hak Nadia, apalagi Serina. Mereka berdua menguasai harta peninggalan Nadia.

Beruntungnya untuk harta yang tersembunyi tidak bisa Serina dan Soraya pakai sesuka hati mereka. Karena Ayah Nadia memberikan wasiat jika Serina dan Soraya akan mendapatkan bagian dari harta peninggalannya apabila Nadia sudah berusia 17 tahun dan dirawat dengan baik.

Meskipun Soraya sudah menikah dengan Kaysan. Namun tetap saja Soraya itu wanita yang serakah.

Nadia menatap lurus ke depan. Dalam tekadnya kini nanti setelah ia lulus sekolah. Nadia ingin tinggal sendirian. Ia ingin bekerja dan menghasilkan uang. Ia tak ingin lagi merepotkan Mama tirinya apalagi Kakak tirinya, Soraya.

...****************...