Sequel : Aku memilihmu.
Rega adalah seorang arsitek muda yang tidak hanya berbakat, namun dia juga menjadi CEO muda yang sukses di bidangnya. Dia memiliki tunangan bernama Rhea yang seorang dokter muda, pertunangan mereka sudah berjalan hampir satu tahun.
"Maaf, Rhea. Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan kita,"
"Baiklah! Silahkan kak Rega katakan pada kedua orang tua kita," jawaban Rhea membuat Rega terkejut, alih-alih marah padanya. Rhea justru dengan mudah menyetujui untuk membatalkan pernikahan keduanya yang tinggal dua minggu.
Apa yang terjadi dengan keduanya setelah itu? bagaimana kisah mereka dan pada siapakah akhirnya Rega maupun Rhea akan melabuhkan hati ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10 # Akal bulus abu nawas
Pagi-pagi Leo sudah menyambangi apartemen Dio yang dulunya adalah apartemen Arshaka saat dia menjabat CEO di Hanapra, harusnya asisten yang membangunkan atasannya. Ini malah kebalik, Leo yang atasan malah membangunkan sang asisten yang tidak lain adalah Dio.
Dia menghela napas, benar seperti dugaannya. Dio dan Rega masih tidur, bahkan suara derit pintu kamar yang terbuka tidak membuat keduanya terusik. Leo tidak tahu jam berapa tadi malam mereka tidur, karena Leo memang akhir-akhir ini memilih untuk tidur awal demi acara istimewanya yang akan di gelar satu minggu lagi.
“Kalian berdua mau tidur sampai kapan?” Leo menarik selimut Rega, sedangkan Dio sepertinya pindah tempat saat tadi selesai sholat subuh. Pasalnya Dio tertidur di sofa masih lengkap dengan sarung dan baju koko.
“Jam berapa?” Dio meregangkan tubuhnya, baru setelah itu dia duduk masih dengan mata yang sedikit mengantuk.
“Setengah tujuh,” jawab Leo. “Bangun, Ga! Kamu tidak kekantor?” Leo menarik lengan kaos Rega agar sahabatnya tersebut bangun.
“Sebentar, Rhea. Lima menit lagi,” jawab Rega.
Leo dan Dio saling tatap. “Dia tadi bilang Rhea? Maksudnya Rhea, Dio?”
Dio mengangkat kedua bahunya. “Harusnya tadi kamu rekam, Leo. Alam bawah sadarnya saja bilang Rhea, Leo. Rhea, bukan Karin! R-H-E-A,” Dio sampai mengeja nama Rhea.
Leo terkekeh, dia setuju dengan ucapan Dio.
Drrt
Drrt
Leo melihat layar ponselnya. “Kamu bangunkan dia. Aku mau angkat vidcall Hana,”
“Ck … merepotkan memang satu bocah ini.” Dio menggerutu, namun dia akhirnya menuju tempat tidur untuk membangunkan Rega.
Sementara itu Leo keluar dari kamar Dio, dia berdiri di pantri dan menaruh ponselnya bersandar pada toples kaca berisi kerupuk yang ada di meja pantri. Leo mengusap layar ponselnya dan di sana menampilkan Hana yang masih dengan setelan piyama lengkap dengan hijab bergonya.
“Assalamu’alaikum, beb.”
“Wa’alaikumussalam calon imam,”
Leo terkekeh mendengar ucapan Hana.
“Kak Leo lagi dimana? Itu bukan dapur apartemenmu,”
“Apartemen Dio, beb. Mereka bisa kesiangan kalau tidak dibangungkan,”
“Mereka? Memangnya ada orang selain kak Dio?”
Leo mengangguk. “Rega semalam menginap,”
“Oh, tumben. Kak Leo kapan pulang ke Jakarta?”
“Tiga hari lagi, beb. Sabar sebentar, nanti kita bertemu. Setelah ini mau peluk sepuasnya juga boleh,”
Blush
Hana langsung merona mendengar ucapan Leo, gadis itu juga sangat merindukan sang pujaan hati. Keduanya sudah beberapa minggu tidak bertemu, Leo sibuk mengurus Hanapra. Sedangkan Hana sibuk kuliah, sebenarnya bukan hanya karena kesibukan keduanya. Melainkan karena mama Naura memang melarang Hana dan Leo untuk bertemu, anggaplah keduanya sedang dalam masa di pingit karena akan menikah.
Leo tersenyum saat melihat calon istrinya tersebut merona. “Kita sabung lagi nanti, beb. Aku harus siap-siap kekantor,”
“Hana sayang kak Leo,”
“You too, baby.”
Mereka lantas mematikan sambungan vidcall. “Kalian ngapain di situ!” pekik Leo saat melihat Dio dan Rega duduk di sofa sambil menatap Leo, rupanya dua orang tersebut sudah da di sana sejak dari tadi.
Keduanya mendengarkan percakapan Leo dengan Hana.
“Sejak dari tadi, sambil melihat tontonan drama bucin gratis. Lumayan hiburan pagi,” jawab Dio.
Rega terkekeh. “Gue masih tidak percaya lo sama Hana menikah minggu depan,” sahut Rega.
“Lebih tidak percaya lagi orang yang ngigau nyebut nama Rhea tapi bilang tidak tersentuh hatinya oleh Rhea,” cibir Leo pada Rega.
“Siapa yang ngigau nama Rhea?” bingung Rega.
“Kadal prin dapann dengan seribu akal abu nawas,” jawab Leo sambil berlalu pergi meninggalkan apartemen Dio. “Aku buatkan kopi untuk kalian,” tunjuknya pada dua cangkir yang masih mengepulkan uap panasnya, baru kemudian keluar dari pintu apartemen.
Dio bahkan sudah tergelak, dia memegangi perutnya karena tertawa mendengar ucapan Leo. “Sebutan baru untukmu, Ga. Cocok juga,” Dio berdiri dan mengambil kopinya.
“Si alan,” umpat Rega.
***
Rhea menggusur tubuhnya, pagi itu dia sudah selesai dengan tugas malamnya di UGD selama satu minggu. Selanjutnya dia akan bertugas shift pagi di sana, dan hari itu dia libur satu hari sebelum besok dia shift pagi.
Rhea melihat arlojinya menunjukkan 07.15, dia masih ada di ruangannya. Dia menyandarkan punggungnya pada kursi di balik meja kerjanya, memutar kursi ke kanan dan kekiri. Dia bahkan masih menggunakan scrub suit yang berlapis jas dokter, ID card masih menggantung pada bagian luar saku jasnya.
Dia menyalakan layar ponselnya, dia melihat beberapa panggilan tidak terjawab dan juga beberapa notifikasi pesan dari Rega dan Almira.
Dia memilih untuk membalas pesan dari Almira dari pada menghubungi balik Rega, biarlah hari ini dia ingin sedikit abai pada Rega.
Baby Rhe-Rhe
“Aku mau kepanti,”
Ibu peri
“Pagi atau sore?”
Baby Rhe-Rhe
“Siangan deh kayaknya, Ra. Aku masih di rumkit ini,”
Ibu peri
“Aku lihat jadwal pak Leo sama pak Dio dulu. Aku usahakan temani ke panti,”
Baby Rhe-Rhe
“Oke,”
Rhea menaruh ponselnya setelah selesai berkirim pesan dengan Almira, begitulah keduanya saling menamai kontak ponsel masing-masing. Rhea kemudian bangkit dari kursi, dia mengambil baju ganti dari loker pribadinya. Karena hari ini dia ingin belanja lebih dulu, jadi Rhea memilih untuk langsung membersihkan diri.
Seperti biasa dia menguncir rambutnya keatas, memperlihatkan leher jenjangnya yang putih mulus. Hari itu dia memakai kemeja biru langit berpadu dengan rok denim span di bawah lutut, tidak lupa vest diamond dominan navy. Ootdnya hari itu membuatnya terlihat cantik, Rega pasti akan langsung menarik kuncir Rhea dan menyembunyikan dokter muda itu di belakang tubuhnya jika melihat penampilan Rhea yang mempesona.
Rhea menghadap kecermin. “Terimakasih sudah bertahan dengan baik sampai hari ini, Rhea. Aku akan selalu membersamaimu sampai kapanpun,” afirmasinya pagi itu pada dirinya sendiri.
Setelah bergegas setelah taksi online yang dia pesan sudah menunggu di lobi rumah sakit, dia memang tidak terlalu suka menggunakan mobi dan selalu Almira yang menjemputnya. Namun Almira tidak bisa setiap hari menjemput Rhea karena jadwal kerja mereka kadang tidak sama.
“Grocery ya pak,” Rhea memberi tahu tujuannya.
“Siap mbak,” supir taksi melajukan mobilnya menuju tempat yang Rhea tunjuk.
Rhea memandangi jalanan kota Bandung dari kaca jendela mobil, jalanan sudah lebih lengang karena Rhea keluar dari rumah sakit sekitar jam sembilan. Pagi itu langit kota Bandung cukup cerah untuk hati Rhea yang abu-abu, kini semua keputusan ada pada Rega. Bukan Rhea tidak ingin berjuang, namun satu tahun bukan waktu yang sebentar untuknya mencoba meluluhkan hati Rega.
“Sudah sampai mbak,” Rhea tersadar dari lamunannya saat supir sudah behenti di depan lobi grocery shopping.
Rhea kemudian membayar ongkos taksi onlinenya. “Terimakasih pak. Kembaliannya ambil saja,” Rhea membuka pintu mobil dan dia melangkah turun.
“Terimakasih mbak,” ucap supir diangguki Rhea.
Sebelum masuk kedalam grocery, Rhea lebih dulu mengambil troli ukuran besar. Selain ingin membeli bahan makanan yang sudah habis, Rhea juga berencana membeli snack untuk anak-anak panti.
Dia mulai mendorong troli menuju tempat snack lebih dahulu, senyumnya mengembang saat berada di bagian snack-snack. Dia melihat snack favorit Almira dan mengambil beberapa untuk sahabatnya tersebut. “Dia pasti girang dapat ini,” monolognya.
Setelah cukup mengambil snack yang dia butuhkan, Rhea kemudian menuju tempat lainnya untuk mengambil yang sekiranya dia butuhkan. Hanya tinggal lauk hewani yang belum dia beli, Rhea mendorong trolinya menuju bagian daging dan ikan segar.
“Ambil udang dan cumi deh, Almira suka banget seafood kan. Apalagi ya?” Rhea nampak berpikir ingin membeli ikan atau daging.
“Sepertinya kita butuh ini juga, kak. BBQ-an kurang lengkap kalau tidak ada udangnya,” ucap seorang perempuan yang berdiri tidak jauh dari Rhea.
Deg
Rhea memejamkan matanya. “Sebaiknya aku bergegas. Saat ini aku tidak ingin merusak moodku sendiri,” batin Rhea.
“Daging ayam cincang sama ayam fillet ya pak,” lirih Rhea.
Karyawan tersebut mengambilkan apa yang Rhea mau, dia langsung menaruh pada troli dan kembali mendorong trolinya. Namun sayangnya dia terlambat, orang yang ingin diahidnari sudah berdiri du belakangnya tepat.
Grep
“Sendirian?” seorang pria menarik ikat rambut Rhea hingga rambut panjangnya terurai, Rhea bisa merasakan hembusan napas pria tersebut di belakang lehernya.
Rhea kemudian membalik badannya menghadap pria tersebut, netra mereka bertemu dan keduanya diam sejenak.
“Kak Rega kita beli ini sa…” ucapan Karin terjeda saat melihat Rhea di sana. “Kak Re-Rhea,” gagapnya saat melihat Rhea ada di grocery shopping.
Mendengar nama Rhea, Aldo langsung mendekat. Dia menghela napas panjang, sungguh lagi-lagi si al sekali hidupnya harus ada diantara hubungan rumit orang-orang yang ada di hadapannya tersebut.
rayen and rhea
wah blokir ini benaran ?
biar regaerasakannkehilangan rhea
ko pamit apa ada rencana pergi keluar negri ini
Rhea nunggu satu tahun loh biar impas regong nya nunggu lima tahun aja Thor kalau berjodoh sih
hilang ingatan jangan" dulu pernah ketemu regong waktu kecil kaya cinta monyet apa Kitty yah
😂😂