Aira memergoki suaminya selingkuh dengan alasan yang membuat Aira sesak.
Irwan, suaminya selingkuh hanya karena bosan dan tidak mau mempunyai istri gendut sepertinya.
akankah Aira bertahan bersama Irwan atau bangkit dan membalas semuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fazilla Shanum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pagi Pertama yang Akan Mengubah Segalanya
"Apa kamu yakin kita nggak akan terendus oleh para investor itu? Bisa-bisa nanti kamu malah masuk penjara lagi," ucap Bu Dewi yang takut anaknya itu akan berurusan dengan polisi.
"Aku sih yakin itu nggak akan mungkin, Ma," jawab Irwan dengan percaya diri.
"Lisa gimana? Apa kamu udah tau masalah Irwan? Apa kamu tetap ingin melanjutkan nikah dengan Irwan, Lisa?" tanya Bu Dewi yang takut Lisa tidak mau.
"Ma, aku nggak bisa nolak. Aku mencintai Mas Irwan apapun keadaan Mas Irwan nantinya," jawab Lisa dengan mantap.
Ia masih mempunyai harapan setelah mendengar kalau ibunya Irwan mempunyai toko bangunan. Meskipun perusahaan dan rumah bukan milik Irwan, setidaknya ada tok bangunan itu yang bisa ia harapkan.
"Kamu emang wanita yang baik, Mama seneng sekali akhirnya Irwan di pertemukan dengan kamu. Semoga aja nanti si Aira yang gendut itu segera ketemu agar Irwan nggak di pecat. Kalau bisa, Irwan mengambil perusahaan itu," ucap Bu Dewi.
"Iya, Ma. Aku akan selalu dukung apapun yang akan Mas Irwan lakukan," jawab Lisa dengan tersenyum manis.
"Jadi besok jam berapa kalian akan menikah?" tanya Bu Dewi.
"Mungkin pagi aja Ma sebelum berangkat ke kantor, karena aku dan juga Lisa nggak bisa terlambat ke kantor mulai besok. Ada mata-mata di dalam perusahaan yang masih aku cari," jawab Irwan.
"Ya udah kalau gitu, biar Mama aja yang hubungi teman Mama untuk mencari penghulunya. Kalian berdua istirahatlah ini udah malam," ucap Bu Dewi karena ia yakin jika hal tadi begitu menyita pikiran dan juga tenaga anaknya.
"Kita pamit ke kamar dulu ya, Ma." Pamit Irwan.
"Iya, tidur yang nyenyak," jawab Bu Dewi. Bahkan ia tidak menegur Irwan yang sekamar dengan Lisa.
*****
Malam yang begitu panjang akhirnya berakhir juga dengan menampakan cahaya paginya. Aira bangun dari tidurnya dan bersiap untuk bekerja.
Hari ini adalah hari pertama ia bekerja di perusahaan Darma Group dan melakukan misi untuk menyadarkan Papanya Damian sesuai dengan kesepakatan. Aira sudah siap dengan pakaian kerjanya.
"Ayo, Aira semangat. Kalau bukan kamu yang memulai, nggak akan mungkin ada perubahan," ucap Aira pada dirinya.
Ia sengaja ingin berangkat lebih pagi karena tidak ingin terlambat di hari pertamanya bekerja dan mengecewakan Damian yang sudah percaya padanya.
Setelah dirasa penampilannya sudah cukup rapi, Aira segera pergi ke dapur. Ia mengambil bekal yang tadi sudah ia siapkan. Karena mulai hari ini, ia harus terbiasa hidup sehat dan menghindari karbohidrat yang terlalu banyak.
Setelah memasukan bekalnya ke dalam tas, Aira pergi keluar dari rumah kontrakannya, tak lupa ia mengunci pintu rumah dan segera masuk kedalam mobil.
"Apa nggak masalah kalau aku pergi ke kantor pake mobil ya? Apa sebaiknya aku naik angkotan umum aja?" pikir Aira.
Ia tak ingin ada orang yang tahu jika dirinya kaya. Karena Aira sudah kapok didekati hanya untuk dimanfaatkan saja seperti oleh suami dan mertuanya.
Aira akhirnya keluar dari mobil, ia lalu berjalan ke arah gerbang dan mengunci pintu gerbang rumahnya.
Aira berjalan dari rumahnya ke jalan raya, karena memang rumah kontrakannya itu masuk ke gang sedikit.
"Udah berangkat belum ya angkutan umum jam segini?" tanya Aira pada dirinya sambil celingak-celinguk.
Setelah menunggu sekitar lima menitan, akhirnya Aira melihat angkot yang melaju ke arahnya. Aira langsung melambaikan tangannya dan angkot pun berhenti.
"Mau kemana, Mbak?" tanya sopir angkot.
"Ke perusahaan Darma Group bisa kan, Pak?" tanya Aira.
"Oh bisa, Mbak. Kebetulan memang searah, itu di dalam ada yang mau ke sana juga," jawab Pak sopir.
"Baik, Pak. Saya naik dulu." Aira pun masuk ke dalam mobil.
Di dalam mobil, Aira hanya bisa duduk sedikit saja karena mobilnya sudah penuh oleh penumpang.
"Makannya Mbak, badan jangan gendut-gendut. Jadi susah kan buat duduk," ucap ibu-ibu yang menegur Aira.
"Ya namanya juga takdir, Bu. Mau gimana lagi? Doain aja supaya nanti tubuh saya bisa kempes," jawab Aira santai.
Ia tak ingin perkataan ibu-ibu tadi di masukan ke dalam hatinya. Tapi justru jawaban itu membuat semua orang yang ada di dalam angkot itu tertawa.
"Mbak mau ke perusahaan Darma?" tanya Ainun yang duduk di depan Aira.
"Iya, Mbak. Apa Mbak juga mau ke sana?" tanya Aira balik.
"Iya, kebetulan saya udah seminggu di terima di perusahaan itu. Tapi hanya jadi tukang bersih-bersih aja Mbak," jawab Ainun.
"Salam kenal Mbak, saya Aira. Kalau boleh tau nama Mbak siapa?" tanya Aira sambil mengulurkan tangannya.
"Saya Ainun Mbak Aira. Sepertinya usia Mbak Aira lebih tua dari saya, nggak apa-apa kan kalau saya manggilnya Mbak aja?" tanya Ainun hati-hati takut Aira tersinggung.
"Ah, iya nggak apa-apa kok. Panggil seenaknya aja," jawab Aira sambil tersenyum.
"Mbak Aira diterima kerja atau masih mau interview?" tanya Ainun yang melihat Aira menganggukan pakaian hitam putih.
"Sebenarnya saya juga bingung, karena Pak Damian yang meminta saya bekerja di perusahaan Darma untuk menjadi sekretaris Papanya," jawab Aira jujur.
"Kayanya Tuan Agam tidak akan mau punya sekretaris seperti Mbak. Rumornya di kantor, dia selalu menetapkan tipe cantik dan juga seksi untuk bagian sekretaris. Apa Mbak nggak salah mau jadi sekretaris Tuan Agam?" tanya Ainun.
Aira menganggukan kepalanya dengan mantap."Saya hanya ditugaskan aja, Mbak. Nggak bakalan lama kok."
Saking asiknya mengobrol dengan Ainun, hingga tak terasa akhirnya mereka sampai juga di perusahaan Darma Group.
"Kamu masuk aja duluan, aku akan tunggu Pak Damian di sini," ucap Aira.
"Baiklah. Sampai jumpa di dalam Mbak Aira," jawab Ainun.
Aira hanya tersenyum, hingga Ainun tidak terlihat lagi.
Banyak karyawan yang berlalu lalang masuk ke dalam kantor. Hanya Aira saja yang masih menunggu, hingga akhirnya setelah menunggu 10 menit, Damian akhirnya datang.
"Saya hampir jamuran menunggu anda, Pak," ucap Aira dengan kesal.
"Salah sendiri nggak mau aku kasih kartu nama. Harusnya kamu bisa lebih mudah untuk menghubungiku secara langsung. Ini, jangan di tolak lagi. Segera simpen nomor hp saya," jawab Damian sambil menyodorkan kartu namanya.
Aira dengan terpaksa menerimanya.
"Jadi, apa tugas pertama saya?" tanya Aira.
Damian pun langsung menjelaskan tugas yang harus Aira kerjakan, dan Aira pun segera menganggukkan kepalanya.
"Kalau kamu bisa lebih cepat, aku akan memberikan bonus tiga kali lipat," ucap Damian agar Aira semakin tertantang.
"Tidak masalah," jawab Aira dengan santai.
Aira mulai melangkahkan kakinya memasuki gedung perusahaan Darma Group, hingga ia berhenti tepat di meja resepsionis.
"Maaf Bu, ada yang bisa saya bantu?"